2 July 2024 09:25
Opini dan Kolom Menulis

PRODUKSI BERAS MENINGKAT, KESEJAHTERAAN PETANI MEMBAIK


PRODUKSI BERAS MENINGKAT, KESEJAHTERAAN PETANI MEMBAIK

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Harapannya memang demikian, produksi beras meningkat, kesejahteraan petaninya semakin membaik. Akan tetapi, yang namanya harapan terkadang beda dengan kenyataan. Begitu pun dengan produksi beras. Pengalaman menunjukkan produksi beras kita, setiap tahun meningkat dengan angka yang cukup signifikan.

Sayangnya, peninglatan produksi ini tidak dibarengi dengan semakin membaiknya lesejahteraan petaninya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan produksi beras yang meningkat, tidak otomatis meningkatkan kesejahteraan petaninya. Baru beberapa tahun terakhir ini, angka Nilai Tukar Petani ( NTP) Padi menggambarkan peningkatan.

Sekarang, Pemerintah kembali mencanangkan target produksi beras 2024 sebesar 35 juta ton beras. Isu yang diangkat adalah menggenjot produksi setinggi-tingginya menuju swasembada. Target sebesar ini, bukan hal yang mudah diwujudkan. Banyak hal yang butuh penataan. Salah satunya, kita butuh adanya komitmen yang tegas dan jelas dari Pemerintah.

Terkait dengan peningkatan produksi beras sendiri, bangsa ini memiliki pengalaman tersendiri yang patut kita sebut sebagai kisah sukses pembangunan pertanian. Dua kali mendapat penghargaan internasional tentang keberhasilan meraih swasembada beras, merupakan bukti keperkasaan petani kita dalam menggenjot produksi.

Itu sebabnya, di saat kita tengah menghadapi sergapan El Nino, yang membuat produksi beras jadi menurun, maka pengalaman menjadi bangsa yang mampu menggapai swasembada beras, merupakan modal utama dalam menggenjot produksi beras. Tinggal sekarang, bagaimana kemampuan.kita dalam menyiapkan langkah cerdasnya, sesuai dengan suasana kekinian.

Sepantasnya, produksi beras yang meningkat, membuat petani padinya hidup sejahtera. Anehnya, keinginan yang demikian, baru sebatas cita-cita. Dalam kenyataannya, nasib dan kehidupan petani padi, tetap “jalan ditempat”. Mereka tetap terjebak dalam kondisi hidup miskin. Hidup sejahtera, tetap saja jadi impian yang terlampau susah untuk diwujudkan.

Pemerintah, mestinya benar-benar hadir di tengah kesulitan petani. Penyebab, susahnya petani sejahtera, karena di saat panen dan produksi padi melimpah, ternyata harga jual gabah dan beras, cenderung anjlok. Petani, tentu saja kecewa dan termenung lesu. Kok bisa, harga selalu melorot. Mengapa Pemerintah seperti yang membiarkan kondisi seperti ini terjadi.

Kejadian semacam ini, setiap musim panen selalu berlangsung. Padahal, kalau Pemerintah ingin menunjukkan kecintaannya kepada para petani, maka jauh-jauh hari Pemerintah telah menyiapkan kebijakan sekaligus langkah nyata untuk mengendalikan harga gabah dan beras di tingkat petani tidak anjlok. Pemerintah dengan kewenangannya mampu melakukannya.

Harga Pembelian Pemerintah Gabah dan Beras yang berlaku saat ini, tampak nya sudah harus dikaji ulang. Apakah HPP yang ditetapkan awal tahun 2023, masih sesiai dengan situasi kekinian ? Ini penting dipahami, jangan sampai keteledoran yang dibuat selama ini, membuat para petani hidup sengsara. Kita punya kewajiban menjadikan para petani padi hidup riang gembira.

Para petani padi, tampak gembira dan bahagia, ketika harga gabah kering panen di tungkat petani mampu menembus harga Rp. 7000,- per kilogram. Angka ini jauh di atas HPP yang mematok pada harga Rp.5000,-. Begitu pun dengan harga gabah kering giling (GKG) yang menembus anfka Rp. 8.250,- per kilogram. Padahal, HPP GKG tercatat Rp. 6200,- per kilogram.

Catatan kritis yang dapat disampaikan adalah apakah betul hanga GKP yang membuat para petani riang gembira dan bahagia, karena tengah terjadi penurunan produksi beras sebagai dampak dari El Nino ? Jika kesimpulannya seperti ini, apakah tidak akan lebih baik lagi kalau Pemerintah segera melakukan kaji ulang atas HPP yang berlaku sekarang ?

Setelah kita sama-sama saksikan petani Subang dan Indramayu bicara langsung dengan Presiden Jokowi atas kegembiraannya menikmati harga jual yang layak, apakah langkah yang cukup tepat, bila kita berusaha untuk menurunkan lagi harga gabah ke angka yang diatur Peraturan Badan Pangan Nasional No. 6/2023 tentang HPP dan Rafaksi harga gabah dan beras.

Seorang sahabat malah mempertanyakan, mengapa petani terlihat riang gembira dengan harga gabah yang jauh di atas HPP, dan terduduk lesu, tatkala harga beras di pasar naik secara ugal-ugalan ? Pertanyaan ini penting dan menarik. Semangat naikkan harga gabah dan turunkan harga beras, rupanya kini jadi bahan perenungan kita bersama.

Gabah (GKP), umumnya milik petani. Beras biasanya dikuasai pedagang. Jarang petani yang menguasai beras. Di sisi lain, petani padi saat ini adalah “net consumer”. Artinya, pada suatu waktu, petani juga akan membeli beras di pasar. Dalam dunia dan kehidupan petani, mereka akan senang jika harga jual gabah nya mahal dan harga beras di pasar relatif murah.

Kini, akar masalahnya sudah mulai tergambarkan. Naiknya produksi beras, seharusnya mampu mendongkrak kesejahteraan petani, jika dan hanya jika, Pemerintah dapat menjamin harga jual di saat panen dengan tingkat harga yang menguntungkan para petani. Tapi, bila tidak, yang namanya petani tetap saja akan melarat, karena tak mampu menikmati harga yang wajar.

 

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Munafik

MUHASABAH SHUBUHSelasa, 2 Juli 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUNAFIQ Saudaraku, ketahuilah bahwa sifat munafik adalah sifat yang merusak ahlak manusia,

Read More »

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 30 Juni 2024Awa Koswara, S.PdGuru SDN Cibeunying 2 Majalaya Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *