19 April 2025 11:17
Sastra dan Budaya

Ketika HATI Telah BERKARAT

MUHASABAH SHUBUH
Jum’at mubarok 9 Agustus 2024
 
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum wrm wbrkt
 
Ketika HATI Telah BERKARAT
 
Saudaraku,
Hati adalah jendela jiwa, maka kata hati dan bahasa kalbu tidak pernah bisa dibohongi. Semakin berontak kita terhadap kata hati, akan semakin gelisah jiwa kita. Selamilah bahasa hati, niscaya akan kita temukan kedamaian. Karena bahasa hati adalah bahasa kebenaran. Bahasa hati adalah bahasa kearifan.
Marilah kita meraih kearifan intelektual maupun spiritual dengan mendengar apa kata hati, dan marilah kita meluangkan sejenak waktu untuk merenung memahami lebih jauh hakikat diri…
 
Saudaraku,
Ada suatu pertanyaan yang barangkali sering muncul di tengah amaliah ibadah kita: sudah sepantasnyakah kita meraih surga?
 
‎قال الحافظ ابن رجب – رحمه الله – :
 
‎‏آدم أُخرج من الجنة بذنب واحد ، وأنتم تعملون الذنوب وتكثرون منها وتريدون أن تدخلوا بها الجنة
 
‎[ لطائف المعارف (٨١) ]
 
Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah pernah berkata,
 
“Nabi Adam ‘alaihi sallam, beliau dikeluarkan dari surga (oleh Allah) disebabkan satu dosa yang dilakukan oleh beliau. Sedangkan kalian (wahai kaum Muslimin), melakukan dosa-dosa dan memperbanyaknya, tetapi (bersamaan dengan itu pula) kalian menginginkan meraih surga dengan membawa dosa-dosa tersebut. Pantaskah hal itu ? Tidak malukah kalian kepada Allah?”
(Latha’iful Ma’arif, hlm. 18, karya Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah)
 
Saudaraku,
Ini adalah nasehat dan teguran yang sangat lembut untuk kita semua, yang tentunya bercita-cita dan berharap meraih surga, tetapi amalannya masih penuh dosa dan maksiat, tanpa diiringi taubat dan istighfar, memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla…
 
Atau bagi kita yang enggan bertaubat dan beristighfar, karena kesombongannya, terlalu yakin bahwa Allah Azza wa Jalla pasti mengampuni dosa-dosanya, tetapi juga masih meremehkan dosa-dosa itu hingga terus-menerus mengulangi melakukannya….
 
Saudaraku,
Yang sepantasnya kita lakukan adalah: ketika kita terjatuh pada perbuatan dosa dan kekhilafan maka segeralah kita mengingat Allah Azza wa Jalla kemudian bertaubat kepada-Nya, dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…
 
Allah Azza wa Jalla berfirman,
 
‎وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
 
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS. Ali Imran: 135)
 
Allah Azza wa Jalla juga berfirman,
 
‎قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
 
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Az-Zumar: 57)
 
Saudaraku,
Di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati. Apabila hati kita baik (bersih) maka baik pula iman dan amalnya…
 
Dalam satu hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa hati manusia dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi,
 
‎عَنِ ابن عُمَرَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنٌ هذِهِ القُلُوبَ تَصدَأ الحَدِيدُ اِذَا أصَابَهُ المَاءُ، قِيلَ يَارَسُولَ اللٌهِ وَمَا جِلآوُهَا ؟ قَالَ كَثُرَةُ ذِكرِ الَموتِ وَتلآوَةُ القُرانِ. (رواه البيهقي في شعب الإيمان)
 
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air.” Beliau ditanya “Wahai Rasulullah, bagaimana cara membersihkannya?” Rasulullah bersabda, “Memperbanyak mengingat maut dan membaca Al-Qur’an.” 
(HR. Al-Baihaqi)
 
Dalam Kitab _Fadhail Qur’an_ karya Syeikh Maulana Zakariyya Al-Kandahlawy dijelaskan, penyebab hati berkarat adalah banyaknya dosa dan lalai dari _dzikrullah_ (mengingat Allah). Dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an dan mengingat maut, hati akan menjadi bersinar kembali…
 
Saudaraku,
Hati itu bagaikan cermin, semakin kotor cermin itu maka semakin redup sinar _makrifat_ yang dipantulkannya. Sebaliknya, semakin bersih cermin itu, semakin terang pantulan sinar makrifatnya. Karena itu, barangsiapa terperosok ke dalam godaan nafsu maksiat dan tipu daya setan, maka ia jauh dari _makrifatullah_ (mengenal Allah)…
 
Untuk membersihkan hati yang kotor, para ulama suluk (tasawuf) menganjurkan agar melakukan mujahadah dalam riyadhah, dzikrullah, dan beribadah. Disebutkan dalam beberapa hadits, apabila seseorang hamba berbuat dosa, maka muncullah satu titik hitam di hatinya. Jika ia sungguh-sungguh bertaubat, maka akan muncul titik hitam lainnya, dan demikianlah seterusnya…
 
Saudaraku,
Jika dosa yang dilakukannya begitu banyak, maka hati akan menjadi hitam sehingga hilanglah keinginan untuk beramal shaleh. Bahkan hati selalu condong ke arah kejahatan. Al-Qur’an telah menyebutkan tentang hal ini dalam ayat: “Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”
(QS. Al Muthaffifin: 14)
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua nasihat, yang satu berbicara, dan yang lain diam. Yang berbicara adalah Al-Qur’an dan yang diam adalah mengingat maut.”
 
Nasihat-nasihat beliau itu akan bernilai bagi mereka yang siap menerima dan menganggapnya penting. Sedangkan bagi mereka yang menilai bahwa agama itu tidak berharga dan hanya menghalangi kemajuan. Tentu ia tidak akan mempedulikan nasihat tersebut, apalagi mengamalkannya…
 
Imam Hasan Al-Bashri berkata: “Orang-orang dahulu memahami Al-Qur’an itu sebagai firman Allah Azza wa Jalla. Sepanjang malam mereka sibuk bertafakkur dan bertadabbur terhadap Al-Qur’an (memikirkan isi kandungan Al-Qur’an), dan sepanjang harinya mereka sibuk mengamalkannya. Sedangkan kalian hanya memperlihatkan huruf, fathah, dan dhamahnya, tanpa menganggapnya sebagai firman Allah, sehingga tidak pernah mentafakkuri dan mentadabburinya.”
 
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, mengingat kematian, berusaha membersihkan hati yang telah berkarat untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.
 
Wassalamu’alaikum 
 
 

JEBAKAN IJON !

JEBAKAN IJON ! OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Ijon adalah praktik jual beli atau perjanjian pinjaman yang melibatkan tanaman atau hasil

Read More »

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah Hj. Teti Yatmikasari, S.Pd, MM Kepala SDN Majalaya 09 Kab Bandung Semoga almarhum diampuni dosanya

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *