5 October 2024 20:25
Opini dan Kolom Menulis

Satgas Kekeringan

"SATGAS KEKERINGAN"

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

El Nino, saat ini sudah menerjang kehidupan warga dunia di berbagai negara. Fenomena alam sebagai akibat Anomali Iklim Global, benar-benar menjadi masalah tersendiri bagi sebuah bangsa, yang sebagian besar masyarakatnya, sangat tergantung kepada bahan pangan. Bayangkan, tidak ada El Nino saja, banyak bangsa di dunia yang kesulitan dalam mencukupi kebutuhan pangan pokoknya. Terlebih bila ada serangan El Nino. Sebagai bangsa, kita jelas tidak boleh main-main dalam menjawab serangan El Nino.

Ketika memberi pencerahan dalam Apel pagi dihadapan para Aparat Sipil Negara (ASN), Bupati Kabupaten Garut, Rudi Gunawan menyatakan, kini sudah saatnya dibentuk Satuan Tugas Kekeringan. Sikap ini diambil Bupati, setelah muncul kerisauan akan munculnya dampak buruk dari El Nino. Untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan, khususnya dalam rangka menjaga ketersediaan pangan, Pemerintah Kabupaten Garut perlu pro aktif guna mengambil langkah-langkah cerdas, agar El Nino tidak menimbulkan malapetaka dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Dalam beberapa hari belakangan ini, El Nino muncul menjadi bahan perbincangan yang menarik. Untuk kali ini, El Nino ditengarai bakal menjadi soal serius bagi kelangsungan pembangunan pertanian, khususnya yang berkaitan dengan ketersediaan pangan secara nasional. El Nino yang memberi dampak terganggunya produksi dan produktivitas hasil pertanian, karena terjadinya bencana kekeringan yang berkepanjangan, menuntut kepada para pihak untuk mengantisipasinya seapik mungkin.

Adanya kemauan politik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, Jawa Barat membentuk Satuan Tugas Kekeringan, benar-benar merupakan jawaban nyata untuk menghadapi dampak El Nino. Ini menarik, karena untuk memberi solusi atas bencana El Nino, tidak boleh lagi hanya dijawab lewat wacana atau diskusi yang tak berkesudahan. Jawabannya harus langkah konkrit. Tentu lewat sebuah gerakan yang berkesinabungan. Sekaranglah saat yang tepat untuk meninggalkan pendekatan sebagai “pemadam kebakaran” dan menggantinya dengan pendekatan “deteksi dini”.

Pembentukan Satgas Kekeringan merupakan salah satu bentuk jawaban nyata atas datangnya bencana El Nino. Satgas Kekeringan yang keanggotaannya diisi oleh staf Perangkat Daerah dari berbagai sektor terkait dan para pemangku kepentingan, dimintakan dapat menyiapkan program dan kegiatan yang langsung menyentuh kepada sasarannya. Akan lebih keren lagi, jika pengemasannya diwujudkan dalam bentuk gerakan yang berkelanjutan. Tidak lagi menggunakan pendekatan yang sifatnya keproyekan.

Sifat Satgas, pasti tidak permanen. Satgas dibentuk hanya dalam suasana yang darurat. Itu alasannya, mengapa yang namanya Satgas, tidak cocok dikemas dalam bentuk keproyekan. El Nino merupakan bencana kekeringan yang telah sering kita alami. Walau El Nino tidak seganas Covid 19 yang banyak menelan korban manusia, namun dalam kaitannya dengan ketahanan pangan sebuah bangsa, bencana kekeringan ini, menjadi masalah yang sangat serius untuk ditangani.

Pengalaman yang kita rasakan selama ini, El Nino jelas mengganggu ketersediaan pangan, khususnya beras di dalam negeri. Produksi hasil pertanian melorot cukup signifikan yang disebabkan oleh gagal tanam karena kekurangan pasokan air. Penguatan cadangan pangan nasional jadi terganggu mengingat tidak mencukupinya produksi petani di dalam negeri. Akibatnya, ketahanan pangan bangsa pun menjadi lemah. Ketahanan pangan yang tidak kuat, otomatis kemandirian dan kedaulatan pangan pun sulit untuk diraih.

Kehadiran Satgas Kekeringan sendiri, memang tidak boleh terjebak dalam fenomena “tukcing” alias “dibentuk lalu cicing”. Setelah ditetapkan para anggotanya, Satgas mesti langsung bergerak. Satgas sudah harus mampu memetakan lokasi mana saja yang bakal terdampak kekeringan. Lalu, bagaimana dengan gambaran irigasi yang ada di daerah. Pemetaan semacam ini penting ditempuh, karena tanpa adanya data base yang berkualitas, kita akan kesulitan menentukan prioritas program yang akan dilakukan.

Menjawab El Nino, potret irigasi yang masih berfungsi dengan baik menjadi penting. Kalau sekarang diberitakan sekitar 50 % irigasi yang ada terekam rusak, maka dengan adahya El Nino, situasi budidaya tanaman padi akan terkena dampak yang cukup parah. Dengan kekeringan yang panjang, mana mungkin sawah-sawah akan mampu berproduksi dengan optimal. Kegagalan tanam, pasti akan terjadi yang bisa saja diikuti oleh kegagalan panen. Hal ini yang patut kita cegah.

Satgas Kekeringan harus dapat memastikan, mana irigasi yang masih berfungsi dengan baik dan mana yang tidak. Hal ini penting, karena irigasi merupakan jawaban nyata sekiranya El Nino, benar-benar menyergap kehidupan para petani dan menciptakan dampak bencana kekeringan yang cukup panjang. Satgas kekeringan juga dituntut menyiapkan sarana air bersih bagi kepentingan warga masyarakat. Pencarian sumber mata air harus terus ditempuh, sehingga dapat membantu kelangkaan air di saat El Nino menerjang.

Anomali iklim atau cuaca ekstrim sendiri, memang silit ditebak kapan akan menyerang penuh dan dampak apa yang bakal diciptakannya, ketika mengganggu kehidupan masyarakat. Fenomena yang terjadi di setiap daerah berbeda-beda. Di satu daerah terekam sudah lebih dari seminggu tidak turun hujan. Namun di daerah tetangganya malah turun hujan dengan curah yang cukup tinggi. Bagi daerah-daerah tertentu seolah-olah tidak terjadi El Nino, sekalipun secara umum, Rl Nino menerjang kehidupan kita bersama.

Tidak mungkin kehadiran El Nino akan dapat kita tolak. Sebagai fenomena alam, kita hanya mampu mengendalikan agar tidak terlalu menghasilkan dampak buruk bagi kehidupan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan yang telah diberi mandat untuk mrngelola bangsa dan negara, tentu perlu pro aktif dalam mencarikan solusi terbaiknya. Kemampuan membaca tanda-tanda jaman, sangatlah dimintakan. Pemerintah tidak boleh lengah sedikitpun menghadapi El Nino. Kewaspadaan dan kesiap-siagaan mutlak terus dilakukan.

Kekhawatiran terhadap dampak buruk El Nino wajar terjadi. Sebagai bangsa yang sebagian besar penduduknya sangat tergantung kepada nasi sebagai bahan pangan karbohidrat utama nya, El Nino betul-betul sebuah tragedi yang memilukan. Tanpa pengendalian dan pengelolaan yang baik terhadap bahan pangan, tidak tertutup kemungkinan kehidupan bakal terancam. El Nino jangan sampai menurunkan produksi padi pada tingkat yang merisaukan. Itu sebabnya, kita harus berkomitmen agar produksi padi bangsa ini tidak boleh turun.

Komitmen seperti ini penting digaungkan agar kita tetap hati-hati menyambut kehadiran El Nino. Pemerintah, baik Pusat atau Daerah, sudah saatnya duduk bersama, membahas berbagai langkah dan upaya guna menyikapi Ek Nino. Terobosan cerdas untuk mensolusikannya, tentu harus selalu dicari. Pemerintah tetap diminta untuk tampil sebagai “prime mover” dalam gerak langkah di lapangan. Bersama para pemangku kepentingan kain, Pemerintah perlu nerapatkan barisan dalam menghadapi dampak buruk El Nino, yang tidak mungkin akan kita tolak kehadirannya.

Satgas Kekeringan yang diinisiasi oleh Pemerintah Daerah, diharapkan mampu menjadi sebuah pendekatan deteksi dini dalam menjawab secara nyata dampak El Nino. Satgas Kekeringan merupakan gerakan stakeholder di lapangan agar segenap komponen bangsa dapat menyiapkan diri dengan baik, guna menghadapi kemungkinan terburuk dari adanya El Nino. Satgas Kekeringan menjadi bukti kesungguhan Pemerintah supaya dapat hadir di tengah kesusahan masyarakat. Negara hadir di tengah warga bangsanya.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *