7 July 2024 00:32
Opini dan Kolom Menulis

Bersih Bersih di Kementan


BERSIH-BERSIH DI KEMENTAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Kementerian Pertanian (Kementan), kini tampak sedang “bersih-bersih”, setelah beberapa bulan lalu, Menteri, Sekjen dan satu Direktur, ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus korupsi, pemerasan, pencucian uang dan lain sebagainya. Kejadian ini cukup menghebohkan dan jadi perbincangan publik yang cukup hangat.

Turun gunungnya lagi Anran Sulaiman ke Kementan, tentu dilandasi oleh berbagai pertimbangan. Presiden Jokowi, pasti tidak akan gegabah menetapkan Menteri Pertanian baru untuk mengganti Menteri Pertanian sebelumnya yang terseret kasus korupsi. Presiden Jokowi, sangat hafal dengan sosok Amran Sulaiman, terutama yang terkait dengan integritas.

Di negeri ini sangat banyak orang pinter. Bertaburan pula para Guru Besar di bidang pertanian. Pertanyaannya, mengapa Presiden Jokowi lebih memilih Amran Sulaiman ketimbang para Guru Besar di bidang pertanian untuk menjadi Menteri Pertanian dalam Kabinet yang tinggal satu tahun ke depan ? Jawaban cerdasnya, boleh jadi hanya Presiden Jokowi yang tahu.

Namun begitu, bila kita diberi kesempatan dan peluang untuk menyampaikan pemikiran, bisa saja Presiden Jokowi menetapkan Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian, karena integritasnya dalam menjaga kehormatan dan tanggungjawab yang diembannya. Soal integritas, menjadi hal yang cukup penting bagi Kementerian sekarang ini.

Selama 5 tahun menjadi Menteri Pertanian dalam Pemerintahan Presiden Jokowi periode pertama, kita saksikan betapa gigihnya Amran Sulaiman melawan korupsi. Amran bukan tipe pemimpin yang menjebakkan diri pada penyakit penyalahgunaan kekuasaan. Sekali lagi pernyataan Lord Acton (1833-1902) layak dikutip, bahwa, “Power tends to corrupt. Absolute power corrupts absolutely” (“Kekuasaan itu cenderung korup. Kekuasaan absolut, korup seratus persen”).

Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang yang terjadi di Kementan, bukan hanya sekedar digarap oleh perorangan, namun ada indikasi banyak pejabat Eselon 1 dan 2 yang ikut juga terlibat di dalamnya. Kita belum tahu dengan pasti ada berapa banyak pejabat Eselon 1 dan 2 yang terseret dalam pemerasan untuk menduduki jabatan barunya itu.

Itu sebabnya, langkah bersih-bersih di Kementan melalu lelang jabatan/open bidding Eselon 1 dan 2 yang bermasalah, bisa dinilai sebagai bentuk nyata kebijakan Menteri Pertanian untuk membangun integritas baru di kalangan pejabat Kementan itu sendiri. Langkah ini pun dapat dianggap sebagai pemberian “darah baru” bagi pejabat Kementan yang belum lama ini telah ternoda.

Membangun integritas, memang tidak cukup hanya dengan membaca ulang Pakta Integritas. Sejak dilantik jadi Pkt. Menteri Pertanian, Arif Prasetyo Adi langsung meminta pejabat Eselon 1 dan 2 Kementan membaca ulang Pajta Integritas. Kita sendiri, tidak tahu dengan pasti, apakah yang diikraljannya itu akan diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya ?

Tidak cukup akan hal yang demikian, Menteri Pertanian Amran Sulaiman langsung menerapkan kebijakan bersih-bersih lewat lelang jabatan Eselon 1 dan 2 bermasalah, untuk mencari dan menghasilkan sosok pejabat Kementan yang profesional dan berkualitas. Kementan butuh pejabat yang cakap dan mampu menjaga integritas. Kementan tidak butuh orang pinter, namun tidak berintegritas.

Lelang jabatan yang dirancang secara transparan ini, diharapkan akan tuntas di akhir Januari 2024. Sejak itu, Kementan akan memiliki pejabat Eselon 1 dan 2 baru dengan wajah baru, semangat baru dan harapan baru, walau pun bisa saja ada pejabat lama yang terpilih lagi. Yang jelas, produk lelang jabatan nanti, harus lebih baik dari yang sekarang.

Apa yang ditempuh Menteri Pertanian dengan melakukan bersih-bersih pejabat bermasalah di Kementan, tentu saja menjadi prasyarat utama Kementan dalam mewujudkan target yang telah ditetapkan. Mengejar target produksi beras 35 juta ton, bukanlah hal yang cukup mudah untuk dibuktikan. Terlalu banyak tantangan dan hambatab yang harus diselesaikan.

Soal genjot-menggenjot produksi beras sendiri, sebetulnya bukan hal baru bagi seorang Andi Amran Sulaiman. Dalam 5 tahun kepemimpinannya selaku Menteri Pertanian 2014-2019, sudah banyak catatan keberhasilan dan kisah sukses peningkatan produksi padi, jagung dan kedele. Atas hal yang demikian, maka pada tahun 2019-2021, kita mampu menutup rapat-rapat kran impor beras.

Pejabat Eselon 1 dan 2 yang baru, betul-betul memiliki kurun waktu terbatas dalam menerapkan program dan kegiatannya. Waktu mereka tidak lebih dari 10 bulan untuk terlibat aktif membantu Menteri Pertanian mewujudkan target yang telah ditetapkan. Mereka perlu all out bekerja untuk memberi karya terbaik bagi bangsa dan negeri tercinta.

Sesungguhnya, bukan cuma soal integritas yang dibutuhkan dari seorang pejabat eselon 1 dan 2 Kementan, namun yang namanya kemampuan melahirkan terobosan cerdas pun mutlak diperlukan. Saat ini, Kementan perlu pejabat yang mampu membangun sinergi dan kolaborasi guna membangun simpul koordinasi yang lebih terukur dan terpola dengan baik.

Sebagai catatan, ingin diutarakan, bersih-bersih di Kementan merupakan bukti kesungguhan Pemerintah untuk membangun kembali kredibilitas Kementan yang ternoda karena ulah dan tingkah polah oknum-oknum tertentu. Semoga setelah bersih-bersih akan menemukan sosok pejabat Kementan yang mampu menjaga dan memelihara amanah yang diberikan.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *