26 April 2025 08:45
Opini dan Kolom Menulis

“PURUNYUS”

“PURUNYUS”

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Purunyus merupakan istilah yang kerap kali kita dengar dalam percakapan dan kehidupan sehari-hari di Tatar Sunda. Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah nakal (thd perempuan atau orang yang lebih tua, tapi tidak kurang ajar). Kata nakal disini berbeda dengan sebutan “perempuan nakal” yang sering diidentikan dengan menjyal diri. Lelaki purunyus bukan lelaki yang suka menjual diri.

Dalam kehidupan masyarakat Sunda, memang banyak istilah yang memiliki makna hampir sama. Salah satunya kata cunihin. Kata cunihin dalam bahasa Sunda merujuk pada sifat buruk seseorang yang suka menggoda lawan jenis. Contoh kalimat “Si Udin mah teu kaop ningali awewe langsung we cunihin”. Artinya adalah “Si Udin, enggak bisa lihat perempuan, langsung saja bawaannya ingin menggoda”.

Dalam bahasa gaul, purunyus dan cunihin sama saja dengan 11-12. Beda-beda tipis. Banyak benarnya. Pengertiannya terkait dengan perilaku lelaki yang doyan menggoda perempuan. Tapi, perlu dicatat, tidak semua lelaki memiliki sikap purunyus atau cunihin. Banyak lelaki yang memendam perilaku purunyus atau cunihin, karena takut ketahuan isterinya sendiri. Inilah yang sering dikatakan Suami Takut Isteri (STI).
Pada jamannya, bahkan sekarang pun, lelaki menggoda wanita adalah hal yang biasa. Yang luar biasa itu, jika wanita menggoda lelaki. Purunyus atau cunihin, dalam hal kualitas menggoda wanita, ya hanya sebatas candaan. Contoh, kalau lelaki lagi pada ngumpul, tiba-tiba ada wanita muncul diujung jalan dengan mengenakan pakaian ketat, maka wajar bila ada lelaki yang menciutinya. Cuitan itu, menggambarkan perilaku purunyus seorang lelaki.

Purunyus atau cunihinnya seorang lelaki, lebih didasari pada keinginan ingin menggoda. Hampir tidak terdengar ada lelaki purunyus yang sampai memperkosa seorang wanita. Paling jauh, godaannya hanya sebatas “noel” atau menyentuh tangan semata. Hampir jarang lelaki purunyus berani mencium seeorang wanita. Bila ada yang berperilaku demikian, namanya bukan purunyus lagi, tapi layak disebut lelaki hidung belang.

Perilaku purunyus memang cuma menggoda wanita yang lebih tua usianya. Motivasinya bisa saja ingin menguji kesabaran dari wanita yang digodanya. Seorang lelaki purunyus tentu tidak berani menggoda setiap wanita yang dijumpainya. Jarang seorang lelaki purunyus mau mengganggu seorang Mayor di TNI AD. Dirinya pasti sudah ketakutan dulu melihat seragam yang dikenakannya.

Namun ceritanya akan lain, bila dirinya ketemu wanita yang centil. Niat untuk menggodanya timbul secara otomatis. Melihat gaya wanita paruh baya yang kalau tatap muka suka memberi kode dengan kedipan mata, tentu saja sang lelaku purunyus pun, bisa saja terpancing emosinya. Dalam hati kecilnya, ah kedipan mata genit itu mengundang untuk digoda.

Tidak hanya itu. Lelaki purunyus pun sering mencari wanita di cafe-cafe tertentu untuk digodanya. Di tempat semacan itu, biasanya sering dikunjungi oleh wanita paruh baya yang mencari hiburan untuk menghilangkan kepenatan. Mereka datang bersama teman-temannya. Mereka terlihat memesan es kopi susu dan sering cekikikan atau malah tertawa lepas.
Seorang sahabat pernah bertanya, kalau ada yang disebut dengan lelaki purunyus apakah ada ysng dikatakan dengan wanita purunyus ? Jawabannya tegas : pasti ada. Dalam kehidupan sekarang, yang sering disebut “dunia terbalik”, sangat memungkinkan banyak wanita yang senang menggoda lelaki dengan usia jauh lebih tua dari si wanita. Padahal, trade mark purunyus sendiri, biasanya dilekatkan kepada seorang lelaki.

Hanya saja, penting disampaikan, kalau lelaki purunyus perilaku yang ditampilkannya lebih mengarah kepada sikap canda ria, namun kalau yang purunyusnya seorang wanita, besar peluangnya tengah “menjual diri” kepada lelaki hidung belang atau lelaki pencari “daun muda”. Di masa lalu, wanita semacam ini dikenal dengan sebutan “perek” alias perempuan eksperimen.

Di sisi lain, ada juga pandangan yang menyebut perilaku purunyus itu bawaan sejak lahir. Kita boleh setuju atau tidak dengan pemikiran semacam itu. Artinya, sejak dirinya hadir di dunia, dalam jiwanya telah tertanam perilaku yang senang menggoda wanita lebih tua umurnya. Akibatnya, setelah dirinya tumbuh besar, maka sifat dasarnya otomatis muncul, yakni tidak boleh melihat wanita yang bahenol nerkom.

Memang, sudah menjadi kesadaran bersama, dalam melakoni kehidupan, perilaku purunyus atau cunihin, bukanlah sikap dan tindakan yang perlu dibanggakan. Sedapat mungkin, kalau pun perilaku purunyus merupakan bawaan sejak lahir, maka kewajiban setiap orang untuk menendangnya jauh-jauh. Salah besar, bila ada orang yang ingin memelihara dan melestarikannya.

Akhirnya kita berharap agar perilaku purunyus atan cunihin jangan terus dikembangkan. Walaupun sifatnya canda ria, namun kalau dirinya tidak mampu mengendalikan emosi, bisa saja perilaku yang dilakukannya melahirkan tragedi dalam kehidupannya. Bayangkan, bila ada seorang lelaki purunyus, kemudian menggoda wanita paruh baya dan wanita yang digodanya pun menyambut dengan senang hati, maka kehidupannya bakal terganggu.
Menyikapi lelaki purunyus, pasti akan ada wanita yang senang atau tidak. Akan tetapi, penting dicermati, dalam suasana kekinian, tidak sedikit wanita paruh baya yang menanti digoda seorang lelaki. Terlepas dari apapun alasannya, mengapa dirinya ingin digoda, pasti ada sesuatu yang ingin dicapainya. Tentu bukan hanya keisengan, tapi siapa tahu ada udang di balik batu.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *