Jalan Panjang Menuju Swasembada Pangan
JALAN PANJANG MENUJU SWASEMBADA PANGAN
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Banyak pihak yang menterjemahkan makna swasembada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) swasembada diartikan sebagai usaha mencukupi kebutuhan sendiri. Sedangkan dalam arti luas, seperti misalnya swasembada pangan adalah capaian peningkatan ketersediaan pangan dengan wilayah nasional.
Dalam pemahaman yang lebih luas, swasembada pangan adalah indikator ketahanan pangan sebuah negara. Swasembada pangan terjadi ketika produksi pangan atau kemampuan menyediakan pangan memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri atau menggunakan indikator produksi suatu komoditas. Produksi pangan yang naik tidak menunjukkan pencapaian ketahanan pangan.
Hasrat untuk mewujudkan swasembada pangan sendiri, telah mengemuka sejak puluhan tahun lalu. Para penentu kebijakan sepakat Indonesia harus tumbuh dan tampil sebagai bangsa yang diperhitungkan dalam dunia pertanian. Kisah sukses Indonesia Swasembada Beras 1984 dan 2022 adalah bukti yang menunjukkan kemampuan kita untuk meraih Swasembada Pangan.
Pertanyaannya adalah apakah kita bersungguh-sungguh untuk meraihnya ? Atau tidak, mengingat selama ini, istilah swasembada pangan, lebih mengemuka sebagai jargon politik semata ? Betul, harus kita akui. Swasembada Pangan adalah tugas yang sangat susah untuk diwujudkan. Terlebih bila hal ini dikaitkan dengan masih banyaknya komoditas yang diimpor.
Pangan bukan cuma beras. Masih banyak jenis bahan pangan yang harus kita impor untuk mencukupi kebutuhan masyarakat, karena bangsa ini, tidak mampu memproduksikannya di dalam negeri. Kedele dan jagung misalnya. Walau Pemerintah sudah jor-joran memperjuangkan pencapaian swasembada, namun hingga kini, kedele dan jagung, masih harus diimpor dalam jumlah yang cukup besar.
Begitu pun dengan daging sapi dan gula. Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi, terbukti tidak mampu dijawab hanya dengan jawaban dari dalam negeri. Setiap tahun, kita harus impor dari banyak negara. Pemerintah sendiri tampak telah serius mencari langkah dan terobosan cerdas agar kita tidak menggantungkan diri terhadap impor. Sayang, hasrat untuk berswasembada masih belum mampu diwujudkan.
Beberapa komoditas hortikultura seperti bawang putih contoh nya, kita juga masih mengandalkan impor untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Berbagai langkah sudah ditempuh agar kita berjuang keras untuk memacu produksi bawang putih, sehingga terbebas dari jeratan impor. Lagi-lagi disayangkan, kita masih belum mampu meraihnya. Bawang putih, masih harus kita impor.
Swasembada pangan, bukan hanya Swasembada Beras. Akan tetapi, banyak pejabat di negeri ini, yang menyatakan Indonesia sudah Swasembada Pangan. Oleh karena nya secara tegas, kita harus berani menyatakan Indonesia masih belum Swasembada Pangan. Kalau Swasembada Beras, kita sudah dua kali meraihnya, yakni tahun 1984 dan 2022. Komoditas pangan strategis lain, masih kita impor.
Sebenarnya, suasana Swasbada Beras pun masih bersifat on trend. Kalau produksi bagus, kita boleh menyebut Swasembada. Namun, bila produksi sedang anjlok, maka kita tidak pantas lagi menyebut sebagai bangsa yang berswasembada beras. Dengan demikian, Swasembada Beras yang kita raih, masih belum permanen, tergantung produksi yang dihasilkan. Itu sebabnya dikatakan Swasembada On Trend.
Swasembada Pangan mutlak harus diwujudkan. Bagi banyak komoditas, potensi sumber daya pertanian yang dimiliki bangsa ini, sangat memungkinkan untuk meraih swasembada. Tinggal sekarang, bagaimana kesungguhan kita untuk menggapainya. Belajar dari kisah sukses Swasembada Beras, sebetulnya kita mampu mempelajari keberhasilan tersebut, untuk diterapkan terhadap komoditas lainnya.
Kata kunci swasembada pangan tetap ditentukan oleh kemampuan dalam menggenjot produksi setinggi-tingginya. Peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian inilah yang menjadi indikator penting, sebuah bangsa memproklamirkan diri swasembada. Tanpa ada genjotan produksi, dijamin halal tidak akan pernah ada yang namanya swasembada. Swasembada berkorelasi positip dengan produksi yang berlimpah.
Jalan panjang menuju swasembada pangan, sepertinya sedang sama-sama kita lewati. Banyak suka maupun duka dalam melakoninya. Belum berhasilnya kita meraih swasembada pangan, walau seabreg upaya telah dikerahkan, pada dasarnya menggambarkan, betapa sulitnya swasembada pangan diwujudkan. Namun begitu, kita optimis swasembada pangan yang diimpikan, bakal terwujud pada saat yang tepat.
Ada beberapa syarat penting, agar pemcapaian swasembada pangan, tidak hanya sekedar impian di siang bolong. Langkah perwujudan swasembada pangan, harus diawali dengan adainya komitmen dari penentu kebijakan. Lewat komitmen inilah Negara atau Pemerintah, harus hadir secara nyata di tengah2 rakyat agar semangat swasembada pangan menjadi sebuah gerakan bangsa. Tidak lagi hanya jadi pemanis pidato para pejabat.
Komitmen yang telah terbangun, penting diikuti oleh adanya dukungan politik anggaran yang wajar. Tanpa adanya sokongan politik anggaran, baik melalui APBN atau APBD, sangatlah susah menggapai swasembada pangan. Tak kalah pentingnya, kita perlu menyiapkan Grand Desain dan Roadmap pemcapaiannya secara utuh, holistik dan komptehensif.
Setelahnya, baru kita rancang program dan kegiatan yang benar-benar nyata di lapangan. Atas langkah seperti ini, kita optimis swasembada pangan akan kita wujudkan, dan tidak lagi hanya sebuah jargon politik belaka. Semoga jalan yang selama ini digarap, tidak mengalami kebuntuan.
(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).
SAH! Plt. Ketua PGRI Kab Bandung oleh Isak Somantri Fauzi di Masa Transisi
HIBAR – PGRI Kab. Bandung telah melaksanakan serah terima jabatan Ketua dari H. Adang Syafaat kepada Isak Somantri Fauzi pada
Berita Duka
Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah Nandang Gumilar, S.Pd, M.MPd SMAN 1 Cikancung Semoga almarhum diampuni dosanya dan diterima amal Ibadahnya.
Bupati Bandung Berikan BPJS Ketenagakerjaan dan Honorarium bagi Para Operator Motor Baca di Setiap Kecamatan
HIBAR -Bupati Bandung Dadang Supriatna melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Bandung telah menyalurkan Motor Baca (Torca) kepada 31
Well! Berkat Pendekatan Humanis dan Musyawarah, Pembangunan Pasar Ciparay Tanpa Gejolak
HIBAR– Pembangunan Pasar Ciparay, di Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung memasuki babak baru. Pasar terbesar di Kecamatan Ciparay ini akan segera
ACUNGAN JEMPOL KEBERPIHAKAN PJ. GUB JABAR KE PERTANIAN
ACUNGAN JEMPOL KEBERPIHAKAN PJ. GUB JABAR KE PERTANIAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Tidak lama lagi Pj. Gubernur Jawa Barat akan
7 KEBIASAAN ANAK HEBAT INDONESIA JANGAN SAMPAI MISKONSEPSI DAN JADI BEBAN ADMINISTRASI BARU
7 KEBIASAAN ANAK HEBAT INDONESIA JANGAN SAMPAI MISKONSEPSI DAN JADI BEBAN ADMINISTRASI BARU Oleh IDRIS APANDI(Praktisi Pendidikan) Salah satu program