30 June 2024 09:48
Opini dan Kolom Menulis

HATI HATI SERGAPAN KELAPARAN

HATI HATI SERGAPAN KELAPARAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Ada info penting dari Musrenbangtan 2024. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan Indonesia berpotensi diterjang krisis kelaparan jika pemerintah tidak bisa menggenjot produk pangan, khususnya beras selama 3 bulan ke depan (Juli, Agustus, September). Menurutnya krisis kelaparan ini bisa memengaruhi 7-16% penduduk. Dengan jumlah penduduk Indonesia pada 2024 ini mencapai 281.603.800 jiwa, artinya sekitar 19.712.266-45.056.608 jiwa rawan kelaparan.

Menarik apa yang diingatkan Bung Amran diatas. “Warning” Menteri Pertanian yang disampaikan kepada Keluarga Besar Pertanian seluruh Nusantara ini, termasuk para Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupayen/Kota seluruh Indonesia, sepatutnya jadi pencermatan kita bersama. Peringatan sergapan kelaparan, benar-benar merisaukan. Itu sebabnya, butuh solusi cerdas untuk menangani dan menjawabnya.

Dalam orasi Guru Besar nya, Prof. Drajat Martianto dari IPB University menyatakan Indonesia saat ini menghadapi triple burden of malnutrition. Atau sering dikatakan, 3 masalah gizi sekaligus, yaitu gizi kurang (stunting dan wasting), obesitas dan kurang gizi mikro (KGM) atau disebut sebagai kelaparan tersembunyi (the hidden hunger)”.

Tantangan terbesar bangsa Indonesia saat ini, sebetulnya bukan lagi kurang energi dan protein, tetapi kelaparan tersembunyi (hidden hunger), berupa defisiensi zat gizi mikro, khususnya defisiensi zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya. Bentuk kelaparan semacam ini, betul-betul merisaukan sekaligus butuh penanganan sesegera mungkin.

Di negeri ini, rakyat kelaparan adalah hal yang biasa. Yang tidak biasa jika pejabat kelaparan. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, kelaparan bukanlah kondisi yang diinginkan. Dalam melakoni pembangunan, jangan sampai ada warga bangsa yang hidup nya kelaparan. Menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama untuk menghapuskan kelaparan.

Dari berbagai penelaahan, baik teori atau praktek, kelaparan bisa didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya konsumsi pangan kronik. Banyak faktor penyebab tejadinya kelaparan seperti kemiskinan, ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan Iingkungan yang melebihi kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti pada anak-anak, wanita, dan lansia.

Kelaparan dianggap sebagai aib pembangunan yang harus dihindari oleh bangsa-bangsa di dunia. Itu sebab nya dalam Sustainable Development Goals (SDGs), hidup tanpa kelaparan merupakan isu yang penting untuk dicermati dengan seksama. Tujuan yang kedua adalah tanpa kelaparan. Dalam hal ini, SDGs berusaha untuk menjamin bahwa semua orang bisa mendapatkan makanan yang aman dan bernutrisi.

Kelaparan adalah salah satu fokus PBB yang ditambahkan di dalam SDGs ini, bahkan di negara-negara yang memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah. Hal ini penting dicatat, karena yang nama nya kelebihan konsumsi pun dapat menjadi masalah, karena dapat mempengaruhi aspek-aspek lain, seperti kualitas sumber daya manusia nya.

FAO memperkirakan hingga akhir 2022, kondisinya akan semakin buruk. Sekitar 970 ribu orang diperkirakan akan hidup dalam kondisi kelaparan di lima negara, yaitu Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan, dan Yaman. Kondisi yang terjadi bakal lebih parah jika krisis pangan global segera menyergap warga dunia.

Perang melawan kelaparan, sesungguh nya telah bergaung sejak lama. Sebelum Sustainable Development Goals (SDGs) disepakati tahun 2015, semangat menghapus kelaparan, sudah sering dijadikan bahasan para penentu kebijakan di banyak negara. Komitmen nya sama, kelaparan jangan sampai menyergap kehidupan warga dunia.

Dalam 17 Agenda SDGs, tepat nya pada Agenda nomor 2, secara tegas dinyatakan sebagai warga bangsa kita berkewajiban menciptakan dunia tanpa kelaparan (zero hunger). Agenda bebas dari kelaparan ini dengan jelas menggambarkan, dalam mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas, tidak boleh ada bangsa yang lapar. Semua bangsa di dunia harus memperoleh pangan yang cukup.

Bangsa yang lapar, bukanlah tujuan dari Indonesia Merdeka. Itu sebabnya, siapa pun yang dipercaya rakyat untuk mengelola negeri dan bangsa tercinta, seoptimal mungkin, harus mampu mengusir kelaparan dan menghapusnya dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Bagaimana pun juga, kelaparan tidak boleh terjadi di Tanah Merdeka.

Tak lama lagi, bangsa kita akan memperingati hari kemerdekaannya yang ke 79 tahun. Banyak hal yang sudah kita raih dalam mengarungi 79 tahun Indonesia Merdeka. Namun begitu, kita juga tidak mungkin akan memungkiri berbagai kelemahan dan kekurangan yang kita alami. Salah satunya, masih terekam ada warga bangsa yang lapar dan miskin.

Kerisauan para petinggi negeri akan adanya ancaman kelaparan, jelas menuntut kepada segenap komponen bangsa untuk bersiap diri mencarikan jalan keluarnya. Jangan biarkan kelaparan tumbuh dan berkembang dalam kehidupan. Sebaliknya, kita mesti mampu menggantinya dengan suasana ketidak-laparan, sebagaimana yang menjadi tujuan dimerdekakannya bangsa dan negeri tercinta.

Krisis kelaparan yang ditengarai bakal menyergap sekitar 19 hingga 45 juta penduduk Indonesia, tentu harus dapat kita hindari. Seabreg ihtiar mesti kita tempuh. “Warning” Menteri Pertanian di awal tulisan ini, cukup baik kita renungkan, untuk kemudian kita carikan solusi cerdasnya. Ayo segera kita bebaskan warga bangsa, yang kini tampak masih terjebak dan terbelenggu suasana hidup lapar dan miskin.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Waspada Bisikan Setan

MUTIARA SHUBUHMinggu, 30 Juni 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alsikum wrm wbrkt Waspada 10 Cara Setan Iblis BISIKAN ajakannya(Lanjutan) Saudaraku, seperti di episode sebelumnya

Read More »

“Nu Dibendo”

“NU DI BENDO“ OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Dalam kehidupan masyarakat Sunda ada yang disebut dengan bendo. Diterjemahkan secara bebas, bendo

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *