7 July 2024 01:00
Opini dan Kolom Menulis

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN FILOSOFI BERCOCOK TANAM

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN FILOSOFI BERCOCOK TANAM

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

Semangat merdeka belajar dan pendidikan yang berpihak kepada peserta didik menguatkan perlunya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi pada dasarnya adalah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan karakter, minat, gaya belajar, dan kebutuhan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang “warna-warni” dan variatif. Warna-warni tersebut akan berimplikasi kepada beragamnya variasi bahan, strategi pembelajaran, proses pembelajaran, dan produk yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai gambaran pencapaian kompetensinya.

Pada pembelajaran berdiferensiasi, guru mengakui dan menghargai beragamnya kecerdasan, keunikan, dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi menempatkan peserta didik sebagai manusia memiliki fitrah masing-masing. Jangankan anak yang berbeda ayah dan ibu, anak yang memiliki ayah dan ibu sama pun memiliki karakter yang berbeda. Bahkan anak yang lahir kembar pun memiliki karakter, minat, dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan latar belakang sosial-ekonomi, adat istiadat, dan lingkungan pergaulan pun akan mewarnai pertumbuhan fisik dan psikologis seorang anak.

Membahas pembelajaran berdiferensiasi, saya terinspirasi dengan proses bercocok tanam. Misalnya di sebuah taman atau kebun terdapat beragam jenis pohon atau bunga. Setiap tamanan tersebut memiliki waktu untuk tumbuh yang berbeda. Waktu tumbuh pohon akan jauh lebih lama dibandingkan dengan bunga. Sesama jenis pohon atau bunga pun memiliki waktu yang berbeda untuk tumbuh dan berkembang.

Begitupun tingkat kesuburan tanah, teknik perawatan, dan teknis pemeliharaannya berbeda. Jika tanaman itu disiram, maka volume air dan frekuensi penyiraman pun berbeda. Begitu pun jika tamanan itu diberikan pupuk, jenis dan volume pupuk yang diperlukan berbeda. Jika kuantitas dan kualitas pupuk tidak sesuai dengan kebutuhan setiap tanaman (berlebih atau kurang), maka yang terjadi adalah tanaman tersebut tidak akan tumbuh dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dalam perkembangannya, tanaman tersebut bisa membusuk, mengering, atau bahkan mati.
Begitu pun dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, guru harus memberikan layanan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, minat, dan kebutuhan setiap peserta didik agar mereka bisa berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya sebagai manusia. Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Ini memang bukan tugas yang mudah, tapi dengan upaya yang sungguh-sungguh dan penuh dedikasi, seorang guru tidak mustahil dapat melakukan hal tersebut.

Mendidik dengan hati dan mengajar dengan rasa, bukan hanya mengandalkan logika. Hal tersebut mutlak harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat melaksanakan tugas dengan senang dan dapat menyentuh hati setiap peserta didik. Setiap peserta didik perlu mendapatkan perhatian dari guru, tapi bentuk dan porsinya beragam. Ada yang cukup disapa, cukup disebut nama saja sudah senang dan merasa diperhatikan oleh guru, tapi ada juga memerlukan perhatian lebih intens dan lebih fokus seperti anak berkebutuhan khusus (ABK) atau memiliki tingkat emosi yang lebih sensitif dibandingkan dengan peserta didik yang lain. Maksud emosi di sini adalah perasaan yang mudah marah, mudah tersinggung, perasa (sensitif), mudah sedih, mudah tertekan oleh masalah yang dihadapi atau peristiwa yang dialaminya.

Kalau ada peserta didik yang cenderung kurang disiplin atau menyimpang dari peraturan sekolah, bentuk upaya untuk mengingatkan atau memperbaikinya pun beragam. Ada yang cukup diingatkan dengan lisan, cukup sampai peringatan tertulis, atau perlu ada dialog dari hati ke hati antara guru dengan peserta didik tersebut secara khusus atau secara tertutup untuk mengidentifikasi dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Selain itu juga, untuk menjaga agar peserta didik tersebut tidak down mentalnya, tidak merasa dipermalukan, atau berpotensi dirundung oleh teman-temannya. Sekali lagi, pendidikan adalah sebuah proses. Dan proses itu perlu dilalui dengan penuh kesabaran.

Implikasi dari perlunya guru melakukan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru didorong untuk meningkatkan kompetensinya dalam mengelola kelas, kemampuan menggunakan bahan ajar dan media pembelajaran yang bervariasi, kemampuan dalam berkomunikasi dengan peserta didik, kemampuan untuk melakukan asesmen pembelajaran dengan menggunakan instrumen yang beragam. Sekolah, pemerintah, dan organisasi profesi guru perlu menjembataninya melalui berbagai pelatihan atau guru bisa melakukannya secara mandiri. Wallaahu a’lam.

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *