7 October 2024 03:32
Opini dan Kolom Menulis

“Mimpi Buruk” Pertanian Jabar

"MIMPI BURUK" PERTANIAN JABAR

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Jawa Barat dikenal sebagai salah satu lumbung padi nasional. Sekitar 17 %, produksi padi nasional disumbang oleh hasil jerih payah para petani Jawa Barat. Para petani padi di Jawa Barat, tampak tak pernah merasa lelah untuk bercocok-tanam padi. Mereka sadar yang namanya padi harus selalu digenjot produksinya, agar dapat memenuhi kebutuhan, baik untuk keperluan konsumsi masyarakat, cadangan beras Pemerintah, untuk bantuan sosial atau untuk kebutuhan lainnya.

Petani juga sangat memahami, beras di negeri ini tercatat sebagai sumber kehidupan dan penghidupan sebagian besar masyarakat. Di sisi lain, kita juga mengenali yang namanya petani memiliki hak untuk hidup sejahtera. Menjadi tugas dan kewajiban Pemerintahlah untuk mensejahterakan mereka. Sayang, dalam kenyataan sehari-hari petani masih hidup penuh dengan kenelangsaan.

Petani, khususnya mereka yang berlahan sempit, masih saja terjebak dalam suasana hidup sengsara. Hasrat untuk merubah nasib, terekam masih sangat susah untuk diwujudkan. Pendapatan kesehariannya, belum mampu terbebas dari kemiskinan. Dengan penghasilan sekitar Rp. 500 ribu per bulan, petani masih pantas disebut hidup di bawah garis kemiskinan.

Petani gurem dan buruh tani, betul-betul tercatat sebsgai warga masyarakat yang kondisi krhidupannya masih mengenaskan.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, pembangunan pertanian di Jawa Barat, khususnya tanaman padi, benar-benar terlihat cukup menyedihkan. Berbagai pihak nenyatakan strategi perencanaan pembangunan pertanian, terkesan amburadul. Para penentu kebijakan dan bertanggungjawab terhadap pertanian, terlihat seperti yang kurang serius menangani sektor pertanian.

Hampir tidak ada terobosan cerdas yang dilahirkan. Mereka lebih mengandalkan kepada kebijakan dan program yang diluncurkan Pemerintah Pusat. Begitu pun dengan politik anggaran yang dikucurkan. APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, umumnya hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Anggaran Daerah yang digunakan untuk sektor pertanian, rata-rata dibawah angka 5 %.

Dengan proporsi dana sebesar itu, mana mungkin Jawa Barat akan mampu menjadi juara di bidang pertanian, terutama yang berkaitan dengan peningkatan produksi padi. Jadi, Visi “terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Bathin melalui Inovasi dan Kolaborasi” di bidang pertanian atau pangan, lebih mengedepan sebagai cita-cita ketimbang realita.

Terkesan, lebih mengecat langit, dari pada menapak bumi. Lebih sedihnya lagi, suasana yang memilukan ini, dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja oleh para petinggi di Jawa Barat. Bahkan Gubernurnya sendiri lebih banyak mengurusi hasrat politiknya untuk menjadi Presiden atau Wakil Presiden, dari pada berinovasi untuk menggenjot produksi padi atau pun berjuang keras untuk meningkatkan kesejahteraan para petaninya.

5 September 2023, Kang Emil dan Kang Uu telah menyelesaikan tugasnya selaku Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Untuk meneruskan tugas Pemerintahan di Jawa Barat telah ditetapkan seorang Pj. Gubernur. Presiden Jokowi telah menetapkan Kang Bey sebagai Pj. Gubernur Jawa Barat dari 3 nama yang diusulkan oleh DPRD Jawa Barat.

Walau ada selentingan nama yang dipilih Presiden Jokowi bukan sosok yang diharapkan oleh para tokoh Jawa Barst, tapi jika sudah menjadi keputusan, maka dengan jiwa besar kita harus menerimanya. Kita tidak boleh menolaknya. Apalagi jika ada yang melakukan aksi demo ke Istana Negara. Dipilihnya Kang Bey, tentu bukan tanpa alasan. Presiden Jokowi tentu telah melakukan pengkajian mendalam terhadap 3 calon yang diajukan.

Pertanyaannya, mengapa bukan sosok Jaksa atau Akademisi yang dipilih ? Apakah Presiden lebih yakin untuk memilih seorang ASN yang telah lama melakukan pengabdian di lingkungan Sekretariat Negara khususnya dalam beberapa tahun terakhir di Kantor Sekretariat Presiden ? Jawaban atas pertanyaan ini, tentu hanya Presiden Jokowi yang paling tahu.

Bagi keluarga besar pertanian di Jawa Barat, penetapan Kang Bey selaku Pj. Gubernur Jawa Barat, diharapkan bakal mampu mengembalikan kejayaan Jawa Barat sebagai lumbung padi nasional. Kita ingin agar yang nananya Kepala Daerah di Jawa Barat harus berani menunjukkan keberpihakannya kepada sektor pertanian. Ini penting dicatat karena betapa menyakitkannya, jika produksi padi Jawa Barat, sampai harus tersalip oleh Jawa Tengah.

Padahal, sejarah mencatat, selama puluhan tahun silam produksi padi Jawa Barat hampir tidak pernah kalah oleh Jawa Tengah. Jawa Barat selalu berada di peringkat 2, bahkan terkadang jadi juaranya. Baru tiga atau empat tahun belakangan, Jawa Barat harus puas di peringkat tiga. Lalu, bagaimana kaitannya dengan Visi Jawa Barat Juara Lahir dan Bathinnya itu ?

Terpuruknya produksi padi Jawa Barat ketika Gubernurnya Kang Emil dsn Wagubnya Kang Uu, mestinya tidak.perlu terjadi jika dan hanya jika, Kepala Daerahnya, memberi perhatian serius terhadap kemajuan dan perkembangan pertanian. Akan tetapi, jika Gubernur nya terlihat memiliki hasrat politik untuk jadi Presiden atau Wakil Presiden, maka suatu hal yang wajar, kalau pembangunan yang ditempuh di Jawa Barat menjadi tidak optimal dalam penggarapannya.

Ambisi jadi Presiden, betul-betul mengalahkan langkah untuk menggenjot produksi padi sebesar-besarnya. Bila kita cermati kondisi kepolitikan terkini. ternyata nama Kang Emil tidak lagi banyak dijagokan Partai Politik untuk jadi Cslon Presiden, bahkan Wakil Presiden selalipun. Nama Kang Emil kalah populer dibandingkan nama Anis, Prabowo. Ganjar dan lainnya lagi.

Di saat pendaftaran Calon Presiden/Wakil Presiden yang tinggal satu bulan ke depan, malah nama Muhaimin Iskandar yang langsung memperoleh jabatan selaku Calon Wakil Presidennya Anis Baswedan. Hasrat politik Kang Emil untuk dapat tampil jadi Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden periode 2024 – 2029, rupanya telah tertutup rapat. Kalau masih berkehendak untuk jadi petinggi nasional, bisa saja Kang Emil diangkat menjadi seorang Menteri di Pemerintahan nanti.

Hanya kalau Kang Emil masih mau menuntaskan masalah yang tertunda selama 5 tahun ini, pilihan untuk ikut lagi Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024 – 2029 adalah pilihan politik yang cukup tepat. Ayo buktikan, Jawa Barat mampu untuk menyalip Jawa Tengah, sehingga kembali menjadi peringkat 2 dalam hal Provinsi penghasil produksi padi tertinggi di Indonesia.

Terlepas dari mau atau tidaknya Kang Emil memimpin Jawa Barat, namun yang pasti diatas tanggal 5 September 2023. Jawa Barat akan dinakhkodai oleh Kang Bey. Kita percaya, Kang Bey telah menyiapkan diri untuk tampil menjadi Pj. Gubernur Jawa Barat yang akan mengedepankan keinginan dan kebutuhan masyarakat Jawa Barat.

Kang Bey, pasti akan mampu memisahkan mana urusan pribadi dan mana urusan negara. Kang Bey, dijamin tidak akan “merekedeweng” memaksakan kepentingan pribadi. Tapi, selaku ASN yang telah malang melintang di dunia Pemerintahan, Kang Bey akan mampu membaca peta masalah yang ada di Jawa Barat. Termasuk bagaimana jurus untuk merubah pertanian tidak selalu menjadi mimpi buruk yang menyeramkan.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

“LIANG COCOPET”

“LIANG COCOPET” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA “Liang Cocopet” adalah ungkapan umum dalam kehidupan masyarakat. Tatar Sunda, yang intinya menggambarkan tempat

Read More »

Tanda Terimanya Sebuah Amal

MUHASABAH AKHIR PEKANMinggu, 6 Oktober 2024 TANDA DITERIMANYA SUATU AMAL BismillahirrahmanirrahiimAssalamu’alaikum wr wbrkt… Saudaraku,Perlulah kita ketahui bahwa tanda diterimanya suatu amalan adalah apabila

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *