7 July 2024 01:09
Opini dan Kolom Menulis

EKSISTENSI GURU, TARUHAN BAGI SEBUAH BANGSA

EKSISTENSI GURU, TARUHAN BAGI SEBUAH BANGSA

Oleh : Sarip Husein

Seorang pemikir sekaligus pakar pendidikan menyatakan, bahwa :”Pendidikan itu invest” dalam arti berbeda dengan proyek.pembangunan seperti Jalan tol , dibangun, digunakan tentu saja langsung menghasilkan uang !
Adapun pendidikan ? Proses yang dilakukan hari ini sampai 20 tahun ke depan, hasilnya untuk.kapan dan untuk siapa ?
Tentu saja perlu waktu dan diperlukan keikhlasan bagi Pemerintah sekarang, sebab modal pendidikan yang dikeluarkan tidak akan dirasakan hasilnya oleh Pemerintah sekarang yang sedang berkuasa ? Itulah sebuah fakta dan resiko, pendidikan itu”Invest!”
Namun mengapa Kaisar Jepang disaat negerinya dibom atom yang ditanyakan itu Guru, bukan sumber daya alam ?
Bukankah ini indikasi bahwa Guru itu berkaitan dengan pendidikan yang notabene akan menentukan nasib sebuah bangsa ke depan ?
Demikian juga negeri Vietnam dengan motonya ” No Teacher, no education” itupun mengandung makna pendidikan itu penting bagi eksistensi sebuah bangsa manapun ?
Finlandia sebagai negeri dengan penyelenggaraan pendidikannya nomor wahid di dunia. Jelas di sana tidak asal asalan meskipun dengan anggaran yang tidak sedikit dengan resiko sama, hasil pendidikan untuk masa depan agar lebih baik ?
Sang Pakar Pedisikan sekaligua sebagai.pemikir selanjutnya menyampaikan “Kurikulum itu bukan hal yang urgen untuk terus dirubah rubah / ganti mwnteri ganti kurikuulum ?
Yang harus lebih disiapkan dan diperhatikan adalah *Gurunya”. Sebab guru lah sebagai garda terdepan yakni bersentuhan langsung dengan siswa. Penulis ingat sebuah kalimat “Man behind the gun”
Kalau.kurikulum dianggap sebagai sebuah rel Kereta api,tentu saja akhirnya tergantung pada kualitas masinisnya.
Dengan demikian, jangan sepelekan guru .
Nah yang terjadi sekarang guru dianggap seirang pekerja/karyawan biasa yang keseharian berhadapan dengan benda, dalam arti sekalipun ketika.menghadapi pekerjaan kemudian dalam melakukan pekerjaannya tidak selesai, bisa saja dilanjutkan oleh pekerja/karyawan yang lain.
Lain halnya dengan pendidikan, suatu saat salahseorang guru berhalangan tidak sertamerta diganti oleh guru lain seenaknya , sebab yang dihadapi adalah manusia yang membutuhkan pengayoman, bahkan dekapan secara jiwa.
Itulah bedanya guru/pendidik dengan pekerja / pegawai / karyawan pada umumnya.
Nah, yang menggelitik batin penulis, mengapa pendidikan di Indonesia menggunakan kebijakan istilah “Guru Kontrak” Bukankah Guru / Pendidik setiap saat berinterakai dengan siswa sehingga harus fokus ? Sementara dengan status Guru kontrak (PPPK) ?
OK lah di awal awal,
Guru bisa fokus karena masih semangat, tapi nanti setelah 3 tahun menjelang 4 apalagi 5 tahun terakhir, akankah mereka bisa fokus seperti di awal (disatu sisi rasa was-was).apakah saya biaa terus berstatus PPPK ?
Apa dampaknya ? Inipun dampaknya baru akan dirasakan beberapa puluh tahun kedepan, bahwa kualitas pen didikan bukan menjadi lebih baik, malah bisa menjadi.lebih rendah ?
Ini gambaran kekhawatiran atas kebodohan penulis, semoga tidak benar.
Kembali kepada seorang pemikir sekaligus pakar pendidikan yang pernah menjabat Menteri Pesdidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.
Guru adalah lebih penting dati kurikulum.manapun, sehingga eksistensinya harua kebih diperhatikan, jangan disamakan dengan tanaman dikebun atau hutan yang bisa dilakukan tebang dan tanam begitu saja.
Walau bagaimana Guru / Pendidik harus profesional !!?


Bandung,10 Agustus 2023.

 

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *