18 November 2024 02:41
Opini dan Kolom Menulis

PT PUPUK INDONESIA DAN REGENERASI PETANI

PT PUPUK INDONESIA DAN REGENERASI PETANI

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Seharusnya demikian. Sebagai perusahaan plat merah yang memiliki kaitan nyata dengan dunia pertanian dan kehidupan petani, maka PT Pupuk Indonesia mampu memberi banyak terobosan cerdas, guna meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian menuju swasembada sekaligus mempercepat terwujudnya kesejahteraan petani.

Detikfinance merilis, PT Pupuk Indonesia (Persero) kembali memberikan penghargaan kepada sosok petani inspiratif atau pahlawan pangan melalui Svarna Bhumi Award 2024. Program tahunan ini didedikasikan untuk mendorong inovasi hingga regenerasi petani demi mendukung ketahanan pangan nasional.
Petani merupakan tonggak utama sektor pertanian Indonesia sekaligus ketahanan negara.

Oleh karena itu, menjadi sangat masuk akal, bila Direktur Utama PT Pupuk Indonesia berkomitmen, tidak hanya mendukung pertanian melalui penyediaan pupuk, melainkan juga mendorong adopsi teknologi, keberlanjutan pertanian, hingga memberikan apresiasi kepada banyak pihak yang terekam ingin menjaga dan memelihara keperkasaan sektor pertanian.

Kiprah PT Pupuk Indonesia yang memberi perhatian khusus terhadap regenerasi petani dan penguatan ketahanan pangan bangsa dan negara, sudah sepantasnya kita berikan acungan jempol. Keluarga Besar PT Pupuk Indonesia tahu persis, masalah regenerasi petani padi di negeri ini, bisa tampil menjadi problem serius bagi masa depan pembangunan pertanian di Tanah Merdeka.

Alih generasi petani padi sendiri terkesan sangat telat diperhatikan Pemerintah. Sinyal keengganan kaum muda untuk berkiprah menjadi petani padi, sebetulnya telah berkelap-kelip sejak 35 tahun lalu. Sekarang sinyal itu telah menyala dan terlihat dari semakin banyaknya jumlah kaum muda perdesaan yang beramai-ramai meninggalkan kampung halamannya.

Ketimbang menjadi petani padi di desanya, mereka lebih tertantang untuk mengadu nasib di perkotaan. Kita sendiri tidak tahu dengan pasti, mengapa kaum muda perdesaan tidak tertarik untuk jadi petani pafi. Masalah nya menjadi lebih rumit, ketika tersiar khabar, para orang tua yang kini bekerja sebagai petani, melarang anak-anaknya untuk bekerja menjadi petani.

Selentingan informasi yang muncul ke tengah-tengah kehidupan, larangan para orang tua tersebut, salah satunya disebabkan oleh karena dunia pertanian padi identik dengan suasana hidup miskin. Puluhan tahun para orang tua jadi petani padi, ternyata tidak msmpu merubah potret kehidupan. Mereka tetap terjerembab dalam lingkaran setan kemiskinan yang tak berujung pangkal.

Para orang tua ini, tidak ingin melihat nasib dan kehidupan anak-anak mereka seperti yang dialami oleh dirinya. Di benak mereka, kalau anak-anaknya menjadi petani padi, sangat susah untuk berubah nasib. Profesi petani padi saat ini, tidak menjamin pelakunya mampu melepaskan diri dari kehidupan yang penuh dengan kesengsaraan.

Akibatnya wajar, jika para petani banyak menjual lahan sawah miliknya, hanya untuk membiayai anak-anaknya menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka berkeyakinan dengan pendidikan lebih tinggi, anak-anak mereka memiliki peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih menjanjikan seperti Aparat Sipil Negara (ASN) atau pegawai swasta yang bonafid.

Catatan kritisnya adalah jika kaum muda perdesaan semakin banyak yang meninggalkan tempat kelahirannya untuk mengadu nasib di perkotaan, maka pertanyaannya siapa penerus para petani padi yang kini sudah berusia lanjut ? Berpaling ke kaum muda perkotaan, jelas tidak akan memberi solusi. Kaum muda perkotaan, sepertinya jarang yang mau tinggal di desa dan mau berprofesi selaku petani padi.

Pertanyaan lanjutannya adalah langkah apa yang sebaiknya ditempuh agar profesi petani padi kembali diminati kaum muda perdesaan ? Kalau alasannya, jika menjadi petani padi dirinya tidak akan mampu membawa perubahan terhadap nasib dan kehidupan, mengingat penghasilannya tidak menjanjikan, maka yang perlu dipikirkan adalah bagaimana profesi petani padi pun akan mampu mensejahterakan kehidupan pelakunya ?

Inilah sepertinya yang ingin digarap oleh PT Pupuk Indonesia. BUMN ini, tampak ingin membuat profesi petani padi adalah pekerjaan yang menjanjikan dan mampu memberi kesejahteraan bagi petani. Lalu, bagaimana solusinya dengan semakin melemahnya kedaulatan petani atas lahan sawah yang digarapnya ? Langkah apa yang perlu dilakukan agar alih fungsi lahan sawah tidak semakin menjadi-jadi ?

Gambaran ini jelas bukan cuma omon-omon. Selama 10 tahun terakhir (2013-2023), jumlah petani gurem (petani berlahan sempit dengan kepemilikan rata-rata 0,25 hektar) membengkak dengan angka yang cukup signifikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyimpulkan jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) Gurem tercatat sebanyak 16,89 juta.

Dengan kata lain, mengalami kenaikan sebesar 18,49% dari catatan jumlah RTUP Gurem pada 2013 yang jumlahnya hanya sebanyak 14,25 juta. Hal ini, mengindikasikan, lahan pertanian untuk bercocok tanam semakin sempit di berbagai wilayah Indonesia. Atau bisa juga dikatakan telah terjadi penggerusan terhadap lahan pertanian dengan angka yang cukup terukur.

Kita percaya, PT Pupuk Indonesia memiliki solusi cerdas dan bernas, terkait dengan upayanya melahirkan regenerasi petani padi. PT Pupuk Indonesia, tentu memiliki banyak terobosan guna meningkatkan harkat dan martabat petani gurem yang kian membengkak. Bahkan kita optimis kiprah PT Pupuk Indonesia akan mampu memberi angin segar bagi pembangunan petani di negara kita.

Semoga niat mulia PT Pupuk Indonesia untuk mewujudkan regenerasi petani padi dan mengokohkan ketahanan pangan bangsa dan negara yang semakin berkualitas akan dapat dibuktikan. Kita tunggu bersama.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Dzikir dan Syukur

  𝓑𝓲𝓼𝓶𝓲𝓵𝓵𝓪𝓪𝓱𝓲𝓻𝓻𝓪𝓱𝓶𝓪𝓪𝓷𝓲𝓻𝓻𝓪𝓱𝓲𝓲𝓶Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarokatuuh Sabtu, 16 November 2024 / 14 Jumadil awal 1446 Dzikir dan Syukur ِّ عَنْ مُعَاذِ

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *