7 July 2024 01:13
Opini dan Kolom Menulis

PRABOWO & SUARA HATI PETANI ?

PRABOWO & SUARA HATI PETANI ?

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Sekalipun petani di negeri ini, jarang melakukan protes atas berbagai kebijakan yang meminggirkannya dari pentas pembangunan, namun tidak ada salahnya bila kita mencoba untuk memahami apa sesungguhnya yang jadi aspirasi petani di tengah hiruk pikuknya pembangunan. Suara petani perlu dipahami agar kita tidak salah dalam merumuskan perencanaan yang akan dilakukan.

Pemerintan sendiri telah menetapkan terjelmanya Indonesia Emas Tahun 2045. Momen ini sangat penting, karena hal itu berbarengan dengan peringatan 100 tahun Indonesia Merdeka. Persoalannya adalah apa sebetulnya yang diharapkan saat Indonesia Emas tersebut ? Apakah cukup dengan menyiapkan kegiatan yang sifatnya seremoni atau ada hal lain yang lebih substantif ?

Indonesia Emas 2045 adalah momentum terbaik bagi segenap komponen bangsa untuk memberi kado istimewa ulang tahun satu abad bangsa ini menikmati kemerdekaan. Indonesia Emas 2045 merupakan saat yang paling pas untuk mempertontonkan kepada segenap warga dunia, tentang keperkasaan bangsa kita dalam mengelola bangsa dan negara.

Dari sekian banyak komponen bangsa, kaum tani terekam hidup masih memprihatinkan. Kaum tani sendiri, khususnya petani berlahan sempit, sepertinya cukup kesulitan untuk membebaskan diri dari cengkraman kemiskinan yang menderanya. Bagi sebagian besar mereka, melakoni kehidupan di Tanah Merdeka ini, hanyalah sekedar menyambung nyawa.

Namun begitu, kita harus selalu ingat, kaum tani di negeri ini, memiliki hak untuk hidup sejahtera. Sebagai anak bangsa yang merdeka, mereka pun pantas untuk merasakan bagaimana nikmatnya kemerdekaan. Lalu, bagaimana cara terbaik agar kaum tani pun tampil sebagai penikmat pembangunan ? Jawabannya tegas, Pemerintahlah yang berkewajiban untuk mewujudkannya.

Upaya membebaskan kaum tani dari belenggu kemiskinan yang menjerat kehidupan mereka, sebetulnya telah digarap sejak lama. Genderang perang untuk memerangi kemiskinan kaum tani, juga telah ditabuh. Persoalannya, mengapa sampai sekarang kita masih belum mampu menghapus kemiskinan petani ? Ironisnya, yang terjadi malah pembengkakan jumlah petani gurem.

Menurut Sensus Pertanian 2023, selama 10 tahun terakhir (2013-2023), telah bertambah jumlah petani gurem dengan angka cukup signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyimpulkan jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) Gurem tercatat sebanyak 16,89 juta. Dengan kata lain, mengalami kenaikan sebesar 18,49% dari catatan jumlah RTUP Gurem pada 2013 yang jumlahnya hanya sebanyak 14,25 juta.

Atas gambaran seperti ini dapat disimpulkan, jumlah rumah tangga petani berlahan sempit jadi meningkat. Artinya, jumlah masyarakat rentan miskin jadi bertambah. Pembengkakan petani gurem juga mengisyaratkan jumlah rumah tangga petani semakin tidak berdaulat akan lahan yang dikuasainya. Ini penting dicatat, karena kedaulatan petani ditentukan oleh penguasaan lahan pertaniannya.

Omong kosong petani miskin akan mampu merubah nasib dengan kemandiriannya. Tanpa ada dukungan optimal dari kekuasaan, kemiskinan petani tetap akan melestari dalam kehidupannya. Itu sebabnya, dibutuhkan adanya keberpihakan nyata dari Pemerintah. Berpihak, bukan cuma sekedar kemauan politik, tapi juga dengan tindakan politiknya.

Ada kemauan politik tanpa ditopang oleh tindakan politik, kemiskinan petani tetap tidak akan terselesaikan. Pemerintah di negeri ini tampak sudah habis-habisan memerangi kemiskinan petani. Banyak kebijakan, program dan kegiatan yang dilahirkan. Sayang, hingga kini kemiskinan masih saja melekat erat dalam kehidupan kaum tani. Kemiskinan seolah menyatu dengan kehidupannya.

Terpilihnya Presiden NKRI 2024-2029 yang dikenal pula sebagai pejuang organisasi petani, Prabowo Subianto, diharapkan mampu memberi aura baru dalam pembangunan petani di Tanah Merdeka ini. Pengalaman selama 10 tahun memegang posisi selaku Ketua Umum DPN HKTI, tentu memberi bekal kepada dirinya pengetahuan tentang apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan petani.

Pertanyaannya, apakah kalau sudah jadi Presiden, seorang Prabowo masih akan memegang komitmennya untuk membela dan melindungi petani ? Apakah sosok Prabowo masih akan menjadikan jabatannya untuknsesegera mungkin mewujudkan kesejahteraan petani ? Atau tidak, dimana Prabowo tidak mampu menjadikan kekuasaan yang digenggamnya untuk berpihak ke Petani ?

Bagi orang-orang yang mengenal dengan baik, sosok Prabowo, pasti mereka yakin Prabowo adalah pemimpin yang komit dan konsisten atas apa-apa yang telah disampaikan. Dalam kaitannya dengan pembangunan petani, Prabowo sangat ingin agar petani terbebas dari suasana hidup miskin dan melarat. Bahkan Prabowo sangat mendambakan petani dapat berdiri tegak diatas lahan pertanian nya sendiri.

Kembali ke judul tulisan kali ini. Prabowo sangat memahami dengan baik, apa yang jadi suara petani. Aspirasi petani yang sudah bosan melakoni hidup miskin, sepertinya tetap melekat erat dalam sanubari terdalam nya. Bagi Prabowo, keinginan (will) dan kebutuhan (need) petani merupakan satu kesatuan yang tak boleh dipisahkan. Pemerintah berkewajiban untuk mewujudkannya.

Menterjemahkan suara petani ke dalam kebijakan, program dan kegiatan yang berpihak kepada petani, rupanya menjadi titik kuat dan titik tekan yang harus digarap oleh Kabinet mendatang. Kita percaya Prabowo akan mampu memimpin Kabinet yang betul-betul dapat menghormati dan memuliakan kaum tani. Seharusnya memang demikian.

 

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

 

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *