TENANG…..TENANG SAJA, INDONESIA MASIH SURPLUS BERAS
TENANG…..TENANG SAJA, INDONESIA MASIH SURPLUS BERAS
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Mencermati rilis Badan Pusat Statistik (BPS), sebetulnya kita tidak perlu risau dengan situasi perberasan secara nasional. Walau jumlah surplus beras semakin menyusut jumlahnya, per hari ini, jika kita bandingkan antara hasil produksi petani padi dalam negeri dengan tingkat konsumsi masyarakatnya, Indonesia belum mengalami defisit. Artinya, produksi masih lebih besar dari konsumsi.
Produksi beras secara nasional tercatat sekitar 30,90 juta ton, sedangkan konsumsi masyarakat terhadap beras sekitar 30,40 juta ton. Angka ini menunjukkan, kita masih surplus sekitar 500 ribu ton. Bila meminjam istilah Gibran, maka ungkapannya adalah “tenang….tenang…..Indobesia masih surplus beras”.
Namun begitu, kita tidak boleh lengah. Kondisi surplus beras saat ini, sunggah sangat jauh berbeda dengan waktu beberapa tahun lalu. Saat itu, surplus beras tercatat masih diatas 2 juta ton. Lalu, apa yang menjadi penyebab surplus beras tinggal sekitar 500 ribu ton ? Apakah karena produksi yang menurun atau karena konsumsi yang meningkat ? Atau ke dua-duanya terjadi.
Penurunan produksi beras, mungkin saja terjadi, karena berbagai alasan. Pertama, karena terjadinya pengurangan luas tanam yang membuat luas panen berkurang, sehingga produksi jadi menurun. Luas tanan berkurang, karena kita teledor mengendakikan alih fungsi lahan sawah/ladang menjadi peruntukan lain non pertanian, seperti kawasan pemukinan, kawasan industri dan lain-lain.
Praktek alih fungsi lahan yang terekam semakin membabi-buta, sudah saatnya dihentikan dan Pemerintah perlu bersikap tegas untuk menindak oknum-oknum yang sengaja mengalig-fungsikan lahan pertanian produktf menjadi non pertanian. Deklarasi Nasional Perlindungan Riang Pertanian, sudah saatnya ditempuh dan dikumandangkan ke seluruh penjuru tanah air.
Undang Undang No. 41/2009 dan regulasi turunannya tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjuran, perlu dilaksanakan secara lebih tegas lagi. Dalam penerapannya, tidak boleh terjadi “kongkalikong” antara Aparat Pemerintah dengan oknum pengusaha yang hanya ingin mencari keuntungannsesaat. Jangan lagi ada “katabekece” dari pejsbat yang ingin memaksakan krini nya untuk kepentingan golongan.
Faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya produksi beras, karena semakin melemahnya komitmen Pemerintah dalam menunjukkan keberpihakannya kepada sektor pertanian, khususnya usahatani padi. Lemahnya keberpihakan dapat diamati dari semakin berkurangnya dukungan anggaran Pemerintah untuk menggenjot produksi setinggi-tingginya.
Pemerintah sendiri, baik Pusat atau Daerah, lebih tertarik untuk memberi anggaran yang cukup besar bagi pengembangan infrastruktur ketimbang anggaran untuk sektor pertanian. APBN dan APBD untuk pertanian terkesan ala kadarnya, hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban belaka. Politik anggaran yang lemah menjadi pemicu menurunnya produksi beras secara nasional.
Penurunan produksi beras dapat juga disebabkan oleh rendahnya produktivitas per hektar. Hal ini terjadi, bisa disebabkan oleh kualitas bibit/benih yang tidak berkualitas. Bisa juga karena persoalan pupuk yang hingga kini masih dirasakan para petani sebagai masalah yang belum terselesaikan. Tidak tertutup pula kemungkinan kurang berfungsinya irigasi karena tidak ada upaya untuk memperbaikinya.
Tak kurang pentingnya, penurunan produksi beras dapat terjadi karena semakin melemahnya kegiatan Penyuluhsn Pertanian itu sendiri. Jujur kita akui, sebagai guru petani, banyak Penyuluh Pertanian yang terekam masih belum mumpuni untuk menjadi seorang Penyuluh Pertanoan, mengingat keterbatasan jam terbang di lapangan dan minimnya inovasi yang dikuasai.
Penyuluhan Pertanian yang bertujuan untuk merubah perilaku (sikap, tindakan dan wawasan) petani ke arah yang lebih baik, menjadi kata kunci sampai sejauh mana semangat membangun pertanian menuju swasembada dapat diwujudkan. Penyuluh Pertanian adalah “prime mover” yang dimintakan untuk dapat berperan nyata dalam merubah nasib dan kehidupan petani. Bersama Penyuluh Pertanian, petani bangkit mengubah nasib.
Untuk tahun depan, Pemerintah menargetkan produksi beras nasional sebesar 37,65 juta ton. Dibandingkan dengan produksi beras saat ini sekitar 31 juta ton, berarti harus terjadi peningkatan produksi lebih dari 6 juta ton. Beberapa pengamat menilai, target sebesar ini betul-betul ambisius dan kurang realistik. Terlebih saat ini kita sedang menghadapi sergapan El Nino, yang menciptakan penurunan produksi beras.
Pesimis bukanlah sikap dan karakter sebagai bangsa pejuang. Seberat apa pun tantangan yang menghadang, kita harus tetap optimis melakoninya. Produksi beras tetap harus ditingkatkan dan digenjot habis-habisan. Kita jangan pernah merasa lelah untuk melakukan nya. Sinergi, kolaborasi dan koordinasi perlu untuk ditingkatkan. Terobosan cerdas penting dilahirkan. Inovasi dan teknologi budidaya mutlak dikembangksn.
Pengalaman menggenjot produksi padi sehingga dua kali meraih swasembada beras, harus selalu jadi acuan dalam upaya peningkatan produksi setinggi-tingginya. Itu sebabnya ketika Pemerintah berkeinginan mengejar target diatas, maka segala potensi yang ada, wajib untuk dikerahkan untuk menggapai cita-cita diatas.
“Tenang….tenang, Indonesia masih surplus beras”. Ungkapan ini, tentu tidak dimaksudkan agar kita terlena dengan keadaan. Namun sudah seharusnya, suasana ini mampu mengajak segenap komponen bangsa untuk mewaspadai sekiranya Indonesia tidak surplus beras lagi. Ke arah sanalah seharusnya cara pandang kita ditujukan.
(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).
TIDAK IMPOR BERAS, KUNCINYA ADA DI PRODUKSI
TIDAK IMPOR BERAS, KUNCINYA ADA DI PRODUKSI OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA 2025 telah dicanangkan sebagai tahun tidak impor beras.
DP3AKB Jabar Respons Cepat Tangani Kasus Perundungan Siswi SD di Garut
HIBAR – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat melakukan respons cepat terhadap laporan kasus
Tim Indonesia Raih Dua Penghargaan pada Ajang World Universities Debating Championship di Panama
HIBAR -Membuka tahun 2025, prestasi gemilang diraih oleh tim Indonesia pada ajang bergengsi World Universities Debating Championship (WUDC) yang diselenggarakan
Angka Pengangguran di Kabupaten Bandung Turun Signifikan Selama 4 Tahun Terakhir
HIBAR – Kabupaten Bandung membali mencetak prestasi membanggakan. Kurang dari empat tahun terakhir masa kepemimpinan Bupati Dadang Supriatna, angka pengangguran
BPK Jabar Serahkan LHP Kinerja dan Kepatuhan Pajak Pemkab Bandung
HIBAR -Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Kepatuhan Pengelolaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Asli
SAH! Plt. Ketua PGRI Kab Bandung oleh Isak Somantri Fauzi di Masa Transisi
HIBAR – PGRI Kab. Bandung telah melaksanakan serah terima jabatan Ketua dari H. Adang Syafaat kepada Isak Somantri Fauzi pada