4 October 2024 17:40
Opini dan Kolom Menulis

“HADE GOGOG HADE TAGOG”

“HADE GOGOG HADE TAGOG”

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Diterjemahkan secara bebas, peribahasa Sunda “kudu hade gogog hade tagog”, artinya , kita harus menjadi seorang yang memiliki sikap dan tindakan yang sopan dan baik dalam ucapan dan perilaku. Peribahasa Sunda ini, penting dicermati, terutama di saat bangsa kita akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024.

GOGOG adalah tiruan bunyi dalam bahasa Sunda buat suara  anjing. Kalau orang Sunda ogah memakai kata anjing, terutama ketika berbicara dengan gaya kekanak-kanakan, biasanya gogog jadi sebutan alternatif. Tiruan bunyi jadi nama diri. TAGOG sendiri memiliki arti “penampilan” (performance) yang umumnya berkaitan dengan perilaku seseorang.

Memilih Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota), tentu bukan hanya sekedar pekerjaan rutin yang dilakukan setiap lima tahunan. Memilih Kepala Daerah, tidak juga hanya sekedar datang ke Tempat Pemungutan Suara untuk kemudian mencoblos salah satu pasangan calon. Tapi, memilih Kepala Daerah identik dengan menentukan orang yang mampu membawa berkah bagi kehidupan masyarakatnya.

Itu sebabnya, sosok Kepala Daerah, mestilah orang yang “hade gogog dan hade tagog”. Kepala Daerah harus mampu menangkap apa yang menjadi kata hati masyarakat. Keinginan dan kebutuhan rakyatnya dipahami dengan baik. Pendek kata, setiap anak bangsa yang sudah berani mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah, mestilah sosok yang ikhlas mewakafkan hidupnya bagi kepentingan bangsa dan negara.

Makna “hade gogog” bagi Kepala Daerah, dirinya akan selalu bicara hal-hal yang menyejukan bagi masyarakat. Dirinya tidak akan mengungkap kekurangan dan keburukan pimpinan atau staf yang ada dalam Pemerintahannya. Dirinya, tidak akan pernah mengumbar janji gombal jika bertatap-muka dengan warga masyarakat.
“Hade tagog” sendiri, lebih memiliki makna yang berkaitan dengan sikap dan tindakan Kepala Daerah dalam menjalankan kiprah keseharian nya. Sebagai Kepala Daerah, dirinya akan bersikap sebagai “orang tua” yang mengayomi masyarakat. Sikap dan tindakan keteladanan akan dipertontonkan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Kepala Daerah.

Kepala Daerah, bisa disebut sebagai “Bapak/Ibu” masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik akan selalu mendahulukan kepentingan rakyat ketimbang kepentingan pribadi atau golongannya. Pemimpin yang baik, pasti akan hidup bersahaja dan menjauhkan diri dari pola kehidupan berfoya-foya. Kesahajaan inilah yang membuat Kepala Daerah dekat dengan masyarakat yang dipimpinnya.

Kepala Daerah adalah panutan rakyat. Itu sebabnya, masyarakat akan kecewa berat, bila menyaksikan ada Kepala Daerah yang pelesir ke luar negeri dengqn menggunakan anggaran APBD. Apalagi jika jalan-jalan ke luar negeri itu, mengajak anak-isteri dan kolega-kolega dekatnya. Uang rakyat pun habis hanya untuk memuaskan nafsu pribadi dan kelompoknya.

Tidak lama lagi Kampanye Pilkada Serentak 2024 akan dimulai. Selama masa kampanye, tentu bakal kita saksikan pasangan Calon Gubernur/Bupati/Walikota akan berbusa-busa menyampaikan program yang dijadikan jurus andalan untuk dapat merebut simpati rakyat. Masyarakat pasti akan menilai mana program yang hanya omong doang dan mana yang dapat diwujudkan dalam kehidupan.

Fenomena seperti ini, sepertinya telah menjadi ciri dari pola kampanye Pemilihan Umum di negeri ini. Akibatnya, wajar jika selama masa kampanye berlangsung, bakal berseliweran janji-janji manis yang disampaikan para kandidat Kepala Daerah. Padahal, dalam suasana kekinian, rakyat sudah semakin cerdas politik dalam menyikapi janji-janji kampanye tersebut.

Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran politik rakyat, mestinya para Calon Kepala Daerah, mampu memberikan pendidikan politik yang jauh dari janji-janji gombal. Jangan lagi materi kampanye diisi oleh “omon-omon” yang cenderung mengecat langit. Rakyat tidak lagi butuh hal seperti itu. Yang ditunggu rakyat adalah hadirnya program dan kegiatan yang betul-betul menapak bumi.

Calon Kepala Daerah yang hade gogog, pasti tidak akan sembarangan menjual ide dan gagasannya kepada rakyat. Mereka tentu tidak mau disebut selaku “pembual politik”. Apa yang disuarakannya adalah apa yang selama ini menjadi harapan dan kebutuhan rakyat. Rakyat pasti akan geleng-geleng kepala jika ada Calon Kepala Daerah yang terberitakan hidup bermewah-mewahan, padahal masih banyak rakyat yang hidup melarat.

Hade tagog pun demikian. Rakyat akan senang dan bahagia, jika Kepala Daerah adalah sosok yang memiliki penampilan cukup enak untuk dipandang. Rakyat tidak terpukau dengan pakaian buatan luar negeri dengan harga yang mahal. Namun, rakyat akan suka jika Calon Kepala Daerah itu selalu mengenakan pakaian produksi dalam negeri.

Kerennya penampilan tidak ditentukan oleh mahalnya harga pakaian yang dikenakan, tapi lebih ditentukan oleh kepantasan yang memakainya. Biarpun memakai sepati buatan Cibaduyut, namun pantas dipakai, pasti akan lebih enak dipandang mata, dari pada melihat orang yang menggunakan sepatu bermerk Bally buatan Itali, tapi tidal cocok dengan ukuran kakinya.

Akhirnya perlu disampaikan, “hade gogog hade tagog”, ada baiknya dijadikan bahan dasar para Calon Kepala Daerah untuk mewujudkan syahwat politiknya menjadi nyata. Dengan kata lain, bisa juga dikatakan, kalau dirinya tidak hade gogog dan tidak hade tagog, lebih baik mundur saja sebelum bertanding. Sayang, buang-buang saja.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *