6 October 2024 05:00
Opini dan Kolom Menulis

MEMACU SEMANGAT PENYULUH PERTANIAN

MEMACU SEMANGAT PENYULUH PERTANIAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Dalam sebuah Focus Grup Diskusi (FGD) yang digelar oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkiprah dalam dunia pertanian, muncul suatu pertanyaan yang butuh jawaban terkait dengan titik lemah Penyuluhan Pertanian. Persoalannya sederhana : apakah betul titik lemah Penyuluhan Pertanian dikarenakan oleh semakin mengendornya kiprah para Penyuluh Pertanian dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya ?

Apakah benar para Penyuluh Pertanian di lapangan lebih senang melaksanakan tugas mengerjakan proyek-proyek yang ada disetiap Eselon 1 Kementerian Pertanian ketimbang melaksanakan tugas selaku Penyuluh Pertanian ? Bahkan lahir pula pernyataan, para Penyuluh Pertanian sekarang sangat jarang yang mau melakukan “anjangsono” kepada para petani beserta keluarganya.

Pemyuluhan Pertanian hingga kini masih diyakini sebagai alat ampuh untuk melaksabakan proses pembelajaran, pemverdayaan dan pemartabatan petani beserta keluarganya. Sebagai wujud sistem pendidikan non formal, Penyuluhan Pertanian memiiki tanggungjawab untuk merubah sikap, tindakan dan wawasan petani ke arah yang lebih baik lagi. Perubahan perilaku petani ini menjadi semangat utama konsep Penyuluhan Pertanian dalam jangka pendek.

Kalau saja perilaku petani dapat dirubah, maka upaya peningkatan produksi dan produktivitas hasil-hasil pertanian, bakal semakin mudah untuk diwujudkan. Catatan kritisnya apakah kondisi obyektif para petani saat ini masih merasa perlu untuk mendapatkan pendidikan non formal dari para Penyuluh Pertanian ?

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, sebetulnya para petani dapat dengan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hanya tinggal memijit tombol di komputer atau Android, para petani akan cepat mendapatkan jawabannya. Itu sebabnya, jika para Penyuluh Pertanian tidak mau bergaul dengan teknologi informasi, boleh jadi para petani akan lebih pintar dibandingkan para Penyuluh Pertaniannya sendiri.

Atas gambaran seperti ini, para Penyuluh Pertanian harus terus menimba ilmu dan penting umtuk berselancar di dunia maya guna mendapatkan inovasi dan teknologi terbaru yang berkaitan dengan dunia pertanian. Penyuluh Pertanian tidak boleh lagi “kuuleun”, namun seirama dengan pergerakan jaman, kita butuh Penyuluh Pertananian yang “motekar”.

Melahirkan Penyuluh Pertanian yang motekar dalam suasana kekinian, bukanlah hal mudah untuk diwujudkan. Bukan saja karena dalam beberapa tahun terakhir kelembagaan Penyuluhan Pertanian diporak-porandakan oleh lahirnya Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, namun jika kita perhatikan keberpihakan Pemerintah terhadap nasib dan kehidupan para Penyuluh Pertanian pun masih jauh dari yang diharapkan.

Bubarnya kelembagaan Penyuluhan tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, membuat rumah bersama Penyuluhsn Pertanian jadi berantakan. Apalagi setelah ada kebijakan setiap Kementerian yang memiliki kepentingan masing-masing. Kementerian Perikanan menarik kebijakan penyuluhan perikanannya ke tingkat Pusat. Lalu, Kementerian LHK menariknya ke tingkat Provinsi. Tinggal Kementerian Pertanian yang urusan dan kewenangannya berada di tingkat Kabupaten/Kota.

Yang lebih memilukan, dampak bubarnya kelembagaan Penyuluhan di daerah, membua para Penyuluh Pertanian seperti yang kehilangan induk. Terlebih jika Kepala Daerahnya merupakam sosok yang anti penyuluhan. Tidak sedikit para Penyuluh Pertanian yang terlunta-lunta. Bayangkan, semula mereka memiliki kantor selevel Eselon 2, kini terpaksa harus berkantor di tempat yang belum jelas.

Mereka yang awalnya mendapat posisi dalam struktur Pemerintahan, kini mereka kembali menjadi tenaga fungsional. Akibatnya wajar, jika ada diantara mereka yang kecewa dengan dibubarkannya kelembagaan Penyuluhan di daerah. Kalau rasa kecewa ini berdampak buruk terhadap kinerja kesehariannya, dapat direnungkan bagaimana nantinya potret Penyuluhan Pertanian di masa depan.

Keberadaan dan kehadiran para Penyuluh Pertanian dalam panggung pembangunan pertanian, sebetulnya sudah tidak perlu lagi diragukan. Berkat kiprah mereka, Indonesia mampu mencatatkan diri sebagai negara yang berswasembada beras. Sebut saja swasembada beras yang kita capai tahun 1984, salah satu faktor penentunya, karena peran para Penyuluh Pertanian.

Tanpa keberadaan Penyuluh Pertanian, belum tentu Indonesia akan tercatat sebagai negeri yang berswasembada beras. Sebagai gurunya petani, para Penyuluh Pertanian, tampak getol mengajar petani lewat berbagai inovasi dan teknologi baru di bidang budidaya pertanian. Penyuluh Pertanian selalu berkomunikasi dengan petani, sehingga suasana bathin tetap terjalin dengan baik. Ujung-ujungnya, produksi dan produktivitas hasil pertanisn dapat ditingkatkan.

Di sisi lain, kita juga menyadari, tidak semua Kepala Daerah memiliki kecintaan mendalam terhadap dunia Penyuluham Pertanian. Malah ada diantara Kepala Daerah yang merasa terganggu dengan adanya lembaga Penyuluhan. Di benak mereka, Lembaga Penyuluhan Pertanian, tak ubahnya hanya “cost center” yang tidak menghasilkan pendapatan bagi daerahnya.

Itu sebabya, kelembagaan penyuluhan cukup diposisikan dalam sebuah Seksi dari sebuah Perangkat Daerah. Dibamdingkan dengan kelembagaan penyuluhan sebelumnya, posisi lembaga penyuluhan ke dalam sebuah seksi, sama saja dengan kondisi ada dan tiada. Penyuluh Pertanian pun bamyak yang merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini.

Atas berbagai hal yang disampaikan diatas, lumrah jika semangat para Penyuluh Pertanian tampak mulai mengendor. Yang cukup menarik untuk dicarikan jawabannya apakah betul dengan mengendornya semangat para Penyuluh Pertanian membuat produksi pertanian juga ikut menurun ? Pastinya, sekarang ini produksi padi kita melorot.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *