4 July 2024 10:30
Opini dan Kolom Menulis

“CORENGCANG”

“CORENGCANG”

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Mesjid dekat rumah yang biasanya penuh sesak oleh orang-orang yang sholat Tarawih, kini tampak sudah “corengcang”. Pasalnya, sudah banyak warganya yang pulang kampung untuk merayakan Hari Raya Idhul Fitri di tempat kelahirannya. Budaya mudik Hari Lebaran masih terus berlangsung, seiring dengan perguliran jaman. Tulisan hari minggu ini akan mendalami apa sebetulnya makna “corengcang”.

Sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maksud dari kata corengcang adalah : jarang, orang hanya sedikit di tempat yang lapang, atau luas. Pengertian corengcang ini menggambarkan ketidak-lengkapan sebuah pertemuan yang direncanakan bakal dihadiri seluruh anggota perkumpulan, namun dalam kenyataannya tidak terjadi.

Banyak contoh yang dapat diungkap, mengapa suasana corengcang dapat terjadi. Sebut dalam sebuah acara Sosialisasi sebuah Peraturan Daerah. Beberapa anggota Pansus Peraturan Daerah, sengaja datang ke Daerah Pemilihannya untuk menyampaikan sebuah Peraturan Daerah. Sayang, dalam pelaksanaannya hanya sedikit orang yang hadir, sehingga ruangan pun terlihat corengcang.

Ceritanya akan menjadi lain, jika yang dijadikan agenda dalam pertemuan itu terkait dengan pembagian dana bantuan sosoal. Acara yang seharusnya dimulai jam 8 pagi, ternyata sejak pukul 6 pagi para penerima manfaat tersebut sudah berdatangan ke tempat pertemian, sehingga sebelum jam 8, ruangan tersebut telah penuh sesak.

Masalah corengcang tidaknya sebuah pertemuan, akan sangat ditentukan oleh agenda apa yang dibahas sekaligus juga dengan siapa yang bakal menghadirinya. Masyarakat rupanya cukup antusias dan akan datang berduyun-duyun menghadirinya, jika dalam pertemuan tersebut hadir seorang “publik figur” yang cukup beken di masyarakat.

Namun, kondisinya bakal berbeda, bila dalam pertemuan itu, agenda pembahasannya berhubungan dengan iuran tambahan untuk biaya di lingkup Rukun Warganya. Biasanya orang-orang pada malas datang, sehingga pertemuan pun tampak corengcang alias sedikit yang hadir. Pertanyaan kritisnya, mengapa sekarang ini, setiap mengumpulkan orang harus selalu dibarengi dengan pamrih ?
Situasinya tidak jauh berbeda, sekiranya kita ingin mengumpulkan anggota masyarakat yang tergabung dalam sebuah organisasi kemasyarakatan. Pertemuan akan ramai, seandainya beredar isu setelah pertemuan tersebut akan diberi ampow. Sedangkan kalau berkembang isu tidak akan dibagi ampow, dapat dipastikan pertenuan akan corengcang.

Kita sendiri tidak tahu dengan pasti, sejak kapan masyarakat di negeri ini, telah menjebakan diri terhadap budaya pamrih. Dulu, bila kita akan mengumpulkan kelompok tani di suatu daerah, maka hampir tidak pernah ada yang beranya apakah pulangnya diberi transpor ? Beda dengan sekarang. Yang pertama ditanya diberi transpor atau tidak, bukannya materi/bahan apa yang akan disampaikan dalam pertemuan nanti.

Hal yang sama, bisa saja terjadi dalam kaitannya dengan Bintek Proyek Pemerintah, yang meminta kelompok masyarakat untuk menjadi pesertanya. Sebut saja ada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan Bintek. Pesertanya sekitar 40 orang. Mereka pasti akan beramai-ramai datang ke pertemuan, karena dibenaknya tertanam kehadirannya bakal dihargai oleh sebuah ampow.

Corengcang, umumnya menggambarkan sebuah acara atau pertemuan yang mengundang banyak orang, tapi dalam kenyataannya, yang hadir tidak seperti yang diinginkan. Dalam acara pernikahan misalnya, yang diundang tercatat sekitar 500 orang, ternyata yang datang hanya 50 orang. Otomatis dalam gedung pernikahan terlihat corengcang.

Gambaran corengcang juga sering kita jumpai dalam acara rapat-rapat di DPR. Menjelang masa akhir jabatan, dapat dipastikan Rapat Paripurna DPR cenderung akan cotengcang. Mereka yang tidak terpilih lagi, umumnya jarang mau hadir dalam rapat-rapat kelengkapan Dewan. Kejadian seperti ini, bukan hal baru, namun telah berlangsung sejak lama. Menyedihkan memang !

Begitulah gambarannya. Corengcang dalam Rapat Paripurna DPR sepertinya sudah dianggap sebagai hal biasa. Yang luar biasa, sekiranya seluruh anggota Yang Terhormat ini duduk bareng di kursinya masing-masing. Jarang kita saksikan para Wakil Rakyat ini memenuhi ruang sidang paripurna, terkecuali pada saat agenda pelantikan dan pengambilan Sumpah Jabatan selaku anggota DPR/MPR.

Corengcang umumnya terjadi karena lemahnya perencanaan. Sebut saja dalam undangan perkawinan. Bila perencanaannya matang, Penitia tentu sudah mengantisipasi berapa para tamu yang bakal diundang. Undangan yang disebar akan disesuaikan dengan suasana ruangan yang ada. Perencanaan yang matang, memungkinkan tidak akan terjadi pemandangan corengcang.

Lalu, bagaimana langkah yang harus diambil untuk perbaikan ketika berlangsungnya sidang paripurna DPR sebagaimana yang diutarakan diatas ? Ini yang butuh pencermatan kita bersama. Boleh jadi solusinya kembali ke Fraksi masing-masing Partai Politik. Pimpinan Fraksi penting mencerahkan para anggotanya untuk dapat hadir dalam sidang paripurna, sekalipun dirinya gagal masuk kembali untuk berkantor di Senayan, Jakarta.

Tentu kita ingat di era Orde Baru. Berapa disiplin para Wakil Rakyat yang tergabung dalam Fraksi ABRI. Mereka akan datang tepat waktu, lengkap dengan pakaian seragamnya yang cukup keren dan elegan. Pengalanan Fraksi ABRI ini ada baiknya dijadikan proses pembelaharan oleh Fraksi-Frajsi yang kini ada di DPR. Mengapa mereka begitu disiplin dan menghindari terjadinya corencang dalam setiap rapat yang dijadwalkan ?

Pertanyaan ini penting untuk dijawab, karena dibalik jawabannya akan tersirat betapa pentingnya niat dalam menjalankan sesuatu kegiatan. Sehebat apa pun pertemuan yang digagas, namun jika dalam pelaksanaannya tidak ditopang oleh perencanaan yang matang, boleh jadi kehadiran tamu undangan bakal corengcang.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Jangan Sembunyikan Ilmumu

WASILLAH SHUBUHKamis, 4 Juli 2024. BismillahirahmanirahimAssallamu’alsikum wr wbrkt JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUMU. Saudaraku…Ketika saya menyampaikan postingan tentang agama, itu tidak berarti

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *