2 July 2024 09:40
Opini dan Kolom Menulis

Tantangan Revolusi Pendidikan

Indonesia masih memiliki PR dalam mewujudkan cita-cita yang besar di bidang  pendidikan,   baik   dalam sistemnya maupun dalam ketersediaan sarana    dan    prasarana.   Pendidikan merupakan ujung tombak dalam proses pembentuk generasi yang unggul. Oleh karena  itu,  cita-cita  Indonesia  dalam menyongsong  Indonesia  emas  2045 adalah dengan menjadikan para pemuda Indonesia unggul dalam segala bidang melalui pendidikan. Kompetensi yang wajib dikuasai agar mampu bersaing secara   global   antara   lain   adalah kemampuan berpikirkri tis , berkomunikasi, berkolaborasi dan kreatif.

Namun , beragam tantangan untuk menggapai cita-cita tersebut dirasakan oleh bangsa ini, belum selesai dengan kasus buta huruf dan angka putu sekolah yang tinggi, baru-baru ini dunia pendidikan diluluhlantahkan oleh adanya pandemi covid-19. Virus iru mulai masuk ke Indonesia pada maret 2020 yang merupakan imper dan negara Cina. Adanya peristiwa iru mengguncang stabilitas dunia dalam berbagai sisi kehidupan bukan hanya penyebaran virus yang sangat cepat dan belum ditemukan penawarnya. Akhirnya peraturan darurat mengharuskan adanya pembatasa interaksi antar individu. Program ini memang solusi terbaik dalam rangka mem ut us penyebaran virus covid-19. Namun, dengan dibatasinya hubungan antar individu menimbulkan ketidakstabilan dalam perekonomian, pertahanan, keamanan bahkan pendidikan.

Dengan adanya pembatasan interaksi sosial, manusia harus memutar otak agar tetap memperjalankan roda kehidupan melalui jarak jauh. Baik dalam perekonomian yang merupakan pondasi utama penghidupan individu dan negara. Sampai ke pendidikan yang menjadi program pembentuk generasi penerus bangsa.

Tahun 2020 sendiri, d i Indonesia telah memasuki revolusi industri 4.0. Sehingga masyarakat sudah tidak asing dengan gawai. Meskipun tidak dapat dipungkuri dengan luasnya negara Indonesia dan ragam corak bangsa, tidak seluruh wilayah sudah tersentuh oleh perkembangan teknologi yang masif ini. Di era industri 4.0 ini, masyarakat digiring untuk melakukan efektivitas kerja menggunakan teknologi dalam segala pemenuhan kebutuhan. Dalam bidang pendidikan, adanya teknologi menggiring terjadinya revolusi belajar yang dapat diakses jarak jauh yang menjadi solusi dalam penanganan masalah pendidikan di masa pandemi.

Tren pembelajaran semasa pandemi roelalui teknologi ini di kenal sebagai pembelajaran daring (dalam jaringan), di mana siswa dan guru dapat tetap melakukan aktivitas pembelajaran di tempat yang berbeda. Media yang digunakan adalah gawai. Memiliki gawai adalah prasyarat siswa dapat melakukan pembalajaran secara daring. Revolusi belajar ini mendorong guru dan siswa untuk adaptif terhadap kemajuan teknologi.

Menurut BNSP tahun  2010, model pembelajaran abad 21 memanfaatkan teknologi yang bukan hanya sebagai media komunikasi tetapi juga sebagai fasilitas pembelajaran untuk memberikan pengalaman dan perubahan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guru diwajibkan memiliki kemampuan untuk dapat mengoperasikan gawai yang menjadi modal utama untuk menciptakan model­model pembelajaran berbasis teknologi yang mampu menggali potensi siswa dalam pembelajaran secara daring. Platform yang biasa digunakan dalam pembelajaran secara daring semisal google classroom, ruang guru, zenius, google suite for education atau kelas pintar.

Dalam melakukan pembelajaran daring ini, baik guru maupun siswa memerlukan waktu untuk bisa beradaptasi. Yang pertama dalam ha] sarana dan prasarana. Tidak semua siswa memiliki gawai sendiri, karena belum menjadi kebutuhan pokok. Yang kedua adanya sistem pembelajaran seperti ini bukan masalah yang mudah diterima oleh guru, untuk mengenalkan bahkan membuat guru yang sudah terbiasa melakukan pembelajaran tatap m uka lalu beralih menggunakan teknologi. Hal ini salab  satunya disebabkan karena kondisi fisik guru­ guru yang sudah senior tidak lagi 100% berguna dengan baik. Semisal dali penglihatan dan daya tangkap. Namun, dengan adanya kondisi gagap teknologi, selaku seorang guru harus mencontohkan semangat belajar yang baik, sehingga dapat menjadi teladan bagi muridnya.

Meskipun pembelajaran dilakukan secara daring, idealnya pembelajaran harus mampu mendidik siswa dalam hal kognitif, kecerdasan dalam bersikap dan spiritual yang baik. sebingga siswa yang dibasilkan  harus tetap  berkualitas .  Sehingga diciptakanlah model – model pembelajaran daring yang menarik sehingga mudah dipahami oleh siswa. seperti penggunaan video pembelajaran, video conferrence dan quizziz. Namun, pembelajaran dalam jaringan ini belum mampu menyamai efektivitas pembelajaran secara langsung. Karena guru bukan banya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan namun juga membentuk karakter dan akhlak yang baik.

Lost character yang pertama adalah mengenai daya juang. Adanya kemudahan infonnasi yang didapat oleh siswa saat ini, membuat daya juang mereka untuk mendapatkan ilm u semakin rendah. Meski pu n segi positifnya, siswa bisa lebih cepat mendapatkan infoemasi dan ilmu, tidak menunggu dari guru. Karena realitanya saat inisiswa lebih piawai menggunakan gawai daripada guru. Tetapi, guru bukan hanya roentranfer pengetahuan semata. Terdapat mental yang dibentuk oleh guru ketika mereka melakukan proses belajar seperti pantang menyerah, disiplin dan sikap menghargai. Selain itu, dekat dengan seseorang yang berilmu menjadi jalan kebarokahan dari ilmu itu sendiri. Sehingga ilmu yang didapat bukan hanya sekedar hafalan tapi mampu diaplikasikan dalam menyelesaikan permasalab dalam kehidupan.

Yang kedua dengan berekmbangnya teknologi siswa dapa menginput segala informasi tanpa adanya sekat pemisah yang baik dan buruk. Sekat itu hanya bisa dihadirkan oleh individu masing-masingnya. Oleh karena itu, bagi guru dengan adaya pembelajaran daring, sulit untuk mengontrol kebiasaan siswa, yang mana kebiasaan tersebut akan menggiring kepada kepribadian siswa.

Yang terakhir adalah sulit dalam mengarahkan siswa untuk menghilangkan budaya menyontek. Menyontek memang hal sederhana. Tapi seseorang yang terbiasa menyontek, lama-kelamaan akan memiliki cara pandang bahwa, dengan cara mudah ia mampu mendapatkan apa yang ia inginkan. Jikalau terus tertanam sampai mengakar, ini menjadi calon pemikiran para koruptor masa depan. Fasilitas teknologi saat in i lebih mampu dimanfaatkan oleh siswa daripada yang dilakukan oleh gu runya. Hal ini mengakibatkan siswa mudah dalam melakukan kecurangan dalam mengerjakan tugas bahkan ulangan. Sudah tidak aneh, jika siswa menemukan jawaban dari tugas yang diberikan guru di google atau sampai­sampai meretas soal  ulangan.

Kecurangan dalam penddikan ini tidak bisa dibiarkan, karena hakikatnya belajar adalah sebuah proses pembentukan kognitif, psikologis dan spiritual siswa ke arah yang lebih baik. Jikalau ada kecurangan, maka hancurnya proses pembentukan tersebut.

Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini, adalah bagaimana terbentuknya karakter siswa setelah pembelajaran daring kurang dari 2 tahun ini. Sekolah­ sekolah di Indonesia sudah mulai melaksanakan PTMT. Dan saat inisiswa sudah mulai diperbolehkan membawa handphone ke ruang kelas. Jikalau tidak diberikan arahan yang benar, siswa akan terus terbia sa disugu hkan kemudahan dengan adanya jawaban yang instan dari gawai. Perkembangan teknologi adalah hal positif, namun jika tidak dibarengi dengan pembentukan karakter, siswa tidak akan mendapatkan proses belajarnya.*Penulis,Guru SMAN 1Banjaran