2 July 2024 09:22
Opini dan Kolom Menulis

Dipiamis Buah Gintung

DIPIAMIS BUAH GINTUNG


 

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Peribahasa Sunda “Dipiamis Buah Gintung” dapat diartikan disangka baik tetapi buktinya jelek dan jahat. “Dipiamis ku buah gintung” memiliki arti secara harfiah adalah ‘dibuat manis oleh buah gintung’. Buah gintung adalah buah yang mempunyai cita rasa yang pahit. Hal ini ditujukan sebagai dehumanisasi untuk orang yang memiliki sifat jahat atau tidak baik.

Sebagai salah satu bentuk pengingat dalam melakoni kehidupan, peribahasa ini menjadi cukup penting untuk dicermati, terlebih-lebih ketika bangsa ini akan menyelenggarakan “hajatan demokrasi” secara serentak yang bakal digelar tahun depan. Kaitan antara peribahasa diatas dengan Pemilihan Umum 2024 nanti, betul-betul akan menentukan kualitas pemimpun bangsa ke depan.

Kehati-hatian dalam memilih para pemimpin bangsa, kini semakin banyak membutuhkan beragam pertimbangan. Dengan kemajuan teknologi digital, kita sudah semakin susah menentukan mana yang asli dan mana yang palsu, jika kita memandang foto diri para Calon Pemimpin yang terpampang dalam baligo raksasa.

Semua bisa direkayasa, sesuai dengan apa yang diinginkan. Jika dipandang kurang ada tahi lalat di pipi, maka dengan teknologi digital, hal seperti itu bukan masalah yang sulit untuk ditangani. Begitu pun kalau di dagunya ada bekas jerawat batu, maka dengan mudah dapat dihilangkan. Wajah yang kusam pun bisa dirubah menjadi kinclong.

Proses Pemilihan Umum yang menjadikan para Calon Pemimpin untuk mengenalkan jati diri mereka kepada masyarakat, kelihatannya menjadi hal menarik bagi masyarakat. Di mata mereka Pesta Demokrasi adalah monentum untuk “saweran” para Calon yang mengajukan diri jadi Pemimpin Bangsa. Masa kampanye merupakan suasana untuk meraih rejeki nomplok.

Namun begitu, perlu dicatat, tidak sedikit para Calon Pemimpin Bangsa, baik kalangan eksekutif atau legislatif yang gandrung memanfaatkan situasi hanya sekedar untuk mengejar kepentingan sesaat. Mereka terekam pidato berapi-api menyampaikan program andalannya. Mereka meminta raktat untuk memilihnya.

Lucunya, setelah terpilih biasanya mereka lupa atas apa-apa yang diutarakan pada saat kampanye berlangsung. Kini mereka asyik mengurus diri sendiri dan kelompoknya agar genggaman kekuasaan tidak lepas dari tangannya. Disinilah makna peribahasa Dipiamis Buah Gintung menjadi sangat penting dan perlu kita cermati dengan seksama.

Memilih para Wakil Rakyat periode 2024 – 2029, sangatlah dibutuhkan pertimbangan yang matang, sebelum kita menentukan pilihan terbaiknya. Kita jangan terpesona dengan tampangnya yang keren, jika gambar yang terpampang tersebut penuh dengan polesan-polesan teknologi. Kita jangan memilih orang yang royal bagi-bagi fulus tatkala dirinya berkampanye.

Sebab, kalau dirinya terpilih, yang pertama akan dilakukannya adalah berjuang keras untuk mengembalikan modal yang ditanamnya dalam proses hajatan demokrasi yang diikutinya. Inilah masalah serius yang kita hadapi, manakala bangsa ini diminta untuk memilih secara langsung para pemimpin bangsa. Banyak dari pemilih yang tidak tahu siapa calon yang pantas untuk dipilihnya.

Penampilan secara visual, boleh jadi akan berbeda dengan warna aslinya. Apa yang disampaikan dalam pidato politiknya, terhadang jauh berbeda dengan realitas politik yang kita rasakan. Hal semacam ini, mestinya sudah harus dapat dimaklumi. Betapa tidak ! Sebab, salah satu penyakit kronis bangsa, memang susah untuk membuat SATU antara tutur kata dan perbuatan.

Yang lebih mengenaskan, untuk merebut posisi sebagai pejabat publik terkadang ada diantara mereka yang meraihnya dengan menghalalkan segala cara. Mereka tidak lagi menjadikan nilai-nilai budaya adiluhung sebagai landasan berpijak dalam mengarungi kehidupan keseharian nya, namun mereka lebih mengedepankan gaya kehidupan yang pragmatis dan sofistikasi.

Ini yang penting diantisipasi. Satu sikap pemimpin yang kini tengah memudar adalah soal kejujuran. Saat ini, kejujuran menjadi sesuatu yang sangat langka. Orang-orang lebih gandrung menipu diri ketimbang berperilaku jujur. Padahal, kejujuran adalah modal utama seorang memimpin dalam melaksanakan manajemen kepemimpinannya.

Dengan gaya hidup kepura-puraan, tidak sedikit warga bangsa yang terkecoh oleh penampilan seseorang. Bayangkan, betapa rakyat tidak akan tertarik untuk memilihnya, karena masa kampanye berlangsung dirinya begitu rajin datang menemui konsituennya. Dengan gaya seperti orator ulung, dirinya bicara berapi-api dan berjanji akan menjadi penyambung aspirasi masyarakat dalam menggelindingkan roda Pemerinrahan ke depan.

Sayang, setelah dipilih rakyat, ternyata segudang kata dan kalimat yang dipidatokannya itu, hanyalah indah untuk diucapkan. Dalam kenyataannya, sangat tojai’ah dengan apa yang disampaikan. Dirinya, hanya asyik sendiri mengurus proyek pembangunan yang menguntungkan diri pribadi atau golongannya. Tidak peduli lagi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan rakyat. Saking serakahnya, tidak sedikit akhirnya diantara mereka berakhir di Hotel Pordeo.

Peribahasa Sunda Dipiamis Buah Gintung, pada dasarnya mengulingatkan kepada kita agar dalam memilih para pemimpin bangsa, kita jangan terpesona oleh “kulit luar” nya saja, tapi harus tahu dengan pasti, bagaimana pula dengan kedalanannya. Kita jangan terkesima lewat penampilan, karena siapa tahu, apa yang ditampilkannya itu hasil sebuah rekayasa. Kita tidak boleh tercengang dengan kekayaannya yang berlimpah, karena siapa tahu kekayaannya itu diperoleh dari pencucian uang yang tidak halal.

Sekali lagi, betapa pentingnya kehati-hatian dalam memilih para pemimpin bangsa ke depan. Kita ingin mereks yang terpilih lewat Pemilihan Umum 2024 mendatang adalah sosok anak bangsa yang jempolan. Mereka akan selalu mengutamakan kepentingan rakyat ketimbang diri sendiri atau keluarganya. Kita optimis dengan semakin membaiknya tingkat pendidikan politik rakyat, hasrat seperti ini tidak lagi identik dengan mengecat langit. (PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Munafik

MUHASABAH SHUBUHSelasa, 2 Juli 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUNAFIQ Saudaraku, ketahuilah bahwa sifat munafik adalah sifat yang merusak ahlak manusia,

Read More »

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 30 Juni 2024Awa Koswara, S.PdGuru SDN Cibeunying 2 Majalaya Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *