7 July 2024 00:29
Opini dan Kolom Menulis

TUMBANGNYA PENGGILINGAN PADI TRADISIONAL

TUMBANGNYA PENGGILINGAN PADI TRADISIONAL

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

CNBC Indonesia merilis, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perppadi), Sutarto Alimoeso menyampaikan, kematian dari pabrik penggilingan padi tradisional, salah satunya disebabkan oleh adanya persaingan dengan pabrik penggilingan besar. Jadi, tidak heran sudah banyak pabrik penggilingan padi tradisional yang tumbang.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pabrik penggilingan padi yang beroperasi dari tahun 2012 ke 2020 terlihat perbedaan yang sangat jelas. Jika pada tahun 2012 ada 180 ribu lebih pabrik yang beroperasi, pada tahun 2020 pabrik penggilingan padi yang beroperasi tinggal 169 ribu. Hal ini sudah menunjukkan bahwa pasti ada yang mati, meskipun yang mati bukan hanya yang kecil, termasuk yang besar pun ada yang mati.

Bila kita cermati pemikiran Ketua Perppadi diatas, jelas tersurat, penyebab utama tumbangnya penggilingan padi skala kecil di daerah karena adanya persaingan dengan penggilingan padi skala besar. Dalam ilmu ekonomi, kalau terjadi persaingan antara yang besar dengan yang kecil, maka yang kecil biasanya akan terpinggirkan. Terlebih kalau yang besar ini ditopang oleh modal yang kuat.

Sebagai pengalaman dapat kita rasakan apa yang terjadi di masa Orde Baru. Saat itu tercatat sekitar 200 Konglomerat yang menguasai perekonomian bangsa. Mereka, betul-betul sangat merajai kehidupan ekonomi masyarakat. Mereka kuat karena mendapat sokongan penuh Pemerintah. Kehadiran usaha kecil, lebih mengedepan sebagai asesoris ekonomi ketimbang pelaku usaha yang handal.

Persoalannya adalah apakah yang namanya persaingan harus menelan korban ? Apakah tidak mungkin persaingan akan mampu melahirkan hasil yang saling menguntungkan ? Sebagai contoh, jika tercipta persaingan antara penggilingan padi skala besar dengan penggilingan padi skala kecil, maka yang skala kecil tidak akan terpental atau malah jadi mati ? Inilah beberapa hal yang cukup menarik untuk didalami lebih lanjut.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia persaingan adalah suatu persaingan yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok orang tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif. Mengacu kepada pengertian ini, persaingan tidak seharusnya membawa korban. Kemenangan yang diperoleh, bukanlah untuk mempermalukan yang tersisih. Itu sebabnya, persaingan yang sehat menjadi syarat penting dalam memperebutkan berbagai kepentingan.

Dalam melakoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, persaingan usaha yang dilakukan, sebaiknya tetap berpatokan kepada semangat “yang besar mencintai si kecil dan yang kecil menghormati si besar”. Dalam kasus penggilingan padi misalnya, tidak seharusnya penggilingan padi skala besar “mematikan” penggilingan padi skala kecil. Tidak sepatutnya penggilingan padi skala besar takut tersaingi oleh penggilingan padi skala kecil, bila mereka tumbuh dan berkembang dengan pesat.

Namun bukankah akan menjadi lebih indah, kalau penggilingan padi skala besar dapat “melatih” penggilingan padi skala kecil untuk meningkat menjadi skala menengah bahkan mampu tumbuh menjadi skala besar. Catatan kritisnya adalah adakah kemauan para pengusaha penggilingan padi skala besar untuk menjadikan para pengusaha penggilingan padi tradisional untuk tumbuh dan berkembang menjadi penggilingan padi skala besar ? Atau tidak, mengingat mereka takut kehilangan pasar, jika yang kecil tumbuh menjadi besar ?

Dihadapkan pada gambaran yang demikian, terutama dalam mewujudkan iklim usaha dengan prinsip persaingan yang sehat dan bertanggungjawab, kehadiran Pemerintah, tentu saja sangat dibutuhkan. Pemerintah, dengan kekuasaan dan kewenangan yang digenggamnya, diharapkan mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi kelangsungan dunia usaha yang dilandasi spirit kekeluargaan (“brotherhood spirit”). Intinya, saling menghormati dan saling menyayangi.

Tumbangnya penggilingan padi tradisional sebagai akibat terdepak oleh “ganas” nya penggilingan padi skala besar, memberi isyarat kepada kita, dalam mengembangkan usahanya, terbukti persaingan usaha di dunia penggilingan padi, belumlah mampu menerapkan budaya “silih asah, silih asih dan silih asuh” dalam praktek kesehariannya. Kesan, yang kuat “membunuh” yang lemah, sepertinya masih mewarnai kehidupan pengusaha penggilingan padi di negeri ini.

Kalau saja budaya adiluhung di atas dapat merasuk ke dalam nurani para pengusaha penggilingan padi, mestinya para pengusaha pemggilingan padi skala kecil, anteng-anteng saja menjalankan usahanya. Tidak perlu pengusaha penggilingan padi skala kecil bertumbangan. Lebih sedih lagi, jika suasana seperti ini, terkesan sengaja dibiarkan oleh Pemerintah. Lalu muncul pertanyaan, ada apa sebetulnya dengan dunia penggilingan padi di negeri ini ?

Tugas utama Pemerintah dalam kaitannya dengan pembinaan pengusaha penggilingan padi adalah menjadikan kehudupan dunia penggilingan padi tumbuh dengan penuh harmoni. Penggilingan padi skala besar, menengah dan kecil dapat membangun kebersamaan dalam menggarap usahanya. Rasa memiliki antara satu dengan lainnya, seharusnya tampak dari kiprah mereka dalam menjalankan usahanya. Bersama kita bisa, sepatutnya dijadikan landasan gerak langkah kesehariannya.

Adanya kesatuan visi dan misi antara pengusaha penggilingan padi skala besar, menengah dan kecil, sangat dibutuhkan dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif, sehat dan bertanggungjawab. Sikap garang pengusaha penggilingan padi skala besar, baik Swasta atau BUMN, yang kesannya ingin mencaplok atau bahkan mematikan penggilingan padi tradisional, jangan sampai terus tumbuh dan berkembang semakin membabi-buta.

Akhirnya penting disampaikan, tumbangnya pengusaha penggilingan padi tradisional karena terjadi persaingan usaha yang keras dengan para pengusaha penggilingan padi skala besar, mestinya tidak perlu terjadi jika dalam dunia penggilingan padi kita tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya adiluhung yang kita miliki. Pemerintah, jelas tidak boleh lepas tangan. Pemerintah perlu terjun langsung ke lapangan sambil membawa terobosan cerdas sebagai solusinya.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *