6 October 2024 05:45
Sentuhan Qalbu

Jadilah yang Terbaik Tanpa Harus Menyingkirkan

MENJADILAH Yang TERBAIK Tanpa HARUS MENYINGKIRKAN

MUHASABAH SHUBUH
Senin, 4 September 2023

Bismillahirahmanirahim
Asallamu’alaikum wrm wbrkt

MENJADILAH Yang TERBAIK Tanpa HARUS MENYINGKIRKAN

Saudaraku,
Al kisah ada seorang Guru membuat garis sepanjang 1 m di papan tulis, lalu ia berkata :

_”Anak-anak, coba perpendek garis ini!”_

Kemudian Anak ke 1 maju ke depan, ia menghapus 20 cm dari garis itu menjadi 80 cm.

Selanjutnya, anak ke 2 melakukan hal yang sama, sekarang garisnya tinggal 60 cm.

Sementara, Anak ke 3 dan ke 4 pun maju kedepan melakukan hal yang sama, hingga garis itu tinggal 20 cm.

Terakhir, seorang anak maju ke depan. Ia tidak mengurangi garis yang sudah tinggal 20 cm, tapi membuat garis baru sepanjang 120 cm, lebih panjang dari garis yang pertama.

Sang Guru mengatakan, :

“Kamu memang bijak dalam mengelola batin, untuk membuat garis itu menjadi pendek, tak perlu menghapusnya, cukup membuat garis lain yang lebih panjang, maka garis pertama akan menjadi lebih pendek dengan sendirinya.”

*Untuk menjadi yang terbaik tak perlu menyingkirkan, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan. Jadilah baik tanpa harus menjelekkan dan jadilah benar tanpa harus menyalahkan orang lain…*

Saudaraku,
Mengelola batin agar relevan dengan kehendak Allah Azza wa Jalla bukan hal mudah, harus ada kesungguhan dan keseriusan, untuk itu diperlukan pertolongan Allah Azza wa Jalla yang mengatur pergolakan hati yang selalu berubah…

Hati yang diselimuti iman akan melahirkan ketenangan dan kedamaian (السکينة) namun hati yang membatu akan merasakan kegelisahan tak menentu,

Firman Allah :

“Ialah yang telah mengirimkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Fath: 4)

Saudaraku,
Betapa indahnya hidup bila hati tenteram dan nyaman dan betapa tersiksa jiwa saat hati tidak nyaman, gelisah, kecewa, marah dan sebagainya.

Seluruh perbuatan lahiriah pada hakikatnya hanyalah aktualisasi hati. Apabila hati tenang dan damai, maka semua bentuk perbuatan lahiriah akan indah dan mempesona, namun bila hati gelisah, maka perbuatan cenderung kepada hal-hal yang negatif.

Karena pada hakikatnya, pahala dan siksa adalah akibat dari gerak hati,

Dalam Al-Qur’an tertulis :

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”
(QS. Al-Baqarah: 225)

Hati orang yang beriman responsif terhadap apa yang didengar. Apabila orang yang beriman mendengar ayat-ayat Allah Azza wa Jalla hatinya bergetar karena kerinduan kepada Allah Azza wa Jalla.

Dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah Azza wa Jalla bertambah iman dan kuat tawakkalnya, :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
(QS. Al-Anfal: 2)

Saudaraku,
Hati yang membatu adalah hati yang telah mati, baginya tidak berguna cucuran nasihat dan bimbingan agama. Hati yang penuh dengan kebencian dan dendam kesumat, hati yang tertutup dari kebaikan. Karena hatinya telah mati, maka nasihat dan bimbingan agama tidak berguna lagi baginya.

Klaim kebenaran terhadap perbuatan dan tindakannya sangat arogan,

“Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”
(QS. Al-Baqarah: 7)

Mereka yang hatinya mati dan membatu mempunyai karakter menutup diri dari informasi orang lain. Menurut mereka kebenaran itu adalah hanya apa yang ada pada mereka, maka selain pendapat mereka pasti salah dan tersesat,

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.”
(QS. Al-Baqarah: 6)

Orang yang hatinya mengeras, membatu, senantiasa mengklaim bahwa mereka adalah orang yang benar dan selalu melakukan kebenaran. Karena mata hatinya telah tertutup, maka sebesar apapun cahaya kebenaran yang disampaikan oleh orang lain tidak menembus dinding hatinya,

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
(QS. Al-Hajj: 46)

“Dan bila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab, sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
(QS. Al-Baqarah: 11)

Mereka yang hatinya keras membatu, tidak sadar bahwa perbuatannya merusak, namun karena pandangan hidupnya yang materialistis, hedonis, kapitalistik dan serba instant, hingga mereka berani mengorbankan masa depannya (akhirat) untuk kenikmatan sesaat di dunia hari ini…

Saudaraku,
Orang yang hatinya mati, pada hakikatnya hanya menjalankan hidup dengan instingnya bahkan dengan nafsunya bukan dengan akalnya,

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(QS. Al-A’raf: 179)

Manusia yang tidak mampu mengelola hatinya akan cenderung materialistik. Saat hati, akal dan inderawi tidak berfungsi, maka karakter hewani mendominasi dalam dirinya.
Hingga ayat ini mengisyaratkan manusia bagai binatang perilakunya bahkan lebih sadis dari binatang…

Saudaraku,
Orang yang hatinya bersih akan senantiasa berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla,

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Al-Ra’ad: 28)

Orang yang hatinya sehat selalu berdzikir dan dengan berdzikir diperolehnya ketenangan dan kedamaian dalam dirinya. Ia menjadi lembut dalam kata dan santun dalam perangai…

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjaga pendengaran dan hati kita agar lembut dalam kata dan santun dalam perangai, menjadi yang terbaik tanpa harus menyingkirkan untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wassalamualaikum 

Mari kt sebarkan dakwah walau satu ayat

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *