21 March 2025 14:10
Opini dan Kolom Menulis

Mengajak Petani Genjot Produksi Padi

MENGAJAK PETANI GENJOT PRODUKSI PADI

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Produksi padi nasional terancam. Sebelum El Nino menyergap terlihat beberapa sentra produksi padi mengalami penurunan yang cukup signifikan. Terlebih dengam adanya El Nino. Tanpa adanya terobosan cerdas untuk menanganinya, produksi padi ditengarai bakal terus melorot. Hal ini telah dibuktikan dengam jumlah surplus beras yang terus menyusut.

Presiden Jokowi sangat memahami apa yang sedang kita hadapi. Itu sebabnya. Presiden sengaja menunjuk Bang Amran Sulaiman untuk jadi pengganti Menteri Pertanian yang belum lama ini terseret kasus dugaan korupsi di Kementerian Pertanian. Sebelumnya, Presiden menunjuk Kepala Badan Pangan Nasional Kang Arief Prasetyo Adi sebagai Plt. Menteri Pertanian.

Kebijakan Presiden mengangkat Bsng Amran menjadi Menteri Pertanian sekarang, memang luput dari perhatian publik. Banyak pihak yang berpikir, jika terjadi resufel Kabinet, maka Menteri Pertanian yang ditunjuk Presiden Jokowi adalah sosok yang berbasis kader Partai Politik. Dari kondisi inilah muncul pertanyaan Menteri Pertanian baru apakah sosok yang berasal dari kader Partai Politik atau Profesional ?

Kang Arief menjabat Plt. Menteri Pertanian hanya beberapa hari saja. Namun begitu, walaupun cuma beberapa hari, ternyata banyak gebrakan yang ditempuhnya. Bsnyak pesan moral yang disampaikan kepada para pejzbat eselon 1 dan 2 di Kementerian Pertanian, baik di Pusat atau Daerah. Beberapa kali menemati Presiden Jokowi kunjungan kerja ke berbagai sentra produksi padi.

Kalau boleh menilai sebagai Plt. Menteri Pertanian, Kang Arief mampu mempertontonkan kinerja terbaiknya. Malah muncul harapan agar Kang Aridf dapat ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menteri Pertanian definitif. Akan tetapi, dalam melakoni kehidupan tidak ada yang pasti. Manusia akan kembali pada takdirnya. Presiden telah memilih Bang Amran untuk menjadi Menteri Pertanian. Bukan Kang Arief.

Salah satu pesan penting Presiden Jokowi ke Menteri Pertanian baru adalah menggenjot produksi setinggi-tingginya untuk mengokohkan ketersediaan psngan, khususnya beras. Presiden ingin agar produksi padi tidak menurun. Bahkan sepatutnya harus mampu swasembada. Hal ini, jelas bukan tugas gampang. Dibutuhkan perjuangan untuk mewujudkannya.

Menggenjot produksi padi, omong kosong bakal sukses jika tidak melibatkan petani padi. Sebagai pelaku utama, petani butuh ajakan simpatik dari Pemerintah. Pertanyaannya adalah apakah Pemerintah dapat mengajak petani padi untuk mau dan mampu meningkatkan produksi, di saat muncul fenomena keengganan kaum muda perdesaan untuk berkiprah jadi petani ?

Penyuluh Pertanian sebagai guru petani dimintakan untuk terus membangun komunikasi yang inten dengan para petani. Berbagai hasil penelitiaan dan pengkajian yang selama ini digarap para peneliti, pengkaji, pemulia tanaman dan lain sebagainya, diminta untuk disosialisasikan dan ditularkan kepada petani, sehingga petani paham apa yang harus digarapnya.

Kinerja Bang Amran hanya tersisa waktu sekitar satu tahun le depan, sebelum jabatan Menteri Pertanian nya selesai. Satu tahun adalah kurun waktu yang pendek. Namun begitu, waltu satu tahun ini pun akan memiliki nilai kehidupan yamg sangat penting, sekiranya Bang Amran dapat nenyiapkan fondasi yang kokoh menuju perwujudkan cota-cita mulia tersebut.

Hal ini penting dicermati, karena jika dilihat dari impor bahan pangan, dalam beberapa tahun belakangan ini menunjukkan trend yang meningkat. Itu sebabnya, langkah menggenjot produksi berbagai komoditas bahan pangan pokok merupakan kebijakan yang sangat tepat untuk ditempuh. Memperkuat ketahanan pangan bangsa akan tercapai jika ketersediaan pangan juga kokoh.
Mengajak petani padi menggenjot produksi, mau tidak mau perlu digarap berbarengan dengan kemauan politik Pemerintah. Kita tidak ingin meninggalkan petani atau hanya menjadikan petani sebagai mesin produksi. Kita ingin sedini mungkin para petani terlibat aktif dan menjadi pemain utama dalam upaya peningkatan produksi ini.

Kesan petani, khususnya petani gurem, seolah-olah hanya dijadikan mesin produksi, kelihatannya sudah harus dihapuskan dari benak kita bersama. Mereka tidak pas disebut mesin produksi. Mereka merupakan kekuatan utama dalam proses budidaya padi. Merekalah yang terjun langsung ke sawah untuk “leledokan” mencangkul sawah. Mereka tak takut terik matahari yang menyengatnya.

Lalu, apakah ada diantara kita yang mau berkiprah seperti mereka ? Rasanya tidak. Apalagi bagi kaum muda perkotaan yang kini telah terobsesi untuk bekerja di kantoran. Mereka lebih suka bekerja dengan memakai jas dasi lengkap. Ruangan penuh dengan AC dan setiap bulan mendapatkan gaji tetap. Beginilah gambaran kaum muda perkotaan sekarang.

Keengganan kaum muda berkiprah menjadi petani padi merupakan masalah serius di masa depan. Namun begitu, kita percaya Pemerintah akan tetap melahirkan jurus terbaiknya guna mengajak anak muda untuk berkiprah fan berprofesi sebagai petani. Termasuk mrngajak mereka untuk berjuang bersama menggenjot produksi padi tahun 2024 sebesar 37,65 juta ton beras.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Lailatul Qodar

Bismillahirrahmanirrahim Berbagi di Malam yang agung Insya Aiiah.. Malam kemuliaan Oleh : Jees Sutirja, Cibiru Bandung   Lailatul Qodar Berikut

Read More »

HARGA BERAS MURAH

HARGA BERAS MURAH OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Ada berita menarik yang dirilis di berbagai media online. Pemerintah memasuki bulan Ramadhan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *