2 January 2025 19:26
Opini dan Kolom Menulis

IMPOR BERAS YANG FANTASTIS !

IMPOR BERAS YANG FANTASTIS !

OLRH : ENTANG SASTRAATMADJA

Pemerintah di tahun era Presiden Joko Widodo (Jokowi) menugaskan Perum Bulog untuk mengimpor tambahan 1,6 juta ton beras di tahun 2024. Angka itu di luar kuota penugasan awal sebanyak 2 juta ton yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jika ditotal, maka untuk penugasan impor di tahun 2024 sendiri mencapai 3,6 juta ton.

Namun, perlu diketahui juga, Bulog di tahun 2024 masih harus merealisasikan pemasukan 500 ribu ton beras impor, bagian dari penugasan tahun 2023 yang mencapai 3,5 juta ton. Dengan demikian, beras impor yang masuk pasar RI pada tahun 2024 ini bisa mencapai 4,1 juta ton. Jika Bulog merealisasikan semua kuota penugasan tersebut 100%

Dicermati dari regulasi yang ada, impor beras sebetulnya tidak diharamkan untuk ditempuh. Bahkan jika kita selisik Undang Undang No.18/2012 tentang Pangan, tersurat impor pangan merupakan faktor penentu terciptanya ketersediaan pangan nasional, disamping hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan Pemerintah.

Impor beras layak ditempuh sekiranya produksi beras dalam negeri, benar-benar tidak mencukupi kebutuhan beras dalam negeri, dan cadangan beras Pemerintah pun belum seperti yang diinginkan. Inilah yang terjadi di tahun 2024. Saat itu, produksi beras anjlok karena adanya sergapan El Nino dan Cadangan Beras Pemerintah pun dibawah syarat yang dibutuhkan.

Secara nilai, impor beras selama Januari-November 2024 sebesar US$ 2,36 miliar. Jumlah itu meningkat 62,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor beras yang kita lakukan, utamanya berasal dari Thailand dengan volume 1,19 juta ton atau mencakup 30,97%. Kemudian dari Vietnam, Myanmar, Pakistan dan India.

Membengkaknya impor beras 2024, sebetulnya sudah sama-sama kita pahami. Penyebab utamanya, karena produksi beras dalam negeri melorot karena adanya sergapan El Nino. Sedangkan di lain pihak, kebutuhan beras dalam negeri meningkat cukup signifikan. Impor beras, dianggap sebagai jalan keluar terbaiknya.

Lebih sedih lagi, produksi beras nasional untuk tahun 2024 ternyata anjlok. Angka produksinya jauh lebih rendah dari produksi yang dicapai tahun 2023. Turunnya produksi beras, tentu sangat mengganggu bagi pencapaian swasembada pangan, utamanya beras, yang ingin diwujudkan tiga tahun ke depan.

Kalau demikian suasananya, bagaimana kondisi produksi beras tahun 2025 ? Apakah produksinya akan lebih tinggi dibanding produksi beras tahun 2024 ? Atau malah tidak. Lalu, apa yang membuat Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan terlihat sangat optimis, tahun depan Indonesia, tidak akan lagi impor beras ?

Optimis jelas tidak dilarang. Optimis
adalah sikap dan pandangan hidup yang positif, berharap dan yakin bahwa masa depan akan lebih baik. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, optimis menjadi sikap anak bangsa yang berusaha menatap masa depan bangsa dan negaranya ke arah yang lebih baik.

Begitu pun dengan produksi beras nasional tahun 2025. Dengan semakin kokohnya cadangan beras Pemerintah, yang menurut catatan BPS hampir mendekati angka 2 juta ton di ujung tahun 2024, kita boleh saja optimis, tahun depan tidak harus impor beras. Persoalannya, bagaimana dengan adanya iklim ekstrim ?

Kokohnya cadangan beras Pemerintah tidak menjamin suasana perberasan dalam negeri akan aman dan terkendali. Justru yang lebih pas dijadikan alasan adalah peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas beras, bisa tercapai atau tidak ? Bagaimana kesiapan kita dalam menjawab tantangan dan rintangannya.

Impor beras yang kita tempuh selama ini, bukanlah untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Produksi beras nasional, sampai sekarang masih surplus, walaupun jumlah surplusnya semakin menurun. Secara nasional produksi beras tahun 2024 tercatat 30,34 juta, sedangkan konsumsi masyarakat sebesar 30,10 juta ton.

Bila demikian datanya, sebetulnya untuk apa impor yang dilakukan sehingga angkanya hampir mendekati 4 juta ton ? Jawabannya jelas, impor itu dilakukan untuk mengisi cadangan beras Pemerintah yang saat itu cukup merisaukan dan untuk program bantuan langsung beras, yang jumlahnya mencapai 2,64 juta ton.

Akhirnya penting untuk dijadikan percik permenungan kita bersama. Menteri Pertanian mengakui banyak faktor penyebab turunnya produksi beras secara nasional, sehingga kita harus mengandalkan impor beras. Setidaknya, ada 10 penyebabnya. Kita percaya, pelan tapi pasti, Pemerintah telah menjawab faktor-faktor tersebut dengan langkah cerdasnya. Salah satunya dengan menambah jumlah kuota pupuk bersubsidi menjadi dua kali lipat.

Selain itu, Pemerintah juga melakukan perbaikan irigasi di berbagai sentra produksi yang selama ini tidak terawat dengan baik. Bahkan Pemerintah berencana akan menambah petugas Penyuluh Pertanian yang sekarang ini baru tersedia 50 % dari jumlah petugas Penyuluh Pertan8an yang dibutuhkan. Semangat satu desa satu Penyuluh, perlu untuk secepatnya diwujudkan.

Tekad menyetop impor beras tahun 2025, patut kita dukung dengan sepenuh hati. Ini penting, bukan saja impor beras menguras devisa negara, namun sebagai bangsa yang pernah memperoleh penghargaan dunia atas kisah sukses swasembada beras, terasa menyakitkan, bila kita masih melakukan impor beras.

(PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *