2 July 2024 09:08
Opini dan Kolom Menulis

Memudarnya Budaya “Leuit”

MEMUDARNYA BUDAYA “LEUIT”

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

“Leuit” atau lumbung, secara fisik adalah tempat menyimpan persediaan gabah/beras bagi masyarakat yang tinggal di kampung adat. Bentuknya mirip rumah panggung mini berbahan kayu, lengkap dengan atap yang terbuat dari ijuk atau daun kirai. Namun ada juga yang atapnya menggunakan asbes. Secara umum, fungsi leuit adalah untuk kepentingan pangan sehari-hari.

Selain itu, leuit berfungsi untuk menyimpan padi yang merupakan cadangan hingga panen berikutnya sebagai bentuk ketahanan pangan.
Sirkulasi padi di leuit dilakukan dengan cara menyimpan padi yang baru dipanen, di atas tumpukan padi yang sudah ada. Di beberapa tempat, leuit tidak boleh kosong. Setiap yang mengambil gsbah/beras dari leuit, harus segera menggantinya.

Leuit atau lumbung padi bagi warga Kampung Adat di Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan lambang kemakmuran dan kekayaan pemiliknya. Semakin banyak leuit, makin makmur dan kaya juga pemiliknya. Sebagai wujud kearifan lokal keberadaan leuit penting untuk dilestarikan keberadaannya.

Nilai bidaya dan kearifan lokal seperti ini, kini tampak semakin memudar. Budaya leuit, kelihatan hanya tinggal kenangan. Dituntut oleh kebutuhan dalam memenuhi kehidupan nya, para petani jarang yang menyimpan hasil panennya. Petani lebih memilih untuk menjual hasil panennya secara keseluruhan. Tinggal beberapa daerah saja, hingga sekarang masih melakukan budaya leuit.

Untuk menggairahkan kembali budaya leuit di kalangan petani, beberapa tahun lalu, Pemerintah telah mengembangkan program lumbung pangan. Melalui Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, Pemerintah memberi bantuan langsung untuk membangun gudang/leuit disertai dengan kebutuhan modal kerja. Setahun dua tahun, program ini berjalan baik. Sayang, dalam tahun-tahun berikutnya, nyaris tak terdengar lagi.

Setelah sekian tahun berlalu, ternyata program lumbung pangan yang digarap Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, saat ini hampir tidak terdengar lagi kegiatannya. Di beberapa daerah, tidak tampak lagi aktivitasnya. Gudang yang dibangun terlihat kosong molongpong. Tidak ada lagi gabah atau beras di dalamnya. Yang ada tinggal peninggalannya saja, berupa bangunan yang tidak terurus.

Inilah salah satu penyakit bangsa yang cukup sulit untuk disembuhkan. Program pembangunan yang dikemas lewat keproyekan, umumnya sulit berkesinabungan. Bila waktu proyeknya selesai, maka berakhir pulalah kegiatannya. Begitu pun dengan program lumbung pangan ini. Itu sebabnya, ke depan pendekatannya jangan dalam bentuk proyek, namun sebaiknya dikemas dalam pola gerakan.

Di sisi lain, jika kita komit terhadap cita-cita besar bangsa dalam memperingati 100 tahun Indonesia Merdeka, kita ingin mencatatkan diri sebagai salah satu Lumbung Pangan Dunia 2045, maka dalam sisa waktu yang ada, perlu persiapan matang untuk mewujudkannya. Dengan potensidan kapasitas yang dimiliki, menjadi Lumbung Pangan Dunia, bukanlah mimpi di siang bolong.

Menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045, jelas merupakan pekerjaan besar yang harus disambut dengan penuh kehormatan dan rasa tanggungjawab. 100 tahun Indonesia Merdeka benar-benar merupakan kebanggaan tersendiri bagi sebuah bangsa yang cukup banyak mengorbankan nyawa para pejuang dalam merebut kemerdekaan dari penjajah.

Pencapaian Lumbung Pangan Dunia 2045 , seharusnya dimulai dengan ada nya penyusunan dokumen perencanaan jangka panjang tentang Grand Desain Pencapaian Lumbung Pangan Dunia 2045 lengkap dengan Roadmap pelaksanaannya. Semua komponen bangsa, harus terlibat aktif dalam penyusunannya. Pemerintah sendiri diharapkan tetap tampil sebagai “prime mover” dalam pengelolaannya.

Catatan kritisnya adalah apakah sisa waktu 22 tahun ke depan, kita sudah memiliki Grand Desain sebagaimana dimintakan diatas ? Atau masih belum, mengingat para petinggi di negeri ini, lebih suka untuk bicara betbusa-busa, tanpa berkeinginan untuk menskenariokan pencapaiannya ? Kalau belum, kelembaggaan Pemerintah mana yang paling pas untuk menggarapnya ?

Kalau disepakati Grand Desain adalah dokumen perencanaan, maka secara tugas dan fungsi, yang menangani urusan Pemerintahan di bidang perencanaan adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Dalam mengisi substansinya, BAPPENAS dapat bersinergi dan berkolaborasi dengan Badan Pangan Nasional (BAPANAS). Koordinasi diantara ke dua lembaga negara ini, tentu sangat dibutuhkan.

Yang butuh pendalaman serius terkait pengembangan lumbung pangan adalah sampai sejauh mana kita mampu menghangatkan kembali animo masyarakat untuk menjadikan lumbung pangan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam hal ini, dibutuhkan pengkajian khusus terkait dengan memudarnya nilai-nilai lumbung pangan yang selama ini menjadi kekuatan budaya masyarakat, khususnya di kalangan petani.

Lumbung Pangan Dunia 2045, hanya akan terwujud sekiranya kita mampu melepaskan diri dari pola keproyekan. Sedini mungkin, kita mesti merancang nya dalam bentuk gerakan. Semua komponen bangsa perlu terlibat aktif di dalamnya, mulai dari desain perencanaan, penerapan dan monevnya. Pemerintah sepantasnya tampil dengan regulasi yang mendukung.

Jangan biarkan budaya leuit menghilang dari kehidupan di negeri ini. Leuit merupakan bentuk kearifan lokal dalam mengokohkan ketahanan pangan sebuah keluarga. Leuit dapat menjadi alat penolong di masa paceklik tiba. Leuit inilah yang akan menyambung nyawa kehidupan. Itu sebabnya, siapa pun yang dipercaya rakyat mengelola negeri dan bangsa tercinta, kita berharap agar yang namanya kearifan lokal tetap dijaga dan dipelihara.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Munafik

MUHASABAH SHUBUHSelasa, 2 Juli 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUNAFIQ Saudaraku, ketahuilah bahwa sifat munafik adalah sifat yang merusak ahlak manusia,

Read More »

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 30 Juni 2024Awa Koswara, S.PdGuru SDN Cibeunying 2 Majalaya Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *