Oleh Han Revanda Putra
Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara wafat hari ini 64 tahun silam, tepatnya 26 April 1959. Sebagai pahlawan nasional, sosoknya tidak hanya dikenal sebagai salah satu penggerak utama kebangkitan nasional. Tokoh bernama kecil Soewardi Soerjaningrat ini masyhur pula disebut sebagai orang yang meletakkan pondasi pendidikan nasional.
Tak hanya diakui sebagai tokoh pendidikan terkemuka, Ki Hajar Dewantara juga dikenal berkat ajaran-ajarannya. Banyak dari ajaran-ajarannya kemudian diimplementasikan sebagai landasan kebijakan pendidikan. Dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara:
Pemikiran dan Perjuangannya, berikut adalah 10 ajaran Ki Hajar Dewantara.
1.Lawan sastra ngesti mulya
Dengan ilmu pengetahuan kita menuju kemuliaan. Inilah yang dicita-citakan Ki Hadjar Dewantara dengan Tamansiswanya, untuk kemuliaan bangsa dan rakyat. Semboyan ini menjelaskan maksud tahun berdirinya Perguruan Taman Siswa.
2. Suci tata ngesti tunggal
itu tak mungkin kita masing-masing akan hidup selamat dan bahagia, apabila masyarakat terganggu, tidak tertib dan damai.
Dengan kesucian batin dan teraturnya hidup lahir kita mengejar kesempurnaan atau Kesucian dan ketertiban menuju kesatuan. Ini sebagai janji yang harus dilaksanakan oleh setiap pejuang Tamansiswa. Semboyan ini untuk mengenang tahun berdirinya Persatuan Taman Siswa.
3. Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia
Setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh kebahagiaan, kesejahteraan lahir dan batin.
4. Salam bahagia diri tidak boleh menyalahi damainya masyarakat
Segala kepentingan bersama harus diletakkan diletakkan di atas kepentingan pribadi masing-masing. Oleh karena itu tak mungkin kita masing-masing akan hidup selamat dan bahagia, apabila masyarakat terganggu, tidak tertib dan damai.
5. Kodrat alam itulah penunjuk untuk hidup sempurna
Jangalah hidup kita bertentangan dengan Kodrat Alam. Petunjuk dalam Kodrat Alam kita jadikan pedoman hidup, baik sebagai individu, sebagai bangsa maupun anggota dari alam kemanusiaan.
6. Alam hidup manusia adalah alam hidup perbulatan
Hidup kita masing-masing ada dalam lingkungan berbagai alam khusus, yang saling berhubungan dan berpengaruh. Alam khusus berarti alam diri, alam kebangsaan, dan alam kemanusiaan. Rasa diri, rasa bangga, dan rasa kemanusiaan senantiasa hidup dalam sanubari kita masing-masing.
7. Kita berhamba kepada sang anak
Kita dengan ikhlas hati dan dan bebas dari ikatan apapun, mendekati sang anak dan mengorbankan diri kepadanya Jangan si murid untuk si guru tetapi si guru untuk si murid.
8. Tetep – antep – mantep
Tetep memilki arti ketetapan hati, tetap pada pendiriannya tidak tergoyahkan oleh pengaruh negatif. Antep memilki arti berat, berbobot, bermutu. Mantep memilki arti mantap, tetap pada pilihannya.
9. Ngandel – kendel – bandel – kandel
Ngandel memilki arti percaya, yakin kepada penguasa Tuhan dan kekuatan diri. Kendel memilki arti berani, menghindarkan rasa takut atau wasangka. Bandel memilki arti tahan, tawakal, hatinya kuat menderita. Kandel atau tebal memilki arti meskipun menderita, tubuhnya kuat.
10. Neng – ning – nung – nang
Neng memilki arti “meneng”, yakni tenteram batinnya. Ning dari kaat “wening” memilki arti jernih pikirannya. Nung dari kata “hanung”memilki arti kuat, sentosa dalam kemauannya, yaitu kokoh dalam segala kekuatannya, lahir dan batin, untuk mencapai apa yang dikehendaki; Nang dari kata “menang” memilki arti berhak atas buah usahanya.***