7 July 2024 01:35
Opini dan Kolom Menulis

Gaspol Tanam Setelah Panen

GASPOL TANAM SETELAH PANEN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Seperti yang dirilis detik.finance, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar petani di Indonesia bisa melakukan percepatan penanaman produksi padi. Untuk itu Presiden mendorong agar Menteri Pertanian Amran Sulaiman memberikan pendampingan kepada petani untuk segera kembali melakukan penanaman usai melakukan panen.

Hal ini diungkapkan Presiden Jokowi saat meninjau panen padi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Presiden Jokowi meminta percepatan penanaman kembali, usai panen dilakukan segera, untuk mengejar ketertinggalan masa tanam, yang sempat mundur beberapa bulan, karena siklus cuaca El Nino sejak akhir tahun lalu.

Pesan Presiden kepada Menteri Pertanian diatas, betul-betul penting dan menarik untuk dicermati, khusus nya terkait dengan kata “pendampingan”. Bicara pendampingan dalam budidaya padi, pasti tidak akan lepas kaitannya dengan kehadiran dan keberadaan para Penyuluh Pertanian. Mereka inilah para pendamping petani di lapangan.

Presiden Jokowi, tentu tidak akan memberi pesan khusus kepada Menteri Pertanian, sekiranya dunia perberasan nasional dalam kondisi sedang baik-baik saja. Ini patut dicamkan. Sebab, jujur harus kita ketahui, sejak beberapa bulan lalu, suasana perberasan nasional, terekam sedang tidak baik-baik saja.

Produksi beras, dilaporkan menurun cukup signifikan, karena di beberapa daerah mengalami gagal panen akibat sergapan El Nino. Jumlah surplus beras semakin menyusut. Dua tahun lalu, kita masih surplus sebesar 1,34 juta ton. Sedang satu tahun lalu menyusut jadi sebesar 700 ribu ton. Entah untuk tahun yang sedang berjalan.

Turunnya produksi beras, tentu sangat tidak harapkan. Terlebih ketika kebutuhan beras dalam negeri semakin membengkak, karena semakin meningkatnya keperluan. Beras bukan hanya dibutuhkan untuk pemenuhan konsumsi masyarakat, namun diperlukan juga untuk cadangan dan Program Batuan Pangan Beras.

Surplus beras 700 ribu ton, tidak cukup untuk menutupi Cadangan Beras Pemerintah yang jumlah kebutuhannya sebesar 1,2 juta ton dan kebutuhan Program Bansos Beras untuk 22 juta rumah tangga penerima manfaat dengan jumlah sekitar 1,32 juta ton selama 6 bulan. Tapi, kalau satu tahun kita butuh beras sebesar 2,64 juta ton.

Menghadapi kondisi seperti ini, impor beras dengan jumlah lebih dari 3 juta ton, dinilai Pemerintah sebagai sebuah solusi terbaik untuk jangka pendek. Sedang untuk jangka menengah dan panjang, solusi yang dipilih Pemerintah adalah menggenjot produksi beras setinggi-tingginya menuju swasembada.

Yang cukup merisaukan, turunnya produksi membuat harga beras di pasar melesat cukup tinggi, jauh diatas Harga Pembelian Pemerintan (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras yang ditetapkan Pemerintah berdasar Peraturan Badan Pangan Nasional No. 6 Tahun 2023. Banyak pihak meminta agar HPP Gabah dan Beras dihitung ulang kembali.

Anehnya, sekalipun Pemerintah telah berupaya dan berjuang keras untuk menurunkan harga beras, ternyata harga di pasar, seolah-olah tidak mau turun kembali. Bahkan petinggi Perum Bulog menyatakan, kita cukup kesulitan untuk menurunkan harga beras ke situasi sebelum harga beras naik secara ugal-ugalan itu.

Terlepas dari susahnya Pemerintah menurunkan harga beras, namun Pemerintah telah membuat jaminan, pada saat panen raya tiba, harga beras dengan sendirinya bakalan turun. Bagi kita, jaminan ini dapat dijadikan teropong, untuk menggambarkan melejitnya harga beras di pasar, memang berasnya kurang atau langka.

Untuk jangka menengah dan panjang, sebetulnya banyak langkah diambil untuk mencarikan jalan keluarnya. Paling tidak, ada dua langkah yang dinilai cukup strategis, yakni percepatan masa tanam dan perluasan areal tanam, khususnya dengan optimalisasi pemanfaatan lahan rawa, yang hingga kini, masih belum digarap.

Pesan Presiden kepada Menteri Pertanian diatas, lebih berhubungan dengan percepatan masa tabam. Tak tanggung-tanggung Pemerintah telah menambah anggaran Kementerian Pertanian sebesar 5,8 trilyun rupiah untuk mendukung peningkatan produksi dan tambahan Bansos untuk Alat Mesin Pertanian (Alsintan).

Bahkan, agar usaha menggenjot produksi beras ini mampu diwujudkan, Pemerintah akan menambah anggaran untuk kebijakan pupuk bersubsidi sekitar 14 trilyun rupiah. Lewat tambahan anggaran ini, Pemerintah bakal menambah jumkah pupuk bersubsidi dari sekitar 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton.

Gaspol segera tanam padi seusai panen, merupakan langkah tepat untuk menggenjot produksi beras guna menjawab turunnya produksi beras karena El Nino. Kita percaya pesan ini akan dijadikan prioritas Menteri Pertanian dalam menjalankan program pembangunan perberasan ke depan. Ayo Gaspolkan tanam padi setelah panen berlangsung ! Insha Allah produksi beras bakal meningkat sebagaimana yang ditargetkan.

 

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *