11 April 2025 21:40
Opini dan Kolom Menulis

GAMBARAN 4 KERANGKA PEMBELAJARAN DEEP LEARNING MELALUI ANALOGI “MEMEPES IKAN”

GAMBARAN 4 KERANGKA PEMBELAJARAN DEEP LEARNING MELALUI ANALOGI “MEMEPES IKAN”

Oleh IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

 

Ada 4 kerangka yang digunakan dalam implementasi pembelajaran mendalam (deep learning), yaitu (1) praktik pedagogis, yaitu strategi mengajar yang dipilih guru untuk mencapai tujuan belajar dalam mencapai dimensi profil lulusan. (2) lingkungan pembelajaran, yaitu lingkungan pembelajaran menekankan integrasi antara ruang fisik, ruang virtual, dan budaya belajar untuk mendukung pembelajaran mendalam.

(3) pemanfataan digital, yaitu pemanfaatan teknologi digital sebagai katalisator untuk menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan kontekstual, dan (4) kemitraan pembelajaran, yaitu membangun hubungan yang dinamis antara guru, peserta didik, orang tua, komunitas, dan mitra profesional.

Guru harus memahami dan melaksanakan 4 kerangka tersebut dengan baik agar deep learning dapat terwujud. Oleh karena itu, untuk membantu guru atau praktisi pendidikan lainnya memahaminya dengan mudah, saya mencoba mendeskrisikannya dalam bentuk analogi “Memepes Ikan”.

Masalah/Cerita Pemantik:

Diceritakan di sebuah rumah tangga, seorang ibu, sebut saja bu Yani senang memasak ikan. Walau demikian, dia memasak ikan dengan hanya menggunakan 1 cara atau pendekatan, yaitu digoreng. Pada awalnya, suami dan anak-anaknya senang dengan ikan goreng buatan bu Yani. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, ikan goreng buatannya sudah kurang diminati lagi oleh suami dan anak-anaknya. Mereka merasa bosan karena terus-menerus diberikan ikan goreng. Belum ada variasi cara masak ikan dari bu Yani. Dampaknya, nafsu makan suami dan anak-anaknya pun menurun. Sajian ikan goreng buatan bu Yani tidak lagi menarik bagi mereka.

1. Praktik Pedagogis (Mencari/memunculkan alternatif baru strategi/metode pembelajaran yang efektif):

Melihat hal tersebut, sang ibu pun merasa sedih sekaligus penasaran mengapa ikan goreng buatannya tidak lagi jadi menu pavorit keluarga. Dia pun bertanya kepada suami dan anak-anaknya. Memasak ikannya ingin dengan cara/ pendekatan yang bagaimana supaya mereka kembali semangat makan ikan? Kemudian sang suami menyampaikan bahwa dia dan anaknya-anaknya ingin makan ikan dengan cara/pendekatan baru, yaitu dipepes. Mendengar hal tersebut, bu Yani pun menyanggupinya. Dia akan memasak ikan dengan mengubah cara/pendekatan. Awalnya digoreng akan diubah dengan cara/ pendekatan baru, yaitu dipepes.

 

2. Lingkungan Pembelajaran (Apa dan bagaimana lingkungan pembelajaran yang mendukung?):

Untuk memasak pepes ikan yang baik, bu Yani memerlukan dapur yang aman dan nyaman. Dapur dilengkapi dengan alat-alat, bahan, dan bumbu yang perlukan untuk memepes ikan sehingga dia bisa memepes ikan dengan baik. Dia pun meminta suaminya memperbaiki kompor yang nyala apinya kurang rata agar nanti nyala apinya merata saat memanasi wajan yang digunakan memepes ikan.

 

3. Pemanfaatan Digital (Pemanfataan teknologi digital untuk peningkatan mutu pembelajaran):

Bu Yani menyadari bahwa dia baru pertama kali ini memepes ikan. Dia belum begitu menguasai cara memepes ikan yang baik, tapi dia tidak ingin mengecewakan suami dan anak-anaknya yang ingin makan pepes ikan. Oleh karena itu, dia memanfaatkan perangkat teknologi digital untuk menambah wawasan cara memepes ikan yang baik. Dia mencari informasi dari YouTube, Tik-Tok, atau IG terkait bahan dan bumbu, cara meracik, dan cara memepes ikan agar lezat, bumbunya meresap, dan empuk sehingga suami dan anak-anaknya menikmatinya hidangan pepes ikan buatannya.

 

4. Kemitraan Pembelajaran (kolaborasi):

Walau sudah mempelajari cara memepes ikan dari media sosial, tapi dia belum merasa percaya diri. Oleh karena itu, menghubungi temannya, sebut saja Bu Siti, seorang ahli masak pepes ikan. Bu Siti kebetulan punya rumah makan dan menu andalannya adalah pepes ikan. Sang ibu bertanya dan minta dibimbing serta dikirim video bu Siti dengan meracik bumbu pepes ikan. Bahkan bu Yani mengundang bu Siti untuk bersama memasak pepes ikan agar bisa melihat langsung cara meracik bahan, bumbu, dan memepes ikan. Dia tidak merasa malu karena dia sadar bahwa penting baginya menimbu ilmu dari ahli.

Hasil:

Dilandasi semangat untuk belajar cara memepes ikan yang baik, memanfaatkan media sosial, dan bantuan/bimbingan dari bu Siti (coaching/mentoring/kolaboratif), hasilnya, pepes ikan buatan bu Yani lezat, empuk, dan bumbunya meresap. Saat dihidangkan kepada suami dan anak-anaknya, mereka tampak lahap memakannya. Tidak ada daging ikan yang tersisa. Bagian yang tersisa hanya duri-durinya saja. Melihat hal tersebut, bu Yani pun merasa puas dan bersyukur pepes ikan buatannya disukai oleh suami dan anak-anaknya.

Refleksi:

Mengacu kepada cerita di atas, bu Yani telah mengimplementasikan deep learning. Dia mau belajar dan mempraktikkan cara masak ikan melalui cara/pendekatan yang baru, yang awalnya digoreng menjadi dipepes. Dalam konteks deep learning, ini adalah sebuah praktik pedagogis yang baru yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

 

Bu Yani, selain memiliki semangat belajar yang tinggi, dia juga menggunakan, memanfaatkan, dan mengoptimalkan dapur serta alat dan bahan untuk memepes ikan sehingga dia mampu memepes ikan dengan baik. Dalam konteks deep learning, ini adalah gambaran bagaimana lingkungan belajar bisa menjadi salah satu elemen pendukung proses pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

 

Bu Yani memanfaatkan teknologi digital (Youtube, Tik-Tok, atau IG) sebagai sarana mencari informasi cara memepes ikan dengan baik. Dalam konteks deep learning, selain guru sebagai salah satu sumber belajar, perangkat teknologi menjadi alternatif sumber belajar bagi murid sehingga mereka bisa memahami materi dengan baik, mengaplikasikan konsep atau teori yang dipelajarinya, dan merefleksikannya.

 

Bu Yani selain menggunakan teknologi digital untuk belajar memepes ikan, dia pun berkolaborasi dengan ahli, yaitu bu Siti agar bisa memepes ikan dengan baik. Dalam konteks deep learning, inilah yang disebut kemitraan pembelajaran. Guru jangan ragu untuk belajar dan berkolaborasi dengan sesama guru, praktisi pendidikan, atau ahli pada bidang tertentu dalam mendesain rencana pembelajaran, prakti proses pembelajaran, dan asesmen pembelajaran.

 

Demikian gambaran 4 kerangka pembelajaran deep learning melalui analogi “Memepes Ikan.” Semoga bermanfaat bagi pembaca.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *