26 December 2024 15:14
Opini dan Kolom Menulis

RANJAU RANJAU SWASEMBADA PANGAN

RANJAU RANJAU SWASEMBADA PANGAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Tekad Presiden Prabowo untuk mencapai swasembada pangan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, kini telah membahana menjadi program penting Kabinet Merah Putih. Presiden ingin agar dalam 3 tahun ke depan Pemerintah sudah dapat meraihnya. Itu sebabnya, wajar-wajar saja, bila Pemerintah tampak serius menyiapkannya.

Swasembada pangan, sebetulnya bukan hal baru bagi bangsa ini. Siapa pun yang diberi mandat rakyat untuk menakhkodai bangsa dan negara ini, akan menjadikan swasembada pangan sebagai salah satu udagannya yang harus diraih. Oleh karenanya, kalau sekarang Presiden Prabowo kembali menggaungkan swasembada pangan, maka hal ini identik dengan kita mendengar lagu lawas.

Namun begitu, sekalipun swasembada pangan sudah sangat sering disuarakan, belum ada satu pun Presiden di Tanah Merdeka ini yang mampu mewujudkannya. Meraih swasembada pangan, ibarat kita mengecat langit. Terlihat, tapi susah untuk dijangkau. Swasembada pangan seperti sebuah misteri. Gampang diucapkan, sulit untuk dibuktikan.

Yang baru bisa kita raih, barulah swasembada beras. Itu pun sifatnya “on trend”. Artinya, kadang mampu meraihnya, kadang juga tidak. Swasembada beras di negeri ini, masih banyak faktor penentu untuk meraihnya. Salah satunya, faktor iklim dan cuaca ekstrim, yang hingga sekarang masih belum dapat dikendalikan dengan baik. Anomali iklim menjadi biang kerok anjloknya produksi pangan.

Inilah sebetulnya yang butuh pemikiran serius para penentu kebijakan pembangunan pangan di Kabinet Merah Putih, yang secara tugas dan fungsi bertanggungjawab terhadap pencapaian swasembada pangan. Mereka perlu belajar dari masa lalu, sekaligus mengantisipasi mas depan, mengapa bangsa kita cukup kesulitan mewujudkan swasembada pangan.

Menggapai swasembada pangan dalam suasana kekinian, tidaklah segampang Presiden Prabowo berpidato di hadapan Sidang Majlis Permusyawaratan Rakyat tentang semangatnya mencapai swasembada pangan. Sekarang ini banyak ranjau-ranjau yang harus disapu lebih dahulu. Apakah dari susi kebijakan, faktor internal maupun faktor eksternal.

Dari sisi kebijakan, setidaknya ada 5 hal yang butuh penuntasan lebih dahulu, yajni pertama terkait dengan kebijakan pertanian yang tidak jelas. Kedua, lemah dan kurangnya dukungan keuangan. Ketiga, regulasi yang tidak mendukung. Keempat, keterbatasan akses ke pasar. Dan kelima, kualitas pengawasan yang kurang baik.

Selanjutnya, beberapa faktor internal yang menyebabkan kegagalan swasembada pangan di Indonesia antara laun, keterbatasan lahan pertanian; kurangnya teknologi pertanian modern; ketergantungan pada cuaca; kualitas benih yang kurang baik; kurangnya pengetahuan petani; infrastruktur pertanian yang kurang memadai; keterbatasan sumber daya air dan penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak efektif.

Sedangkan faktor eksternal diantaranya, perubahan iklim global yang semakin sulit ditebak; kenaikan harga komoditas internasional yang susah diprediksi; ketergantungan pada impor; persaingan pasar global; kebijakan pemerintah yang tidak mendukung; konflik sosial dan politik; bencana alam dan penyebaran penyakit tanaman.

Memperhatikan berbagai faktor yang berdampak terhadap pencapaian swasembada pangan 2027, jelas terlihat betapa banyak “pe-er” yang masih harus dijawab. Itu sebabnya, akan lebih keren jika Pemerintah mampu melahirkan Grand Desain Pencapaian Swasembada Pangan 2027, lengkap dengan Peta Jalan Pencapaiannya.

Berbasis pada Grand Desain itulah, sebaiknya kita mulai menyiapkan desan perencanaan yang utuh, holistik dan komprehensif. Waktu 3 tahun, bukanlah waktu yang panjang. Kalau dikaitkan dengan musim panen padi misalnya, kita hanya akan memanen 9 kali panen (catatan : 1 tahun 3 kali pznen). Pertanyaan kritisnya, apakah selama 3 tahun mendatang, kita akan manpu menggenjot beras secara optimal ?

Lalu, bagaimana dengan jagung, kedelai, daging sapi, gula pasir, bawang putih dan lain-lainnya lagi ? Siapa dan kelembagaan Pemerintah msna yang akan menggarapnya ? Semua ini akan tampak jelas dan terukur, bila kita memang mengacu pada Grand Desain yang kita miliki. Persoalannya, dimana kita akan bisa menemukan Grand Desain dan Roadmap Pencaoaiannya ?
Ini penting disampaikan dan diingatkan agar kita memiliki arah yang jelas untuk memanfaatkan waktu 3 tahun ini dengan maksimal. Selain itu, perlu dipahami, swasembada pangan bukan hanya swasembada beras atau swasembada jagung semata. Tapi, bila kita gunakan pengertian pangan seperti yang tersurat dalan UU No.18/2012 tentang Pangan, maka pengertiannya menjadi sangat kompleks.

Atas hal demikian, swasembada pangan merupakan perjumlahan dari swasembada bahan pangan yang ada, seperti beras, jagung, kedelai, daging sapu, gula pasir, bawang putih dan sejenisnya lagi. Sepengetahuan kita komoditas-komoditas pangan yang disebutkan diatas, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terekam masih kita impor.

Kesimpulannya, apakah mungkin dalam 3 tahun ke depan, kita akan mampu menggenjot produksi semua komoditas pangan untuk berswasembada ? Jangan-jangan untuk komoditas beras saja, kita akan kesusahan untuk mewujudkannya, mengingat ranjau-ranjau pencapaian swasembada beras pun belum mampu kita selesaikan.

(PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *