5 October 2024 22:18
Opini dan Kolom Menulis

PENINGKATAN PRODUKSI YANG MENSEJAHTERAKAN PETANI

PENINGKATAN PRODUKSI YANG MENSEJAHTERAKAN PETANI

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Pemikiran yang menyatakan peningkatan produksi otomatis akan meningkatkan kesejahteraan petani, kini banyak dipertanyakan orang. Pasalnya, berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), naiknya produksi beras yang meningkat cukup.signifikan, sehingga mampu meraih swasembada beras, rupanya tidak diikuti dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan petaninya secara cukup meyakinkan.

Nilai Tukar Petani (NTP) memang meningkat. Kalau NTP meningkat, mestinya kesejahteraan petaninya pun semakin membaik. Sayang, yang terjadi, peningkatannya tidak sehebat peningkatan produksi. Bahkan ada juga kalangan yang menyebut, dibalik peningkatan produksi, tingkat kesejahteraan petani jalan ditempat alias tidak beranjak cukup meyakinkan.

Pada tahun 2022, NTP tercatat sebesar 107.33. Sedangkan pada tahun 2023 membaik jadi 112.46. Dibanding tahun sebelumnya, NTP 2023 mengalami kenaikan sebesar 5.13 poin. Di sisi lain, BPS juga merilis produksi beras 2022 sebesar 31,54 juta ton. Sedangkan pada tahun 2023 tercatat sebesar 30,90 juta ton. Ini berarti, terjadi penurunan produksi sebesar 640 ribu ton. Kesimpulannya produksi beras turun, NTP nya meningkat.

Yang menarik dari data diatas, turunnya produksi beras, ternyata menjadikan kesejahteraan petani jadi membaik. Padahal, yang kita yakini dan kita pahami selama ini, tingkat kesejahteraan petani akan semakin membaik, sekiranya produksi meningkat. Catatan kritisnya, mengapa produksi menurun, kesejahteraan petani bisa meningkat ?

Di sisi lain, ada juga persoalan yang perlu dikaji lebih dalam. Apakah betul, upaya peningkatan produksi yang kita tempuh sekarang merupakan langkah nyata untuk meningkatkan kesejahteraan petani ? Atau upaya ini lebih dimaksudkan untuk menguatkan ketersediaan cadangan beras Pemerintah yang selama ini terekam cukup merisaukan ?

Lebih seru lagi, ketika ada yang berpandangan, peningkatan produksi yang kita genjot habis-habisan ini, untuk memenuhi keperluan Bantuan Langsung Beras yang pelaksanaannya diperpanjang hingga Juni 2024. Presiden Jokowi sendiri berprinsip, bangsa ini jangan sampai kekurangan beras. Kalau perlu, untuk mencukupinya, kita penuhi dari impor.

Peluang untuk menggenjot produksi, dengan target minimal 32 juta ton beras untuk tahun 2024, sebetulnya bukan hal yang sulit diwujudkan, selama faktor pendukungnya kita siapkan dengan baik. Paling tidak, ada 4 hal yang mendesak untuk ditempuh. Mulai dari penyiapan benih padi bersertifikat, lalu ketersediaan pupuk sesua8 dengan kebutuhan petani, kesiapan air dan irigasi serta kehadiran Penyuluh Pertanian di lapangan.

Ke 4 faktor diatas, benar-benar akan sangat menentukan upaya penggenjotan produksi ke arah yang diharapkan. Artinya, mana mungkin peningkatan produksi beras tercapai jika sekarang ini kita kesulitan benih bersertifikat ? Atau, mana bisa kita akan menggenjot produksi dan produktivitas, bila anggaran pupuk bersubsidi semakin dikurangi Pemerintah ?

Atas hal yang demikian, penting dicatat, upaya menggenjot produksi dan peningkatan produktivitas ternyata tidak cukup hanya dengan mengedepankan retorika politik saja. Yang lebih utama, justru persiapan hal-hal yang sifatnya teknis. Kesiapan ke 4 faktor diatas, menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan produksi beras.

Peningkatan produlsi yang mampu menssjahterakan petani merupakan arah tujuan kita. Pokok masalahnya, mengapa sekalipun produksi dapat ditingkatkan cukup signifikan, kok yang namanya petani terekam belum sejahtera. Petani seolah-oleh membangun persahabatan abadi dengan suasana hidup miskin. Petani tetap sengsara dan melarat.
Keterikatan yang sangat kuat antara petani dengan kemiskinan, sudah saatnya kita putus. Petani di Tanah Merdeka, sesegera mungkin perlu terbebas dari suasana hidup miskin yang menjeratnya. Petani di dunia ini, memiliki hak untuk hidup layak dan sejahtera. Di sisi yang lain, kita juga paham, kewajiban Pemerintahlah untuk mensejahterakan kehidupannya.

Genderang perang melawan kesengsaraan petani, sebetulnya telah ditabuh sejak lama. Berbagai teori dan pemikiran telah dikemas ke dalam kebijakan yang terukur dan berkapasitas akademik. Dukungan politik anggaran sudah sangat bwsar. APBN maupun APBD tak henti-hentinya dikucurkan. Semua sepakat kemiskinan harus dihentikan dan diganti dengan suasana hidup sejahtera.

Hal ini penting jadi percik permenungan bersama, karena pada suasana sejahtera itulah persoalan lahir batin manusia akan terselesaikan. Itu sebabnya, pendekatan teknokratik yang ditempuh, jangan sampai lepas dari semangat pembelajaran, pemberdayaan dan pemartabatan petani. Inilah esensi konsep Penyuluhan Pertanian yang semestinya dikembangkan ke depan.

Penyuluh Pertanian sebagai guru petani sekaligus pencerah nasib dan kehidupan petani beserta keluarganya, memiliki peran penting dalam mempercepat perwujudan kesejahteraan petani. Penyuluh Pertanian dimintakan untuk selalu menularkan teknologi dan inovasi, baik terkait dengan teknologi budidaya atau pemasaran, kepada para petani.

Akhirnya, tentu kita berharap agar upaya Pemerintah menggenjot produksi beras setinggi-tingginya akan dapat kita wujudkan. Melalui langkah peningkatan luas tanam di banyak lahan rawa dan pasang surut ataupun lewat percepatan masa tanam, kita oprimia target produksi beras yang harus dicapai tahun 2024, bukan hal yang tidak mungkin untuk diraih. Tinggal ada niat atau tidak untuk menggapainya.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *