5 October 2024 22:26
Opini dan Kolom Menulis

Kapan Jawa Barat Surplus Beras?

KAPAN JAWA BARAT SURPLUS BERAS LAGI ?

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Neraca Beras 2022 betul-betul menohok Provinsi Jawa Barat. Ketika Jawa Tengah dan Jawa Timur diberitakan surplus beras sebesar 1,4 juta ton dan 993 ribu ton, Jawa Barat malah defisit sebesar 873 ribu ton. Kondisi ini sungguh memalukan, khususnya bagi mereka yang pernah merasakan bagaimana senangnya tatkala Jawa Barat surplus beras dengan angka yang cukup signifikan.

Sebagai pegiat pertanian yang sejak tahun 1984 mengabdikan diri di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Provinsi Jawa Barat, penulis merasa sedih dengan rilis yang ada di Neraca Beras 2022. Kenapa bisa terjadi Jawa Barat mengalami defisit beras dengan angka yang cukup tinggi ? Lantas, bagaimana dengan kinerja Perangkat Daerah yang mengemban tugas, fungsi dan kewenangan di sektor pertanian ?

Tidak sepantasnya Jawa Barat defisit beras dengan angka yang cukup memalukan. Sebagian besar warga Jawa Barat, pasti akan kecewa dengan informasi Neraca Beras 2022. Mereka wajar mempertanyakan kinerja Perangkat Daerah yang selama ini diberi kewenangan menangani sektor pertanian. Catatan kritisnya, mengapa Jawa Tengah dan Jawa Timur bisa surplus cukup besar ?

Bukankah dilihat dari potensi sumberdaya yang dimiliki tidak jauh berbeda ? Petani nya juga sama. Benih yang ditanamnya tidak jauh berbeda. Pupuk subsidi sama-sama diterima. Irigasi juga ada di tiga Provinsi ini. Begitupun dengan kiat-kiat pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Bahkan kegiatan Penyuluhan Pertanian sendiri di tiga Provinsi diatas mendapat penanganan yang sama.

Lalu apa dong yang berbeda ? Tentu akan banyak hal yang membedakannya. Salah satu nya adalah terkait dengan keberpihakan para Kepala Daerah, baik Gubernur, Bupati dan Walikota terhadap sektor pertanian, yang dicirikan oleh politik anggaran terhadap sektor pertanian itu sendiri.

Selain itu, perlindungan terhadap “ruang pertanian” pun menjadi indikator terhadap keberhasilan peningkatan produksi padi. Kepala Daerah lewat kebijakan tata ruang dan wilayah yang doyan mengurangi ruang pertanian, dipastikan bakal mengalami penurunan produksi hasil pertaniannya. Seorang sahabat malah memvonis, Jawa Barat merupakan Provinsi yang paling tinggi mengalih-fungsikan lahan pertaniannya.

Jawa Barat dikenal sebagai Provinsi yang paling banyak mengalih-fungsikan lahan pertanian produktif ke non pertanian. Coba tengok bagaimana pembangunan bandara internasional Kertajati di Majalengka menggerus lahan pertanian produktif ? Lalu, bagaimana pembangunan Pelabuhan Internasional Patimban di Subang mengambil lahan pertanian.

Pembangunan jalan tol Cisumdawu yang juga mengambil sawah dan ladang. Dan pembangunan jalan kereta api cepat Bandung – Jakata pun membuat penggerusan lahan menjadi semakin terang benderang. Belum lagi adanya tejanan penduduk yang membutuhksn lahan untuk pemukiman dan perumahan.

Beberapa penganat malah menyatakan, bukan cuma alih fungsi lahan yang terekam cukup membabi-buta, namun alih kepemilikan lahan pertanian dari semula milik petani berganti jadi miliknya orang-orang kota. Jawa Barat, betul-betul menjadi surga bagi oknum-oknum yang gandrung mengalih-fungsikan lahan hanya untuk memperoleh kesenangan sesaat.

Atas gambaran yang demikian, wajar jika Neraca Beras 2022 menyimpulkan Jawa Barat tergolong ke dalam Provinsi yang defisit berasnya sangat tinggi. Dengan kata lain, dapat dikatakan Jawa Barat Juara ke 2 dalam hal defisit beras. Jawa Barat belum mampu mengalahkan DKI Jakarta yang meraih peringkat pertama Provinsi terbesar yang mengalami defisit beras.

Catatan Neraca Beras 2022, menyebutkan jumlah defisit beras DKI Jakarta sebesar 1,32 juta ton. Setelahnya baru Jawa Barat yang defisit sebesar 873 ribu ton. Secara nasional kita masih mencatatkan diri sebagai bangsa yang surplus beras sebesar 1,342 juta ton. Betapa memalukannya Jawa Barat dengan angka defisit sebesar itu. Padahsl, beberapa tahun sebelumnya, Jawa Barat masih mampu mencatatkan sirplus beras sebesar 1,5 juta ton.

Fakta Jawa Barat mengalami defisit beras sebesar 873 ribu ton , seharusnya menjadi proses pembelajaran sangat berharga bagi mereka yang dikemudian hari dipercaya menjadi pemimpin di Jawa Barat. Pimpinan daerah di Jawa Barat, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, mestilah orang-orang yang memiliki kecintaan mendalam terhadap dunia pertanian.

Mereka bukan sosok yang memandang sebelah mata terhadap keberadaan pertanian. Mereka perlu tahu, Jawa Barat ini merupakan lumbung padi nasional. Mereka penting mengetahui, Indramayu, Karawang dan Subang adalah 3 Kabupaten di Jawa Barat yang pada jamannya sempat tercatat sebagai penghasil produksi padi tertinggi di Indonesia.

Kapan Jawa Barat akan surplus beras lagi ? Itulah pertanyaan yang sengaja dijadikan judul dalam tulisan kali ini. Jawabannya, tentu bukan kapan-kapan. Warga Jawa Barat optimis, hanya dengan kehadiran para pemimpin Jawa Barat yang mencintai pertanianlah Jabar akan surplus beras lagi. Semoga !

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *