4 October 2024 13:22
Berita Daerah

Hari Batik Nasional 2024, Batik Garutan Warisan Budaya di Tengah Globalisasi

HIBAR -Batik, kain bergambar dengan motif khas, telah lama dikenal sebagai warisan budaya Indonesia yang mendunia.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), batik adalah kain bergambar yang dibuat dengan cara menerakan malam pada kain, kemudian diproses melalui teknik tertentu.

Sejak 2 Oktober 2009, batik resmi diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO, sehingga setiap 2 Oktober 2024 diperingati sebagai Hari Batik Nasional di Indonesia.

Di antara berbagai jenis batik dari berbagai daerah di Indonesia, batik garutan menonjol dengan kekhasannya.

Motif dan corak Batik Garutan mencerminkan kearifan lokal Garut, dan telah dikenal sejak lama. Menurut informasi dari situs Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI), batik garutan telah berkembang secara turun-temurun sejak sebelum Indonesia merdeka.

Pada tahun 1945, Batik Garutan semakin dikenal dengan nama “batik tulis garutan” dan mencapai masa kejayaannya antara tahun 1967 hingga 1985.

Saat ini, di tengah arus globalisasi, batik garutan tetap eksis berkat dedikasi para pengrajin lokal, salah satunya adalah Euis Sukaesih (67), seorang perajin batik asal Kampung Batik Paledang, Garut Kota.

Meski usianya sudah lanjut, Euis tetap semangat untuk terus berkarya. Ia menjelaskan bahwa keterampilan membatiknya diwarisi dari neneknya sejak tahun 1974 dan terus diturunkan kepada anak cucunya.

Ia menerangkan pembuatan batik memakan waktu sekitar 1-2 bulan, dan lama pembuatannya tergantung motif yang harus dibuat.

Untuk saat ini, imbuh Euis, dirinya menjual batik melalui keponakannya, untuk dipasarkan kepada pelanggan entah itu secara offline melalui tokonya serta online melalui media sosial yang dimiliki.

“ Ngabatik unggal dinten (membuat batik setiap hari), ini anak ibu (juga bisa membatik), ya turun temurun dari nenek, sampai anak, cucu, cicit, sudah pada bisa,” ujar Euis ketika ditemui di kediamannya di Kampung Batik Paledang, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut (1/10/2024).

Selain Euis, Kristi Jesica (37), pemilik usaha Batik KJ Indonesia, juga berkontribusi dalam melestarikan batik garutan. Kristi mengatakan, penjualan batik garutan stabil, terutama sejak hadirnya Kampung Batik Paledang yang menarik pengunjung dari dalam maupun luar negeri.

“Sejak hadirnya Kampung Batik Paledang) ada (peningkatan penjualan), kebetulan setelah di- branding banyak tamu yang datang ke sini, istilahnya kalau misalkan yang lagi liburan gitu kebetulan jalan-jalan ke sini, browsing-browsing ada yang datang ke sini, dari Jakarta , dari Bandung, Tangerang, ada juga beberapa dari luar negara,” ucapnya.

Ia juga melakukan inovasi produk, seperti syal dan hiasan dinding, untuk menjawab selera pasar yang terus berkembang yang lebih variatif. “Mudah-mudah ke depan ada ready to wear -nya juga,” kata Kristi.

Namun, Kristi mengakui bahwa regenerasi pengrajin batik cukup sulit. Generasi muda cenderung memilih pekerjaan dengan gaji tetap, sementara proses membatik memerlukan waktu dan kesabaran. Untuk mengatasi hal ini, Kristi tidak putus asa harapan, ia aktif memperkenalkan keterampilan membatik kepada anak-anak dan lingkungan sekitar, serta mengadakan edukasi kepada siswa sekolah, agar regenerasi perajin Batik Garutan tidak terputus.

“Mudah-mudahan kan besok (Rabu) kita juga ada acara ya di sini untuk edukasi, nah untuk edukasi besok kan kita free mudah-mudah kita lihat antusias mereka seperti apa, mudah-mudah bisa meregenerasi dari hari batik ini yang besok akan dilaksanakan, tutur Kristi penuh harap mudah-mudahan kita lihat antusias mereka seperti apa, mudah-mudahan bisa meregenerasi dari hari batik ini yang besok akan dilaksanakan, ” tutur Kristi penuh harap

Kisah lain diceritakan Ria Apriani (42), pemilik brand Batik CeuRia, juga tak kalah aktif dalam memperkenalkan batik garutan di kancah internasional.

Ia sering mengikuti pameran di dalam dan luar negeri, dan mencatat motif unik dan warna-warna khas batik garutan seperti biru, kuning, merah, dan coklat tua selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Ia mencoba memainkan warna dalam pembuatan batik tersebut, namun tidak meninggalkan kekhasan motif yang dimiliki oleh batik garutan.

Batik CeuRia, juga tak kalah aktif dalam memperkenalkan batik garutan di kancah internasional.

Ia kerap mengikuti pameran dalam dan luar negeri, dan mencatat motif unik dan warna-warna khas batik garutan seperti biru, kuning, merah, dan coklat tua selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.

“Kalau prestasi-prestasi Alhamdulillah ibu mendapat sertifikat-sertifikat, terus hadiah-hadiah juga gitukan, kemarin juga ya Alhamdulillah kemarin hari batik juga Ibu Alhamdulillah di Ciplaz Fashion Show dapat juga juara, Alhamdulillah,” ungkap Ria.

Seperti halnya beberapa perajin lain, Ria berharap agar generasi penerus bisa mempertahankan dan melestarikan batik garutan, sehingga Batik Garutan diharapkan tidak punah.

“Karena kan orang itu sekarang anak-anak muda kerja yang instan kayak di kantoran, di pabrik, sedangkan kelestarian budaya ini nggak ada yang nerusin mau siapa gitu,” harapnya.

Dalam hal ini, Pemdakab Garut turut mendukung keberlangsungan batik garutan. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Garut, Ridwan Effendi, mengungkapkan bahwa Pemkab Garut terus membina dan mengembangkan perajin batik melalui pelatihan dan sertifikasi.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah penerbitan surat edaran yang mengharuskan penggunaan batik garutan setiap hari Jumat bagi pegawai pemerintah.

Dengan kebijakan tersebut Ridwan berharap bisa mendorong para pelaku usaha di sektor industri perajin batik bisa termotivasi untuk terus mengembangkan dan meningkatkan produksi batik garutan, selain menjaga eksistensinya.

“Termasuk juga di beberapa event-event tertentu, kami melaksanakan festival, kemudian juga kami melaksanakan beberapa kegiatan-kegiatan fashion show, untuk bisa menumbuhkembangkan, menjaga,” jelas Ridwan.

Di momentum Hari Batik Nasional, Ridwan berharap batik garutan tetap eksis di tengah arus globalisasi, dan pengrajin bisa terus berinovasi serta bersinergi dengan berbagai pihak.

Upaya untuk meregenerasi pengrajin batik juga menjadi prioritas, agar warisan budaya ini tetap hidup dan berkembang di masa depan.

“Harapan kami ke depan masyarakat Garut bisa lebih mencintai dan bangga untuk menggunakan Batik Garutan,” tutup Ridwan.(*)

Iman

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *