6 October 2024 13:23
Sentuhan Qalbu

Kekayaan Hakiki Adalah Kekayaan Dihati

KEKAYAAN HAKIKI Adalah KEKAYAAN DI HATI


MUHASABAH SHUBUH
Senin, 14 Agustus 2023

KEKAYAAN HAKIKI Adalah KEKAYAAN DI HATI

Saudaraku,
Tidak diragukan lagi bahwa ibadah telah menghadirkan rasa nikmat, kebahagiaan hati kelapangan dada, dan ketentraman jiwa. Rasa-rasa ini hadir ketika seorang hamba sedang melaksanakan ibadah kepada penciptanya. Dan rasa itu terus berlanjut walau sudah selesai dari melaksanakannya…

Seorang _’abid_ (yang ahli beribadah) merasakan manisnya iman dalam hatinya, kenikmatan bermunajat dalam dzikir mereka, ketenangan dan ketentraman jiwa ketika ruku’ dan sujud. Semua ini adalah kenikmatan ibadah yang sebenarnya diharap oleh nafsun muthmainnah (jiwa yang tenang)…

Saudaraku,
Menjelang wafat, Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu menangis. Namun ia bukan menangisi ajal yang segera akan menjemputnya. Berikut sebab tangisnya:

“Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin, dan berdekatan dengan orang-orang yang berilmu saat bersimpuh di halaqah dzikir.”

Kenikmatan yang dirasakan seorang hamba dalam ibadahnya tadi merupakan anugerah Allah Azza wa Jalla terbesar baginya. Dia akan selalu rindu dengan ibadah dan senantiasa menunggu-nunggu kehadirannya. Sebelum waktu ibadah itu tiba, dia sudah bersiap diri menyambutnya…

Saudaraku,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‎كن ورعًا تكن أعبد الناس، وكن قنعًا تكن أشكر الناس

“Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah. Dan jadilah seorang yang qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur.”
(HR. Ibnu Majah)

Seorang yang qana’ah (ridha atas pemberian-Nya) terhadap rezeki yang diterima niscaya akan bersyukur kepada Allah azza wa Jalla. Dia menganggap dirinya sebagai orang yang kaya. Sebaliknya, jika tidak berlaku qana’ah, yang ada adalah perasaan merasa kurang, menganggap sedikit pemberian Allah azza wa Jalla, sehingga tidak akan memperoleh kehidupan yang baik ( _al-hayah ath-thayyibah_). Seorang ahli hikmah mengatakan,

‎وجدت أطول الناس غمًّا الحسود، وأهنأهم عيشًا القنوع

“Saya menjumpai bahwa orang yang paling banyak berduka adalah mereka yang ditimpa penyakit dengki. Dan yang paling tenang kehidupannya adalah mereka yang dianugerahi sifat qana’ah.”
(Ihya ‘Uluum ad-Diin)

Saudaraku,
Qana’ah akan membentengi kita dari sifat yang tercela seperti hasad atau dengki. Tidak jarang dikarenakan kedengkian seseorang melakukan berbagai perbuatan dosa, baik itu menggunjing ( _ghibah_), mengadu domba ( _namimah_), berdusta atau bahkan berbuat khianat dan tidak amanah dalam urusan harta, seperti korupsi misalnya. Kontra dengan seseorang yang qana’ah, dengan sifat qana’ah yang dia miliki seorang hamba akan menempuh cara yang halal dalam mencari rezeki, bukan menerjang yang haram.
Semua perbuatan tercela di atas dilakukan karena motivasi duniawi, menginginkan harta yang lebih, merasa kurang atas rezeki yang diperoleh. Jika seorang berlaku qana’ah pastilah dia akan terhindar dari berbagai bentuk dosa besar tersebut, hatinya tidak akan terasuki rasa dengki terhadap rezeki yang Allah Azza wa Jalla tetapkan kepada saudaranya, karena dia sendiri telah ridha terhadap apa yang dia miliki. Ibnu Mas’ud radliallahu ‘anhu berkata,

‎اليقين ألا ترضي الناس بسخط الله، ولا تحسد أحدًا على رزق الله، ولا تَلُمْ أحدًا على ما لم يؤتك الله؛ فإن الرزق لا يسوقه حرص حريص، ولا يرده كراهة كاره؛ فإن الله – تبارك وتعالى – بقسطه وعلمه وحكمته جعل الرَّوْح والفرح في اليقين والرضى، وجعل الهم والحزن في الشك والسخط

“al-Yaqin adalah engkau tidak mencari ridha manusia dengan mengundang kemurkaan Allah, engkau tidak dengki kepada seorangpun atas rezeki yang ditetapkan Allah dan tidak mencela seorang pun atas sesuatu yang tidak diberikan Allah kepadamu. Sesungguhnya rezeki tidak akan diperoleh dengan ketamakan dan tidak akan tertolak karena kebencian. Sesungguhnya Allah ta’ala, dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya, menjadikan ketenangan dan kelapangan ada di dalam rasa yakin dan ridla kepada-Nya serta menjadikan kegelisahan dan kesedihan ada di dalam keragu-raguan (tidak yakin atas takdir Allah) dan kebencian (atas apa yang telah ditakdirkan Allah).”
(Syu’ab al-Imaan)

Saudaraku,
Kekayaan hakiki itu letaknya di hati, yaitu sifat _qana’ah_ atas rezeki yang telah diberikan Allah Azza wa Jalla, bukan terletak pada kuantitas harta.
Ibnu Baththal menjelaskan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau mengatakan bahwa kekayaan hakiki adalah kekayaan hati,

‎معنى الحديث ليس حقيقة الغنى كثرة المال، فكثير من الموسع عليه فيه لا ينتفع بما أوتي، جاهد في الازدياد لا يبالي من أين يأتيه. فكأنه فقير من شدة حرصه، وإنما حقيقة الغنى غنى النفس، وهو من استغنى بما أوتي وقنع به ورضي ولم يحرص على الازدياد ولا ألحّ في الطلب. وقال القرطبي: وإنما كان الممدوح غنى النفس لأنها حينئذ تكفّ عن المطامع فتعزّ وتعظم، ويحصل لها من الحظوة والشرف والمدح أكثر من الغنى الذي يناله مع كونه فقير النفس لحرصه، فإنه يورّطه في رذائل الأمور وخسائس الأفعال لدناءة همته وبخله وحرصه، فيكثر من يذمه من الناس فيصغر قدره عندهم فيصير أحقر من كل حقير وأذلّ من كل ذليل

“Arti hadits ini adalah kuantitas harta yang banyak bukanlah kekayaan yang hakiki. Banyak orang yang memperoleh keluasan harta tidak mampu mengambil manfaat dari harta yang diperoleh, mereka bersungguh-sungguh mencari harta yang berlimpah tanpa mempedulikan dari mana harta itu berasal, seolah-olah dirinya adalah seorang yang fakir karena saking semangat dalam mencari. Sesungguhnya kekayaan hakiki adalah kekayaan hati, yaitu dengan merasa cukup, _qana’ah,_ dan ridha terhadap apa yang diberi serta tidak tamak mencari dan terus-terusan meminta kelebihan harta. Al-Qurthubi berkata, “Sifat yang terpuji adalah kaya hati karena akan mampu mencegah seorang dari berbagai ambisi yang tak akan berhenti jika dituruti. Dengan sifat tersebut seorang akan memperoleh kehormatan, kemuliaan, dan pujian yang lebih daripada mereka yang kaya harta namun sesungguhnya berhati miskin saking tamaknya dalam mencari harta. Hal itu justru akan menjerumuskan ke dalam berbagai perbuatan yang hina dan tak beretika karena terdorong oleh hasrat yang rendah, sifat pelit, dan ketamakan. Dengan demikian, banyak orang akan mencelanya, memandang remeh kedudukannya meski dia kaya harta, sehingga dia pun menjadi seorang yang paling rendah dan hina.”
(Syarh Shahih al-Bukhari)

Saudaraku,
Seseorang yang _qana’ah_ tidak akan menyusahkan orang lain dengan berharap mereka memenuhi kebutuhannya. Mulia karena seorang yang _qana’ah_ tidak akan mudah untuk meminta-minta kepada manusia. Dalam sebuah hadits disebutkan,

‎شَرفُ المؤمِنِ قيامُ اللَّيلِ وعزُّهُ استِغناؤُهُ عنِ النَّاسِ

“Kehormatan seorang mukmin terletak pada shalat malam dan kemuliaannya terletak pada ketidak-bergantungannya pada manusia.”
(HR. al-Hakim)

Allah Azza wa Jalla yang menanamkan nilai bahwa campur tangan manusia sama sekali tidak mempengaruhi seluruh rezeki yang telah Dia tetapkan, :

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.”
(QS. Faathir: 2)

Sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa seseorang tidak akan diwafatkan kecuali setelah Allah Azza wa Jalla menyempurnakan jatah rezeki yang ditetapkan untuknya, :

“Wahai manusia bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik, sesungguhnya seorang itu tidak akan mati sehingga lengkap jatah rezekinya. Jika rezeki itu terasa lambat datangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah dengan cara yang, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram.”
(HR. Al Baihaqi)

Saudaraku,
Kita harus memahami hikmah dari Allah Azza wa Jalla menciptakan perbedaan rezeki dan kedudukan di antara hamba-Nya, sehingga ada yang kaya dan yang miskin adalah agar kehidupan di bumi bisa berlangsung, terjadi hubungan timbal-balik di mana kedua pihak saling mengambil manfaat, yang kaya memberikan manfaat kepada yang miskin dengan harta, sedangkan yang miskin memberikan bantuan tenaga kepada yang kaya, sehingga keduanya menjadi sebab kelangsungan hidup bagi yang lain (Tafsir al-Baghawi). Selain itu, kondisi kaya dan miskin itu merupakan ujian, dengan keduanya Allah Azza wa Jalla hendak melihat siapakah di antara para hamba-Nya yang berhasil, :

“Dan Dialah yang menjaadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa yang saling menggantikan) di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat untuk mengujimu terkait apa yang diberikannya kepada kamu.”
(QS. Al-An’am: 165)

Saudaraku,
Berdoalah memohon agar kita dianugerahi sifat qana’ah. Praktik Nabi mencontohkan hal tersebut, kehidupan ekonomi beliau yang bersahaja tidak membuat beliau mengeluh, bahkan beliau berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar rezeki beliau dan keluarga sekedar untuk menutup lapar. Menunjukkan betapa qana’ah pribadi beliau. Kita dapat mencontoh beliau, memohon agar Allah Azza wa Jalla memberikan kita sifat qana’ah. Salah satu do’a yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbad radliallahu ‘anhuma adalah do’a berikut,

‎اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ، وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِي بِخَيْرٍ

“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang qana’ah terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput dariku dengan sesuatu yang lebih baik.”
(HR. Bukhari dalam _al-Adab al-Mufrad_)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa qana’ah,sabar dan tawakkal untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wassalamualaikum 

“LIANG COCOPET”

“LIANG COCOPET” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA “Liang Cocopet” adalah ungkapan umum dalam kehidupan masyarakat. Tatar Sunda, yang intinya menggambarkan tempat

Read More »

Tanda Terimanya Sebuah Amal

MUHASABAH AKHIR PEKANMinggu, 6 Oktober 2024 TANDA DITERIMANYA SUATU AMAL BismillahirrahmanirrahiimAssalamu’alaikum wr wbrkt… Saudaraku,Perlulah kita ketahui bahwa tanda diterimanya suatu amalan adalah apabila

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *