7 July 2024 00:29
Sentuhan Qalbu

Umur

MUHASABAH SHUBUH
Jum’at 10 Mei 2024

Bismillahirahmanirahim_
Assalamualaikum wrm wbrkt

UMUR

Saudaraku, Allah Subhanallahu Wataala memberikan karunia kita sisa umur yang barokah , nikmat sehat wal’afiat dan tetap istiqomah dalam beribadah …. serta selalu dalam lindungan kasih sayang Allah

Tak ada manusia yang sempurna. Apalagi diri kita.

Sangat banyak kekurangan. Maka jika ada yang tidak kita sukai pada dirinya merupakan hal yang sangat wajar.

Boleh jadi ada satu atau dua akhlaknya yang tidak kita sukai, sebagaimana ada pada diri kita yang tidak disukai Sangat mungkin yang tidak disukai dari diri kita jauh lebih banyak daripada yang tidak kita sukai dari dirinya.

Bekal awal adalah perbedaan. Sebanyak apa pun persamaan, tetaplah ada hal pokok yang harus berbeda.

Perbedaan paling awal adalah laki-laki dan perempuan. Ini yang paling jelas. Perbedaan lain yang pasti adalah beda orangtua.

Dari dua perbedaan ini saja, minimal, akan ada perbedaan dalam urusan lain. Tetapi justru karena perbedaan itulah pernikahan dapat meraih kemuliaannya apabila didasarkan pada tuntunan yang benar.

Apa yang perlu kita lakukan jika ada akhlak yang tidak kita sukai? Sederhana. Selama akhlak yang tidak kita sukai tersebut bukan perkara yang dibenci agama, lihatlah akhlaknya yang lain.

Perhatikan berbagai kebaikannya, pasti akan engkau dapati hal-hal yang membuatmu ridha —menerima dan menyukai— akhlaknya yang lain.

Rasulullah ﷺ bersabda :
‎لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika ia tidak suka sebagian akhlaknya, maka ia ridha ( senang ) dengan akhlaknya yang lain.”
( HR. Muslim No. 1469 ).

Sudah berusaha, tetapi mengapa sulit sekali menerima? Mengapa masih saja terganggu sebagian perangainya, padahal tidak mendasar ?

*TAQWA*

Saudaraku,
Yang memudahkan kita menerima dan merasa senang dengannya, bukan terpaksa menerima, adalah taqwa.
Begitu taqwa ada pada diri kita, menerima kekurangannya akan lebih mudah karena ada hal yang jauh berharga untuk kita cari dibandingkan bersibuk menutupi kekurangannya. Itu sebabnya kadangkala hal pokok yang saya sampaikan kepada manusia
bermasalah adalah memperbaiki niat dan menyerukan taqwa dalam urusan dunia

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
‎فَاتَّقُوا اللَّهَ فِى النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لاَ يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ
“Bertaqwalah kalian dalam urusan para wanita (istri kalian), karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah.
Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang pun yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian.”
( HR. Muslim No. 1218 ).

Ketika kita bertaqwa dalam urusan istri, bersabar dan berbuat baik bukan sekedar menjaga harmoni. Lebih mendasar dari itu adalah merawat amanah cinta yang menjadi konsekuensi *mitsaqan ghalizha* (perjanjian yang berat dengan Allah, lihat QS An – Nisa , ayat 154) saat menikah.

Lagi pula yang paling penting dalam pernikahan bukanlah harmoni. Terdengar indah, tetapi seharusnya yang kita wujudkan bukanlah sekedar harmoni.
Jadi, mewujudkan keluarga harmonis itu pilihan terakhir, sejauh tidak keluar dari panduan agama yang haq ini, ketika tak mampu meraih yang lebih tinggi.

Semoga Allah Subhanallahu wataala memberikan kita kemudahan dan kelancaran utk sll istiqomah sabar ikhlas syukur

Aamiin Allahuma Aamiin

Wassalamu’alaikum

 

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *