4 July 2024 10:54
Opini dan Kolom Menulis

KAJEUN KENDOR ASAL NGAGEMBOL

KAJEUN KENDOR ASAL NGAGEMBOL

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

” Kajeun kendor asal ngagembol” adalah Peribahasa Sunda yang memiliki makna meski lambat yang penting sukses. Peribahasa ini menjadi menarik dicermati ketika sekarang ini muncul perilaku masyarakat yang doyan menerabas demi mencapai tujuannya. Semua orang tahu, sikap menerabas merupakan faktor penghambat terwujudnya cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

Dari berbagai literatur yang ada dapat ditegaskan sifat suka menerabas adalah sikap mental gemar berbangga dengan capaian akhir yang gemilang dan cepat, tanpa peduli atau mau berkeringat melalui proses wajar dan bermartabat. Atas penelaahan yang menyeluruh, sifat ini menjadi salah satu akar terjadinya korupsi. Sifat menerabas, memang bukan hal yang baik untuk dikembangkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Tumbuh dan berkembangnya sifat menerabas, jelas bukan tanpa alasan. Orang-orang masa kini telah dihinggapi “erosi kesabaran” yang cukup parah. Banyak contoh yang dapat kita saksikan di berbagai kejadian. Yang paling mudah terlihat tatkala kita sedang mengendarai mobil dan berhenti di stopan, karena lampu berwarna merah. Ketika lampu mulai hijau, lalu kita telat maju, maka akan terdengar bunyi klakson dari belakang. Mereka betul-betul tidak sabar ingin cepat melaju.

Tidak hanya itu teladannya. Jika kita sedang antri mau bording di bandara udara, sering terlihat ada penumpang yang serabat-serobot ingin secepatnya ke tempat petugas maskapai. Orang semacam ini seolah-olah menolak untuk ikut antrian. Bila tidak ada petugas yang menertibkan, boleh jadi hal ini akan menjadi masalah. Sifat menerbas, betul-betul telah merasuk dalam kehidupan masyarakat. Hanya lewat aturan tegas dan sanksi, baru mereka akan mentaati aturan yang diberlakukan.

Sifat menerabas, gurung gusuh, tergesa-gesa atau terburu-buru, kini mengemuka menjadi sebuah “penyskit kehidupan” yang patut diwaspadai perkembangannya. Jangan biarkan sifat ini memberi warna dalam kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesabaran. Orang-orang sekarang jarang yang mau menerapkan peribahasa “bersakit-sakit dahulu, betenang-renang ketepian”. Bahkan ada diantara mereka yang menganut prinsip “kalau bisa dipercepat mengapa harus dibuat lambat”.

Namun demikian, tidak sedikit pula ada orang-orang yang menolak sifat menerabas. Mereka lebih senang menerapkan prinsip “kajeun kendor asal ngagembol”. Prinsip ini benar-benar diterapkan oleh seorang anak bangsa yang bercita-cita ingin menjadi Kepala Daerah. Setelah dirinya gagal pada Pemilihan Kepala Daerah tahun 2004, lalu dirinya ikut lagi dalam Pilkada tahun 2009. Baru di Piljada 2014 dirinya menjadi Kepala Daerah, karena mampu mengungguli lawan-lawannya dengan telak.

Merebut jabatan Kepala Daerah di negeri ini, bukanlah hal yang mudah untuk diraih. Dalam sistem Pemilihan Kepala Daerah yang secara langsung dipilih rakyat, jelas akan berbeda dengan sistem Pemilihan Kepala Daerah dengan sistem perwakilan. Selain dibutuhkan anggaran yang tidak kecil, Pemilihan Kepala Daerah sistem langsung pun menuntut adanya perencanaan yang cukup matang. Terlebih yang berkaitan dengan upaya sosialisasi diri agar dapat dikenal oleh para konsituen nya.

Peribahasa Sunda “kajeun kendor asal ngagembol”, di sisi lain memiliki semangat ketelatenan dan kesabaran. Dalam melakoni kehidupan, kesabaran menjadi kata kunci kisah sukses seseorang. Nilai kesabaran menggambarkan ketidak-putusasaan, manakala seseorang mengalami kegagalan. Itu sebabnya, teladan tentang kegigihan seorang Kepala Daerah yang terus berjuang meraih cita-cita seperti yang digambarkan diatas, sangat penting untuk dijadikan pencermatan kita bersama.

Hidup adalah perjuangan. Banyak hal yang harus dilewati. Perjalanan hidup, tidak selamanya mulus dan menyenangkan. Tidak sedikit luka-liku yang perlu dilalui. Seorang sahabat yang berkiprah sebagai pengusaha pariwisata sempat mengeluh dengan adabya bencana Covid 19. Dia rasakan betapa lesunya dunia pariwisata, setelah banyak aturan dan batasan dalam pengembangan pariwisata di berbagai daerah. Dunia pariwisata di pulau Bali pun terekam hampir tidak berjalan.

Tragedi Covid 19, betul-betul membuat hancurnya kehidupan seseorang yang menggantungkan nasib terhadap dunia pariwisata. Untung dirinya tidak putus asa. Dengan kesabaran dan keprihatinan yang mendalam, dirinya menanti selesainya pandemi Covid 19. Seiring dengan perjalanan waktu, ini pandemi Covid 19 sudah dianggap selesai, maka lehidupan dunia parawisata pun kembali menggeliat. Sang sahabat akhirnya kembali melakoni dunia kepariwisataannya.

Catatan menarik terkait peribahasa Sunda Kajeun Kendor Asal Ngagembol, juga dapat kita amati dari orang-orang yang memilih profesi sebagai dosen di Perguruan Tinggi. Seorang dosen memang harus selalu akrab dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi. Harapan seseorang menjadi dosen, tentu harus menempuh jenjang pendidiksn S3. Bahkan ujung-ujungnya dapat memperoleh jabatan Guru Besar.

Dosen merupakan profesi yang sangat terhormat. Dosen akan memberi pendidikan kepada para mahasiswa terkait ilmu pengetahuan dan teknologi. Dosen juga akan membimbing para mahasiswa untuk mendalami agar setiap mahasiswa dapat memerankan diri sebagai insan Tuhan, insan akademik, insan kampus dan insan sosial yang berkualitas. Dosen, sejatinya memiliki kehormatan dan bertanggungjawab membuat para mahasiswa untuk tampil sebagai lulusan Universitas yang profesional.

Penulis memiliki sahabat yang memalingkan diri untuk menjadi dosen di sebuah Perguruan Tinggi Negara yang cukup beken di negeri ini. Cita-cita jadi dosen, mungkin tidak terpikirkan ketika menjadi mahasiswa dulu. Boleh jadi hanya ingin jadi ibu rumah tangga semata. Tapi, garis hidup memang sulit direncanakan. Mengingat berbagai pertimbangan akhirnya dirinya menjadi dosen. Lalu melanjutkan sekolah ke jenjang S2. Dalam perjalanannya meraih S3, dirinya diguncang prahara rumah tangga.

Program S3 nya tersendat dan memutuskan tidak akan melanjutkannya lagi. Beberapa tahun dirinya diam di rumah. Entah ada inspirasi dari mana, menjelang saat pensiun, dirinya merasa terpanggil untuk mengikuti program S3 lagi. Dengan ketekunan dan kecerdasannya, beberapa bulan jelang pensiun, akhirnya sahabat ini mampu merampungkan pendidikan S3 nya. Inilah teladan peribahasa kajeun telat asal ngagembol.

Mencermati dengan seksama, berbagai teladan yang disampaikan diatas, sebetulnya memberi pesan kepada kita, dalam mengarungi kehidupan, prinsip “tiada kata jera dalam perjuangan”, mesti menjadi pegangan utama setiap anak bangsa. Sikap ini harus merasuk dalam nurani yang paling dalam. Terus berjuang, karena dibalik perjuangan yang ditempuh, akan banyak hikmah yang dapat kita petik. Hikmah tentu akan memberi berkah kehidupan. Biar telat, yang penting sukses.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Jangan Sembunyikan Ilmumu

WASILLAH SHUBUHKamis, 4 Juli 2024. BismillahirahmanirahimAssallamu’alsikum wr wbrkt JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUMU. Saudaraku…Ketika saya menyampaikan postingan tentang agama, itu tidak berarti

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *