20 November 2024 14:39
Opini dan Kolom Menulis

MANUK HIBER KU JANGJANGNA, JALMA HIRUP KU AKALNA

MANUK HIBER KU JANGJANGNA, JALMA HIRUP KU AKALNA

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

“Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup ku akalna.” Mak’na peribahasa Sunda ini sering diartikan “gunakan akal dalam melangkah, buat apa Yang Maha Kuasa menciptakan akal kalau tidak digunakan sebagai mestinya”. Dalam agama yang kita anut, keseimbangan keyakinan akal fan rasa, menjadi sangat penting dalam mengarungi kehidupan.

Antara yang satu dengan lainnya tidak boleh meniadakan. Iman, akal dan rasa merupakan panduan dalam melangkah. Melalui bahasa lain, kekuatan berkeyakinan, kekuatan berpikir dan kekuatan berperasaan merupakan perilaku setiap anak bangsa yang diharapkan guna melakoni kehidupannya. Tuntutan merajut ketiganya menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak.

Tahun depan bangsa ini akan menyelenggarakan Pesta Demokrasi secara serentak. Pemilihan Presiden dan Anggota DPD/DPR/D bakal digelar awalbrahun 2024 dan Pemilihan Kepala Daerah akan dilakukan di penghujung tahun depan. Ini berarti, tahun depan telah dirancang untuk melakukan Pemilihan Umum secara bersamaan, baik legislatif maupun eksekutif.

Berbagai persiapan langkah, kini telah digarap secara matang. Tuntutan melaksanakan Pemilihan Umum yang berkualitas, memang telah mengedepan sejak lama. Walau sejak dulu, kita mendambakan Pemilihan yang jujur dan adil, namun kecurigaan Pemilihan Umum yang penuh dengan rekayasa, seringkali mengedepan seusai Pemilihan Umum digelar.

Namun begitu, kita paham betul, rakyat sangat mendambakan pelaksanaan Pemilihan Umum yang berkualitas. Rakyat ingin agar calon dan partai politik peserta Pemilihan Umum yang dipilihnya, benar-benar memahami dengan baik, apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan rakyat yang utama. Rakyat jelas tidak mengharapkan korupsi tetap merajalela dalam kehidupan.

Itu sebabnya, mereka yang bakal mengelola bangsa dan negeri ini, mestilah sosok yang mau memberangus korupsi hingga tuntas. Sosok yang akan selalu menjaga dan memelihara integritas kebangsaan. Sosok anak negara yang berani menolak keras mewabahnya korupsi. Sosok yang tidak akan berkompromi dengan gaya hidup yang hedonis dan sofistikasi.

Sebagai warga bangsa kita mestinya mampu mengedepankan akal sehat dalam melakoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Jangan pernah sekalipun kita menggunakan akal bulus. Negeri dan bangsa ini harus kita jaga dari praktek oknum-oknum yang ingin merusaknya dengan gaya hidup bangsa yamg terlepas dari akar budaya masyarakatnya.

Bangsa ini memiliki budaya adiluhung. Nilai-nilai budaya semacam inilah yang akan membawa bangsa Indonesia ke arah cita-cita mulia bamgsa sebagaimana ditegaskan dalam tujuan nasional kita. Untuk meraih nya, tentu sangat dibutuhkan mind-set yang utuh terkait dengan Grand Desain pembangunan bangsa yang negara. Kita butuh pikiran-pikiran cerdas untuk menggapainya.

Mewujudkan semuanya ini, kita tidak boleh lagi menggunakam cara pandang yang biasa-biasa saja, namun kita dituntut untuk dapat melahirkan terobosan cerdas yang mampu menuntaskan akar masalah kehidupan yang kita alami. Jika kemiskinan dianggap sebagai borok pembangunan yang menyelimuti kehidupan sebagian masyarakat, maka menjadi tugas kita bersama untuk menyelesaikan nya.

Menggunakan akal sehat dan terobosan cerdas dalam memerangi kemiskinan, sepertinya tidak cukup hanya dengan menelorkan Peraturan atau Instruksi Presiden saja. Justru yang lebih dipentingkan adalah sampai sejauh mana regulasi tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata di lapangan. Disinilah dibutuhkan adanya komitmen yang kuat dari para penyelenggara negara.

Selain itu, kita berharap agar keberlanjutkan program memerangi kemiskinan, bemar-benar dapat digarap secara holistil, integratif dan komptehensif. Kita perlu kritisi jika ada pihak yang melaksanakannya hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Kita perlu selalu mengingatkan soal kemiskinan bukanlah masalah sederhana dalam penanganannya, namun kemiskinan merupakan soal serius yang butuh penanganan secara khusus.

Burung dapat terbang karena memiliki sayap. Manusia akan memiliki makna dalam melakoni kehidupan, karena memiliki akal. Untuk itu, kita perlu mengingatlan agar akal yang kita miliki, penting digunakan secara cerdas dan berguna bagi perbaikan kualitas bangsa ke arah yang lebih baik lagi. Sayang sekali jika akal yang kita miliki lebih ditujukan kepada penggunaan akal bulus belaka.

77 tahun Indonesia merdeka, kelihatannya bangsa ini masih terjerat kemiskinan. Apapun alasan yang disampaikan Pemerintah, sampai detik ini Indonesia belum mampu membebaskan warga bangsa dari suasana hidup miskin. Bahkan sekarang ini muncul istilah kemiskinan ekstrim. Kemiskinan ini memang ada di sekitar kehidupan kita sehari-hari.

Bila selama 77 tahun Indonesia merdeka, akal kita digunakan dengan penuh kehormatan dan tanggungjawab, mestinya bangsa ini sudah mampu membebaskan masyarakat dari jeratan kemiskinan. Ironisnya, sekalipun perang melawan kemiskinan dipimpin lamgsung oleh Wakil Presiden di Pusat dan Wakill Gubernur serta Wskil Bupati/Walikota di Daerah, ternyata kemiskinan masih saja bercokol di tanah merdeka.

Ini yang memilukan. Padahal, dengan akal yang kita miliki, seabreg masalah pembangunan, mestinya dapat tertangani secara baik. Tinggal sekarang, bagaimana kita akan mengoptimalkan kemampuan akal kita, agar mampu menjadi akal sehat dan tidak melulu jadi akal bulus semata.

Inilah makna peribahasa Manuk Hiber ku Jangjangna, Jalma Hirup lu Akalna.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Wafat Setelah Mengucapkan Kalimat Tauhid

𝓑𝓲𝓼𝓶𝓲𝓵𝓵𝓪𝓪𝓱𝓲𝓻𝓻𝓪𝓱𝓶𝓪𝓪𝓷𝓲𝓻𝓻𝓪𝓱𝓲𝓲𝓶Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuuh Wafat Setelah Membaca Kalimat Tauhid عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال ،قال رسول

Read More »

PERAN STRATEGIS KP3

PERAN STRATEGIS KP3 OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Direktur Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian tentang Petunjuk Teknis

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *