“HAREWOS BOJONG”
“HAREWOS BOJONG”
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Harewos bojong menjadi sebuah kalimat, dibangun oleh dua kata utama, yaitu kata harewos dan bojong. Harewos makna adalah sebuah bisikan, sedangkan bojong merupakan tanjung yang terdapat di sungai dan sering dipakai sebagai penamaan tempat.
Arti dari kata “harewos bojong” adalah perkataan yang dibisikkan namun terdengar oleh orang lain juga, yang dekat dengan mereka. Orang melakukan “harewos bojong” biasanya karena beberapa alasan, pertama karena
rasa takut atau malu. Mereka mungkin takut atau malu untuk berbicara secara terbuka tentang sesuatu, sehingga mereka memilih untuk berbicara pelan-pelan.
Kedua, ingin menyampaikan pesan secara diam-diam. Mereka mungkin ingin menyampaikan pesan atau informasi kepada seseorang tanpa diketahui oleh orang lain. Ketiga, ingin menghindari perhatian orang lain. Mereka mungkin ingin menghindari perhatian atau reaksi orang lain terhadap apa yang mereka katakan.
Keempat, ingin berbicara secara santai. Mereka mungkin ingin berbicara secara santai dan tidak formal, sehingga mereka memilih untuk berbicara pelan-pelan. Namun, perlu diingat bahwa “harewos bojong” dapat juga dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan atau tidak jujur, tergantung pada konteks dan tujuan di baliknya.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita saksikan adanya orang yang sering melakukan harewos bojong. Beberapa keuntungan melakukan “harewos bojong” (berbicara pelan-pelan atau berbisik) dalam situasi tertentu seperti :
– Menghindari perhatian orang lain. Dengan berbicara pelan-pelan, Anda dapat menghindari perhatian orang lain yang tidak perlu.
– Menjaga privasi. Berbicara pelan-pelan dapat membantu menjaga privasi dan menghindari informasi pribadi yang tidak perlu diketahui oleh orang lain.
– Menghindari konflik. Dalam situasi yang sensitif, berbicara pelan-pelan dapat membantu menghindari konflik atau perdebatan yang tidak perlu.
– Menunjukkan kesopanan. Berbicara pelan-pelan dapat menunjukkan kesopanan dan menghormati orang lain yang berada di sekitar Anda.
– Menghemat energi. Berbicara pelan-pelan dapat menghemat energi dan mengurangi kelelahan, terutama dalam situasi yang memerlukan konsentrasi.
Hanya, perlu diingat bahwa “harewos bojong” harus digunakan dalam situasi yang tepat dan tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan informasi atau berbohong kepada orang lain.
Dalam mencermati kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, kita sering lihat ada pejabat publik yang berbisik kepada Ajudannya. Dalam sebuah pertemuan misalnya, terpaksa sang pejabat publik harus berbisik kepada Ajudan, karena kelupaan membawa kacamata baca. Untuk menutupi kelemahannya, terpaksa dirinya harus melakukan harewos bojong.
Fenomena harewos bojong merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perilaku masyarakat di negeri ini. Harewos bojong terpaksa dilakukan, karena ada sesuatu hal yang cukup penting untuk dilakukan. Paling tidak, ada lima pertimbangan, mengapa seseorang menerapkan harewos bojong.
Pertama, karena ada rasa takut atau malu. Seseorang mungkin takut atau malu untuk berbicara secara terbuka tentang sesuatu, sehingga mereka memilih untuk berbicara pelan-pelan. Kedua, ingin menyampaikan informasi rahasia. Seseorang mungkin ingin menyampaikan informasi rahasia atau sensitif kepada orang lain tanpa diketahui oleh orang lain.
Ketiga, ingin menghindari perhatian orang lain. Seseorang mungkin ingin menghindari perhatian orang lain atau menghindari konflik dengan orang lain. Keempat, ingin menunjukkan kesopanan. Seseorang mungkin ingin menunjukkan kesopanan atau menghormati orang lain dengan berbicara pelan-pelan.
Dan kelima, ingin menghemat energi. Seseorang mungkin ingin menghemat energi atau mengurangi kelelahan dengan berbicara pelan-pelan. Akan tetapi, tetap perlu diingat, perilaku “harewos bojong” harus digunakan dalam situasi yang tepat dan tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan informasi atau berbohong kepada orang lain.
Pro kontra terhadap perilaku harewos bojong, wajar terjadi. Dalam kehidupan masyarakat yang terbuka, transparansi menjadi penting. Itu sebabnya, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya dihindari sikap dan tindakan yang membuat banyak pihak bertanya-tanya atas apa-apa yang dilakominya. Termasuk bisik-bisik dengan teman sendiri.
Semoga jadi bahan permenungan bersama. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).