7 July 2024 00:40
Opini dan Kolom Menulis

Sikap Optimis Meraih Swasembada Pangan

SIKAP OPTIMIS MERAIH SWASEMBADA PANGAN
 
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
 
    Dalam salah satu pernyataannya, Ketua Umum DPP Himpunan Kerukuran Tani Indonesia (HKTI) periode 2005 hingga 2015, Prabowo Subianto menegaskan optimismenya, dalam waktu 3 tahun ke depan Indonesia bisa swasembada pangan dan setelah itu menjadi lumbung pangan dunia. Swasembada Pangan harus segera diwujudkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. 
 
      Swasembada Pangan bukan cuma mimpi, namun dengan kerja keras dan kerja cerdas, bangsa ini akan mampu meraihnya. Catatan kritisnya adalah apakah harapan Prabowi diatas cukup realistik dan dalam tempo 3 tahun akan dapat dibuktikan dalam kehidupan nyata di masyarskat ?
 
     Lewat berita yang dirilis CNN, Prabowo Subianto menyebut program lumbung pangan atau food estate bisa membuat Indonesia, tak hanya kuat dalam pasokan pangan, namun juga bisa menjadi lumbung pangan dunia. Prabowo optimis keberadaan program lumbung pangan akan membantu Indonesia mencapai swasembada pangan.
 
     Beberapa waktu sebelumnya, Calon Presiden yang diusung Koalisi Indonesia Maju ini pun mengatakan lumbung pangan merupakan konsep yang telah berakar di Indonesia. Prabowo ingin menghidupkan kembali program tersebut di setiap desa, kecamatan, kabupaten provinsi, hingga skala nasional. Nilai budaya yang seperti ini, perlu dikembangkan dan tidak hilang tertelan waktu.
 
      Belajar terhadap pengalaman, memang sangat banyak artinya. Keyakinan Prabowo Subianto yang demikian, sebetulnya telah diberi contoh oleh kemampuan bangsa kita dalam menggapai Swasembada Beras. Sejarah mencatat, sudah dua kali bangsa Indonesia memperoleh penghargaan dunia terkait dengan pencapaian Swasembada Beras ini. 
     Pertama, Swasembada Beras 1984. Saat itu, Badan Pangan Dunia (FAO), memberi penghargaan khusus kepada Pemerintah Indonesia, atas kisah suksenya menggenjot produksi padi yang cukup tinggi, sehingga mampu Swasembada Beras. Bahkan beberapa waktu kemudian, Pemerintah Indonesia dapat membantu bantuan beras untuk bangsa Ethophia yang saat itu dilanda bencana kelaparan dan berkepanjangan, karena terjadinya perang saudara.
 
     Banyak pihak yang menggeleng-gelengkan kepala dan bertanya, kok bisa Indonesia swasembada beras. Mereka tahu persis, sejak bertahun-tahun lalu, Indonesia dikenal sebagai importir beras yang cukup besar di dunia. Mereka salut atas kemampuan para petani Indonesia yang mampu meningkatkan produksi dan produktivitas, hanya dalam wsktu beberapa tahun saja. 
 
     Kedua adalah Swasembada Beras 2022 yang penghargaannya diberikan oleh lembaga riset dunia sekelas International Rice Research Institute (IRRI) dengan sepengetahuan Badan Pangan Dunia. Prestasi ini pun mengundang kekaguman bangsa-bangsa lain di dunia. Betapa tidak ? Lagi-lagi mereka memuji kehebatan para petani padi di negara kita. 
 
     Kok bisa, disaat warga dunia diserang pandemi Covid 19, para petani justru mampu menggenjot produksi cukup tinggi menuju swasembada. Sergapan virus corona seperti yang tak mampu menembus kehidupan para petani. Selana pandemi Covid 19 berlangsung, para petani padi tetap bekerja dan bercocok-tanam padi. Bahkan dengan Covid 19, petani padi mampu menyuguhkan hasil Swasembada Beras.
 
      Persoalan penting yang patut dijadikan percik permenungan bersama adalah apakah keberhasilan swasembada beras ini akan dapat dilanjutkan dengan swasembada pangan ? Mungkinkan hanya dalam waktu 3 tahun kita akan nampu meraih swasembada jagung ? Swasembada kedele ? Swasembada Gula ? Swasemvada Daging Sapi ? 
     Jawaban atas pertanyaan ini, tentu saja tidak boleh “asbun”, apalagi Asal Bapak Senang (ABS). Untuk menjawabnya, kita butuh pikiran cerdas. Kita butuh jawaban yang jujur dan mau memandang realita. Selain beras yang sudah berhasil swasembada pada janannya, komoditas pangan lain seperi jagung, kedele, gula, dagung sapi dan beberapa komoditas hortikultura (bawang putih), hingga kini belum mampu membebaskan diri dari impor. 
 
    Bahkan beras yang sudah swasembada pun kini terpaksa harus mengimpor lagi. Itu sebabnya, menarik untuk dicermati kiat cerdas apa, dalam kurun waktu 3 tahun ke depan, kita akan mampu meraih swasembada pangan ? Betulkah pengembangan lumbung pangan menjadi pembuka kunci menuju swasembada pangan ?
 
     Sebagai cita-cita mulia, Lumbung Pangan, memang sudah sangat mendesak untuk segera diwujudkan. Sayang, dalam pelaksanaannya, kita kerap kali dihadapkan pada beragam soal yang tidak mudah diselesaikan. Sebut saja Lumbung Pangan yang dibangun di Kalimantan Tengah. Menurut laporan yang disampaikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berkelas dunis, Food Estate yang digarap di daerah tersebut banyak gagal nya ketimbang sukses ya.
 
     Akibatnya wajar, jika ada pihak-pihak tertentu yang meragukan optimisme Prabowo Subianto diatas dalam mewujudkan harapannya. Mereka tentu membaca fakta. Mereka tidak mungkin berpendapat tanpa argumen. Membangun Lumbung Pangan, jelas tidak cukup hanya dengan kemauan politik. Apalagi jika hanya dijadikan jargon pidato para pejabat. 
 
     Namun yang lebih dibutuhkan adalah sampai sejauh kebijakan yang digagas Pemerintah ini dapat didukung sepenuh hati oleh kaum tani di lapangan. Food Estate, perlu dikemas sedemikian rupa, sehingga menjadi miliknya petani dan bukan hanya krmauan politik Pemerintah. Terlebih bila petani cuma dijadikan produsen yang memproduksi hasil-hasil pertanian belaka. Semangat dasarnya, bagaimana dengan Food Estate ini, petani dapat berdiri tegak diatas tanah pertaniannya sendiri.
(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *