31 March 2025 22:55
Opini dan Kolom Menulis

REGENERASI PETANI DAN MASA DEPAN SEKTOR PERTANIAN

REGENERASI PETANI DAN MASA DEPAN SEKTOR PERTANIAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Munculnya kecenderungan kaum muda perdesaan semakin enggan jadi petani padi, pada dasarnya merupakan ancaman awal terhadap keberlanjutan pertanian di negeri ini. Ketika kaum muda perdesaan tidak tertarik lagi jadi petani, tapi lebih senang hijrah ke perkotaan, memberi pesan kepada kita, profesi petani padi, betul-betul sudah sangat tidak populer di benak kaum muda perdesaan.

Hal ini, penting dicermati dengan seksama, karena apa kata dunia, kalau sebuah negeri agraris bila tidak ada petaninya. Itu sebabnya, kita berharap agar Pemerintah segera mencarikan jalan keluarnya, sehingga sedini mungkin, kita akan dapat menangani nya. Kita tentu akan kecewa berat, bila Pemerintah malah menyepelekan masalah regenerasi petani padi.

Secara filosofi, makna regenerasi petani, tidak hanya memandang pertanian sebagai pekerjaan biasa, tetapi sebagai panggilan untuk menjawab tantangan global. Dengan memadukan teknologi canggih dan pengetahuan tradisional, mereka membuka jalan untuk pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Untuk itu, upaya untuk mempercepat regenerasi petani dapat diwujudkan melalui berbagai langkah, termasuk peningkatan dukungan pendidikan, mengubah persepsi orang tua tentang situasi ekonomi petani, memberikan penyuluhan tentang produksi dan distribusi produk pertanian, dan memberikan bantuan ekonomi dari pemerintah.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis regenerasi petani muda di negara kita antara lain : keterbatasan akses terhadap modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang terampil, sehingga menghambat kemampuan petani muda untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan mereka ke tingkat yang lebih baik.

Menghadapi “darurat beras” sebagai dampak menurunnya produksi beras, memaksa kepada Pemerintah untuk secara serius menggenjot produksi beras setinggi-tingginya menuju swasembada. Produksi beras akan meningkat, setidaknya didukung oleh adanya petani dan tersedianya sawah ladang dan lahan lain yang menopang. Omong kosong, produksi akan meningkat, jika petani dan sawah ladangnya tidak dilindungi dengan baik.

Kalau pun Pemerintah terkesan kurang sungguh-sungguh dalam melakukan perlindungan terhadap lahan pertanian produktif yang dicirikan dengan semakin membabi-butanya alih fungsi dan alih kepemilikan lahan, khusus untuk alih generasi petani padi, kita berharap agar Pemerintah tidak menyepelekan penanganannya. Terlebih dengan adanya berbagai soal yang menghambatnya di lapangan.

Selain terekam semakin banyaknya kaum muda perdesaan yang malas jadi petani ditempat kelahirannya, ternyata di beberapa daerah muncul fenomena para orang tua yang kini berprofesi sebagai petani padi, melarang anak-anaknya menjadi petani padi. Mereka tahu persis menjadi petani padi sekarang, sama saja dengan menjebloskan diri ke dalan suasana hidup miskin dan melarat.

Para orang tua yang kini jadi petani padi, tidak sangat tidak ingin melihat anak-anaknya hidup seperti yang dialaminya. Mereka yakin, jika ingin berubah nasib, sebaiknya anak-anak mereka dapat menenpuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akibatnya, banyak para petani yang menggadaikan atau menjual sawah ladangnya demi membiayai sekolah anak-anaknya di perkotaan.

Mereka berharap dengan dikantongi nya, ijasah pendidikan yang lebih tinggi, kesempatan untuk jadi Aparat Sipil Negara atau karyawan swasta, akan lebih terbuka. Jika anak-anak mereka mampu meraihnya, para orang tua yakin akan terjadi perbaikan nasib dan kehidupan ke arah yang lebih baik lagi. Mereka benar-benar pesimis, bila profesi petani padi bakal mampu meningkatkan harkat dan martabat kehidupannya.

Sadar akan hal demikian, sepatutnya Pemerintah dapat melahirkan terobosan cerdas dan bernas agar kaum muda perdesaan dan para orang tua yang kini berprofesi petani, memiliki keyakinan, bekerja menjadi petani tidak akan hidup miskin dan melarat. Pertanyaannya adalah terobosan cerdas dan bernas seperti apa yang sebaiknya dilahirkan oleh Pemerintah ?

Berdasar pengamatan menyeluruh, yang dimintakan kaum muda perdesaan dan para orang tua yang kini berprofesi sebagai petani, sebetulnya tidak macam-macam. Mereka hanya ingin, bila bekerja menjadi petani, maka kehidupannya tidak akan melarat dan sengsara. Mereka tidak akan terjebak dalam penderitaan yang tak berujung. Itu sebabnya, mereka butuh jaminan Pemerintah, menjadi petani padi bakal hidup sejahtera dan bahagia.

Catatan kritisnya adalah jaminan seperti apa yang seharusnya disiapkan dan dilahirkan Pemerintah, sehingga mereka yang memilih petani padi sebagai profesinya akan layak hidup di Tanah Merdeka. Secara gampangnya, ketika musim tanam tiba, para petani tidak akan lagi mengalami kelangkaan pupuk bersubsidi dan saat musim panen datang, Pemerintah dapat menjamin harga gabah akan memberi keuntungan wajar bagi petani.

Teladan diatas, hanyalah secuil masalah yang butuh jawaban cerdas dan bernas dari Pemerintah. Belum lagi masalah lain yang tak kalah pelik, jika dan hanya jika, kita ingin menjadikan profesi petani padi mampu mengajak kaum muda untuk menekuninya. Sebut saja perlunya benih/bibit padi yang berkualitas. Lalu, perbaikan sarana irigasi yang kini terabaikan. Petemajaan alsintan. Dan perlunya anggaran yang layak dan memadai.

Akhirnya, tolong dicatat, alih generasi petani padi, kini sudah saatnya memperoleh perhatian dan penangan serius dari segenap komponen bangsa. Petani adalah ikon utama negara agraris. Betapa memilukan, bila di negeri ini sampai tidak ada petani. Keberadaan petani tetap perlu dipelihara dan dilindungi kehadirannya. Itu alasannya, regenerasi petani jangan disepelekan.
(PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *