29 November 2024 19:34
Opini dan Kolom Menulis

DARI SWASEMBADA BERAS ON TREND MENUJU SWASEMBADA BERAS PERMANEN

DARI SWASEMBADA BERAS ON TREND MENUJU SWASEMBADA BERAS PERMANEN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Trend atau sering juga dimaknai sebagai kecenderungan adalah segala sesuatu yang saat ini sedang di bicarakan, diperhatikan, dikenakan atau dimanfaatkan oleh banyak masyarakat pada saat tertentu. Dalam hal ini, tanda-tanda suatu objek sedang menjadi trend adalah jika disaat tersebut menjadi pusat pembicaraan, pusat perhatian dan pusat gosip, sering sekali digunakan sebagai bahan perbincangan yang sangat hangat dan menggairahkan.

Sedangkan pengertian permanen seperti yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tetap (tidak untuk sementara waktu) atau berlangsung lama (tanpa perubahan yang berarti). Dalam kaitannya dengan pengalaman swasembada beras, kata on trend dan permanen, menjadi cukup penting untuk didalami, karena akan menentukan sampai sejauh mana kualitas swasembada beras yang kita raih.

Judul tulisan kali ini “Dari Swasembada Beras On Trend menjadi Swasembada Beras Permanen”, sejatinya ingin memberi arah bahwa yang harus kita capai adalah swasembada beras yang sifatnya permanen, bukan swasemvada beras on trend. Hal ini menjadi menarik kita lakukan, karena bicara soal swasembada beras di negeri ini, sama saja dengan membuka luka lama terkait dengan kinerja pembangunan pertanian di negeri ini.

Kendati Pemerintah yang pernah manggung di negara kita telah dua kali memperoleh penghargaan berkelas internasional atas prestasi swasembada beras, namun jujur harus diakui, swasembada beras yang kita capai sifatnya on trend. Artinya, kita akan swasembada jika produksi beras meningkat cukup signifikan. Sebaliknya, predikat swasembada beras akan pupus dengan sendirinya, manakala produksi melorot cukup signifikan.

Inilah sesungguhnya dengan yang terjadi saat Indonesia mampu memproklamirkan diri menjadi bangsa yzng mamou berswasembada beras 1984. Betapa tidak ! Sebab, beberapa tahun setelah proklamasi diatas, kembali Indonesia menerapkan kebijakan impor beras dengan angka yang cukup tinggi karena kegagalan produksi. Kran impor beras, terpaksa dibuka lagi, karena kita tidak mampu mencukupi kebutuhan dari hasil produksi petani dalam negeri.

Begitu pun dengan yang terjadi pada swasembada beras tahun 2022 lalu. Kalau tahun 1984, beberapa tahun kemudian kita melakukan impor beras lagi, maka tahun 2022, beberapa bulan berikutnya, lagi-lagi kita melakukan impor beras. Kondisi ini terus berlangsung hingga sekarang. Suasana seperti ini membawa kita kepada kesimpulan, swasembada beras yang kita capai selama ini layak disebut sebagai swasembada beras on trend.

Seharusnya, walau ada sergapan El Nino, mestinya negara kita tidak perlu menerapkan kebijakan impor beras lagi. Dengan pengalaman menggenjot produksi beras setinggi-tingginya hingga mampu swasembada, hal ini jelas merupakan proses pembelajaran yang cukup berharga bagi perjalanan bangsa ke depan. Catatan kritisnya, mengapa kita tidak mampu menjaga, memelihara dan melestarikannya ?

Kisah sukses menggapai swasembada beras, jelas bukan pekerjaan gampang. Untuk meraihnya diperlukan perjuangan yang cukup panjang. Tanpa kerja keras dan kerja cerdas, omong kosong kita akan msmpu mewujudkannya. Tidak mungkin pula hanya Pemerintah yang bergerak sendirian. Keberhasilan swasemvada beras merupaksn hasil kerja bareng diantara para pemangku kepentingan sektor perberasan.

Kelemahan kita dalam upaya melestarikan swasembada beras, salah satunya disebabkan oleh Tata Kelola Perberasan yang tidak optimal. Pemerintah sendiri, terekam begitu serius dalam meraihnya. Sayang, setelah swasembada beras terwujud, Pemerintah sendiri, seperti yang kurang sungguh-sungguh untuk melestarikan nya. Dalam kalimat lain, Pemerintah cuma mampu meraih, tapi tidak berkemampuan memeliharanya.

Mau on trend atau permanen, yang pasti kita telah mampu berswasembada beras. Hanya, bila disodorkan kepada situasi untuk memilih, maka pilihan swasembada beras permanen akan lebih keren ketimbang swasembada beras on trend. Swasembada beras permanen, hanya akan tercapai ketika produksi yang mampu kita tingkatkan, mampu pula kita jaga dan kita lestarikan sepanjang waktu.

Atas berbagai pengamatan yang dilakukan, titik kuak Tata Kelola Perberasan di negara kita, lebih diprioritaskan pada upaya meningkatkan produksi setinggi-tingginya, tanpa dibarengi konsep yang jelas bagaimana melestarikannya. Padahal, jika sedini mungkin, kita sudah mempersiapkan langkah untuk menjaga dan memelihara produksi yang dicapai, tidak perlu lagi kita menghadapi penurunan produksi beras itu sendiri.

Turunnya produksi beras dipenghujung tahun 2023, semakin mempertegas citra swasembada beras yang kita capai. Ya, apalagi bila bukan swasembada beras on trend. Padahal, setahun yang lalu International Rice Reasearch Institute (IRRI) telah memberi Piagam Penghargaan atas keberhasilan Pemerintah dalam memacu produksi dengan menggunakan teknologi budidaya padi yang dikembangkan oleh lembaga riset dunia dengan mengkhususkan diri terhadap komoditas padi.

Dari berbagai literatur yang ada, swasembada beras adalah usaha mencukupi kebutuhan sendiri. Sedangkan dalam arti luas, swasembada pangan adalah capaian peningkatan ketersediaan pangan dengan wilayah nasional. Sampai sekarang, yang baru berhasil kita raih adalah swasembada beras. Swasembada pangan sendiri, kelihatannya masih menjadi impian bersana.

Itu sebabnya, ketika Pemerintah bertekad menggenjot produksi beras secara besar-besar dalam tahun 2024, sepantasnya diarahkan kepada pencapaian swasembada beras permanen, bukan lagi swasembada beras on trend. Hal ini perlu disampaikan, meskipun Indonesia sudah dapat mencapai swasembada beras, namun tetap terus berupaya untuk mengoptimalkan produksi beras nasional.

Untuk merealisasikan semangat ysng demikian, berbagai upaya terus dilakukan, baik dari sisi peningkatan produksi dan produktivitas maupun peningkatan luas areal panen dan percepatan masa tanam. Semuanya ini, kini dijadikan super prioritas Pemerintah, guna menjawab kerisauan banyak pihak atas kondisi perberasan di tanah air.

 

(PENULIS, KETUA HARIANBDPD HKTI JAWA BARAT).

Wayang Kehidupan

Wayang kehidupan (Tatang)    Pentas sekejap menguras air mata Emosi jiwa melanda Menata masa mengingat rasa Rindu menggebu mengingat ibu

Read More »

Nasib “Petani Jerami”

NASIB “PETANI JERAMI” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Ketika masih menjabat Gubernur Jawa Barat, Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil, menawarkan

Read More »

Pelangi Pematang Sawah

Pelangi Pematang Sawah (Tatang Rancabali) Masa mudaku lekat keringat Memeluk peluh penuh keluh Pundak hendak memikul beban Gelandang menuju gelanggang

Read More »

Murah Hati

MUHASABAH DIRIKamis, 28 November 2024 BismillahirahmanirahimAsalamu’alaikum wrm wbrkt MUTIARA HATI Saudaraku,Hidup ini disebut  enteng enteng bangga Namun agar hidup ini

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *