5 October 2024 23:34
Opini dan Kolom Menulis

Pahlawan Pangan Lokal


PAHLAWAN PANGAN LOKAL

OLEH : ENTANG SASYRAATMADJA

10 Nopember 2023 ini, kembali bangsa kita telah memperingati Hari Pahlawan yang ke 78 tahun. Makna tema yang dianut untuk Hari Pahlawan tahun 2023 adalah bahwa kita harus terus berjuang dan bekerja keras. Hari Pahlawan ditujukan untuk mengenang pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945

Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang heroiknya para pahlawan kusuma bangsa, yang begitu gagah berani mempertahanan Tanah Merdeka dari serbuan bangsa-bangsa lain. Selain itu, Hari Pahlawan juga mengingatkan kepada kaum muda, khususnya generasi milenial tentang betapa tidak mudah bangsa ini merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Di negeri ini, bicara Hari Pahlawan, senantiasa akan dikaitkan dengan sosok Bung Tomo. Beliau inilah yang mampu membakar semangat rakyat untuk mengusir bangsa lain yang ingin menjajah bangsa kita. Teriakan :Merdeka atau Mati, menggema dan menggelegar di kota Surabaya mengiringi kepahlawanan Bung Tomo sebagai penyemangat mengusir penjajah.

Pahlawan berasal dari bahasa Sansekerta phala, yang berarti hasil atau buah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Dalam suasana kekinian, pahlawan sering dimaknai dengan berbagsi versi.

Gelar pahlawan nasional Indonesia diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik yang didefinisikan sebagai perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya atau berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara. Salah satunya, ada yang menyebut Petani adalah Pahlawan Pangan.

Nilai kepahlawanan itu sendiri sering diidentikan berupa kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Pahlawan tidak akan mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Pahlawan bicara pengabdian dan pengorbanan. Nilai-nilai itu relevan pada masa kini untuk menjaga rasa cinta atas nasib sesama dan persatuan, khususnya bagi generasi muda.

Salah satu Pahlawan yang kita butuhkan saat ini adalah hadirnya Pahlawan Pangan Lokal, yang dimintakan tampil sebagai penggerak utama dalam program diversikasi pangan. Bangsa ini butuh sosok anak bangsa yang dapat memberi teladan terkait penerapan pangan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Mereka siap menggeser nasi dengan pangan lokal sebagai bahan pangan pokoknya.

Undang Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Pangan lokal pasti tersedia disekitar kita. Pangan lokal tidak perlu kita datangkan dari luar negeri. Tinggal sekarang, bagaimana kemampuan kita dalam pendaya-gunaannya.

Di atas kertas, pengembangan pangan lokal telah tercatat sejak puluhan tahun silam. Sayangnya, apa yang telah tertulis itu, masih brlum mampu diwujudkan dalam kehidupan nyata di lapangan. Pangan lokal, masih ramai dibincangkan atau di-FGD-kan saja. Sedangkan dalam kenyataannya, belum terterapkan dengan baik. Inilah tantangan kita ke depan.

Meragamkan pola makan masyarakat dari nasi ke non nasi, kelihatannya masih dihadapkan pada berbagai tantangan dan kendala. Yang namanya nasi, hingga kini masih belum tergantikan oleh bahan pangan karbohidrat lain. Masyarakat seolah-olah telah terhipnotis oleh yang namanya nasi. Bahkan ada kesan : :tidak ada nasi identik dengan tidak ada kehidupan”.

Pemerintah sendiri, sejak beberapa tahun lalu telah menyusun Roadmap Pengembangan Pangan Lokal. Anehnya, Roadmap yang saat itu digarap oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, kini tidak terdengar lagi ceritanya. Apalagi setelah Lembaga ini dilikuidasi dan digantikan oleh Badan Pangan Nasional, yang dukungan anggarannya sangat jauh dari memadai.

Akibatnya wajar, jika program penganekaragaman pangan pun seperti yang jalan ditempat. Menggeser nasi jadi pangan lokal sebagai bahan pangan karbohidrat masyarakat, masih seperti mengecat langit. Balum mampu menapak bumi. Masalahnya menjadi semakin rumit, ketika Pemerintah menggelontorkan bantuan langsung beras kepada masyarakat yang tergolong miskin.

Padahal, jika yang dijadikan bantuan sosial itu berbagai jenis bahan pangan lokal, sesuai dengan kearifan daerah masing-masing, boleh jadi program diversifikasi pangan bakal terbantu. Hanya, kalau semua daerah dipukul rata harus mengkonsumsi nasi, maka hal ini menjadi penghambat tercapainya program diversifikasi pangan itu sendiri. Lain cerita, bila yang dibansoskan itu beragam jenis bahan pangan lokal.

Ke depan, kebijakan yang ditempuh Pemerintah dalam membantu masyarakat yang tergolong daya beli rendah ini, ada baiknya dirancang bahan pangan lokal sebagai komoditas utamanya. Pil pahit program Raskin atau Rastra, tidak perlu terulang lagi. Di satu sisi rakyat diminta mengurangi konsumsi nasi, namun di sisi lain, Pemerintah memaksa masyarakat untuk tetap mengkonsumsi nasi.

Semoga peringatan Hari Pahlawan tahun ini akan mampu melahirkan lebih banyak lagi pahlawan pangan lokal, yang secara ikhlas menggeser pola makan nya dari nasi ke non nasi.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *