4 July 2024 11:37
Opini dan Kolom Menulis

Menjaga Momentum Keperkasaan Pertanian

MENJAGA MOMENTUM KEPERKASAAN PERTANIAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Banyak pandangan dan pemikiran menarik dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) terkait dengan arah dan kebijakan pembangunan pertanian di negeri ini. SYL dikenal sebagai Menteri Pertanian yang pertama kali mengumandangkan pertanian adalah sektor yang perkasa. Sebuah ungkapan yang penuh percaya diri.

Mengapa SYL berujar sepertibitu ? Salah satu alasannya, karena sektor pertanian mampu tampil menjadi bantalan pertumbuhan ekonomi yang tetap kokoh dalam menghadapi berbagai krisis perekonomian. Sektor pertanian, tidak pernah mengecewakan bangsa ini. Reputasi sektor pertanian selalu jadi perhatian warga dunia.

Buktinya, ketika warga dunia dikejutkan dengan sergapan pandemi Covid 19, sektor pertanian tetap kokoh dan tidak terlalu terdampak dengan adanya bencana kemanusiaan yang cukup banyak menelan korban nyawa manusia. Hampir tidak pernah terdengar ada klaster petani yang terkena Covid 19. Petani asyik saja bercocok-tanam guna memberi makan kita semua.

Ketika sektor-sektor unggulan tumbuh negatif, sektor pertanian tetap tumbuh positip. Ini sebuah pertanda atas keperkasaan sektor pertanian dibanding sektor-sektor lain. Tugas dan tanggung-jawab ke depan adalah sampai sejauh mana kita mampu menjaga dan memelihara keperkasaan sektor pertanian ini agar tidak memudar, karena keteledoran kita bersama.

Dibandingkan era-era sebelumnya, menghadapi masa depan, kita akan dihadapkan kepada tantangan yang lebih rumit dan jelimet dalam memacu pembangunan pertanian. Apakah tantangan yang bisa prediksi atau tidak. Semua itu, ada dihadapan mata dan butuh langkah cerdas untuk memangani nya.

Pembangunan pertanian ternyata tidak cukup hanya dengan meningkatkan produksi setinggi-tingginya menuju swasembada, namun juga dituntut untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petaninya. Mestinya, antara peningkatan produksi dan kesejahteraan petani berkorelasi positip. Sayang, hingga kini harapan tersebut belum dapat diwujudkan.

Selama ini, pembangunan pertanian yang dilakukan, terbukti mampu meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian secara signifikan. Hal ini benar-benar sebuah prestasi yang patut diberi acungan kempol. Catatan sejarah pembangunan pertanian sendiri, setidaknya ada dua peristiwa penting dan terekam di dunia internasional.

Pertama terkait dengan kisah sukses swasembada beras tahun 1984 dan kedua keberhasilan meraih swasembada beras 2022. Sayangnya, sekalipun bangsa ini mampu menorehkan catatan penting di panggung dunia terkait dengan prestasi swasembada berasnya, namun yang namanya kesejahteraan petani, tampak masih belum memperlihatkan hasil yang menggembirakan.

Kesejahteraan petani masih jalan ditempat dari waktu ke waktunya. Suasana petani sejahtera, lebih mengedepan sebagai cita-cita ketimbang realita. Padahal, yang namanya pertanian telah dikukuhkan sebagai sektor yang perkasa. Pertanyaan kritisnya, mengapa hal ini harus terjadi ? Ada apa sebetulnya dengan kondisi petani di negeri ini ?

Berbagai pengamatan menginformasikan, nasib dan kehidupan petani terekam masih memprihatinkan. Sangat sulit diterima bila ada pernyataan petani di negeri ini layak disebut sebagai penikmat pembangunan. Justru kalau mau jujur, hingga kini petani masih pantas dikatakan sebagai korban pembangunan. Penegasan ini, tentu saja dapat mengundang perdebatan.

Hanya kalau kita kaitkan dengan realitas yang ada, suasana hidup petani memamg seperti itu. Banyak kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang memarginalkan petani, sehingga sadar atau pun tidak, petani jadi terpinggirkan dari panggung pembangunan. Hasrat untuk memposisikan petani untuk jadi tuan di tanah airnya sendiri, sepertinya semakin susah diwujudkan.

Kedaulatan petani atas lahan sawah yang dikuasainya pun mulai terdesak, karena berlangsungnya alih kepemilikan lahan yang membuat petani kehilangan sawah ladangnya. Petani, benar-benar terpojokan oleh lemahnya perlindungan Pemerintah terhadap kepemilikan sawah petani. Lebih gawat lagi, RTRW yang ada semakin tidak berpihak kepada sektor pertanian.

Dalam setiap revisi RTRW, ruang pertanian cenderung semakin berkurang, karena digunakan untuk kegiatan pembangunan non pertanian, seperti untuk pengembangan kawasan industri, kebutuhan pemukiman/perumahan katena tekanan penduduk yang butuh tempat tinggal dan lain sebagainya. Hampir tidak pernah terjadi revisi RTRW memberi tambahan untuk perluasan sektor pertanian.

Pembelaan terhadap ruang pertanian, rasanya tidak boleh ditunda-tunda lagi. Hal ini, betul-betul mendesak untuk digarap. Jangan lagi ruang pertanian yang dimiliki dengan mudahnya dialih-fungsikan, hanya untuk memuaskan kepentingan sesaat. Kita harus juga memikirkan nasib dan kehidupan generasi mendatang. Dari mana mereka akan memperoleh bahan pangan, jika lahan sawahnya digeris secara membabi-buta hanya untuk mengejar kepentingan sesaat.

Keperkasaan pertanian, harus selalu dijaga, dipelihara dan dilestarikan. Kecintaan Pemerintah terhadap pertanian, jangan lagi hanya sebagai pemanis pidato para pejabat. Tapi yang dibutuhkan adalah kerja dan karya nyata di lapangan. Rakyat, khususnya petani butuh bukti. Tinggal sekarang, apakah Pemerintah akan mampu membuktikannya ?

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Jangan Sembunyikan Ilmumu

WASILLAH SHUBUHKamis, 4 Juli 2024. BismillahirahmanirahimAssallamu’alsikum wr wbrkt JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUMU. Saudaraku…Ketika saya menyampaikan postingan tentang agama, itu tidak berarti

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *