28 April 2025 11:09
Sentuhan Qalbu

DOSA ITU MEMATIKAN SENSITIFITAS HATI

MUHASABAH SHUBUH
Kamis, 10 April 2025

DOSA ITU MEMATIKAN SENSITIFITAS HATI

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum wrm wbrkt..

Saudaraku,
Pernahkah kita berbuat dosa atau kesalahan namun kita tidak merasa bersalah dan hati kita tak gelisah…?

Waspadalah, bila saat ini kita mengalami kondisi seperti itu, maknanya sudah kehilangan sensitivitas hati. Lebih parah lagi, sudah berbuat dosa tetapi merasa diri kita telah berbuat baik dan merasa dekat dengan Allah Swt

Hilangnya sensitivitas hati ini membuat kita berlumur dosa namun kita tak merasa berdosa.
Semakin lama, kita akan semakin terjerumus ke dalam keburukan yang semakin dalam tanpa kita sadari.
Apa yang membuat sensitivitas hati menurun bahkan hilang dari diri kita..?

Saudaraku,
Orang-orang yang kehilangan sensitivitas hati biasanya menggunakan alasan pembenaran sebagai berikut :

Pertama,
“Tidak apa-apa, kan darurat.” Kelompok ini menganggap apa yang dilakukannya darurat karena kondisinya tidak normal.
Ia rela menggunakan uang haram karena menganggap susah mencari yang halal. Mereka selalu berdalih, *“Ini kan darurat.”*

Kedua,
“Perasaan tidak enak.”
Ada sekelompok orang yang kehilangan sensitivitas hati berawal dari perasaan tidak enak. Tidak enak kalau menolak, sebab yang mengajak atasan, orang yang dikagumi, atau klien kakap (besar) dan lain-lain…

Ketiga,
“Tidak apa2 kan cuma sekali-kali.” Ternyata ada orang yang kehilangan sensitivitas hati berawal dari perasaan dirinya telah banyak berbuat kebaikan dan “merasa” boleh melakukan kesalahan karena hanya sekali-kali.
Berawal dari sekali-kali kemudian berbuat berkali-kali. Akhirnya, orang ini benar-benar kehilangan sensitivitasnya hatinya…

Kehilangan sensitivitas hati adalah penyakit yang sangat berbahaya. Sebab, ada perasaan kita ini orang baik padahal kehidupannya kotor, melakukan banyak dosa dan maksiat yang dibenci oleh Allah Swt,
Segeralah bertaubat dan berkumpul dengan orang-orang yang shalih, tulus, beriman dan berilmu. Sibukkan diri melakukan amal kebaikan agar terjaga sensitivitas hatinya…

Saudaraku,
Allah Swt berfirman, :

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahanmu.”
(QS. Asy Syuraa: 30)

Sebuah ayat yang menyadarkan kepada kita bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Ayat yang menjadi _ibrah_ (pelajaran) di mana saat ada hal-hal yang tidak mengenakkan hati maka itu karena dosa dan kekhilafan diri…

Beberapa syaikh, pernah berujar :
“Aku bisa melihat dosaku pada diri istriku”,
bagaimana sebuah tingkatan sensitivitas dosa yang sangat tinggi. Di mana jika ada perselisihan di dalam hubungan suami dan istri, maka hal tersebut pastilah adanya dosa yang melekat pada diri…

Saudaraku,
Jika seseorang telah menjadi hina berlumur penuh dosa dalam pandangan Allah swt, maka tidak ada yang bisa memuliakannya, sebagaimana firman Allah Swt :

“Dan barangsiapa yang
dihinakan Allah, maka tidak seorangpun yang memuliakannya.”
(QS. Al Hajj:18)

Meskipun nampaknya dia diagungkan oleh manusia, karena manusia masih membutuhkannya atau takut kepada kejahatannya, namun hakikatnya dia adalah orang yang paling hina dalam hati setiap manusia…

Saudaraku,
Belakangan ini semakin banyak orang melakukan perbuatan maksiat dengan terang-terangan, bahkan dengan bangga ia menceritakan atau mengunggah perbuatan maksiatnya di media sosial agar diketahui oleh orang lain.
Orang-orang seperti ini termasuk golongan orang-orang yang tidak mendapatkan ampunan dari Allah swt, terhalangi dari pintu taubat baginya, bahkan biasanya tertutup. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

“Setiap umatku akan dimaafkan, kecuali _mujahirin_ (pelaku maksiat dengan terang-terangan). Dan termasuk dalam _mujaharah_ (berbuat maksiat dengan terang-terangan), yaitu seseorang melakukan satu perbuatan pada malam hari, kemudian dia memasuki waktu pagi dan Allah menutupi perbuatannya itu, lalu ia mengatakan “Wahai, Fulan. Semalam aku melakuan ini dan itu.” Dia tidur semalam dan Allah menutupi perbuatannya, lalu ketika memasuki waktu pagi dia membuka tabir Allah.”
(HR. Bukhari Muslim)

Saudaraku,
Dosa akan melemahkan keinginan hati, keingian berbuat maksiat semakin menguat, sementara keinginan untuk bertaubat sedikit demi sedikit semakin melemah. Sampai akhirnya, keinginan untuk bertaubat hilang sama sekali. Kalau seandainya, hati seseorang mati separuh saja, maka ia tidak akan bisa bertaubat, apalagi kalau mati total. Akibatnya, dia akan sering melakukan istighfar atau taubat dusta, sementara hatinya tertambat dengan perbuatan maksiat, dan dia tetap berazam untuk melakukannya ketika kondisi memungkinkan. Inilah penyakit hati yang paling berat dan paling dekat kepada kehancuran…

Semoga Allah Swt memberi karunia dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjauhi perbuatan maksiat dan dosa, menjaga sensitivitas hati untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wass. wr. Wb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *