4 October 2024 17:40
Opini dan Kolom Menulis

BERSAMA PERUM BULOG MEMBANGUN BANGSA

BERSAMA PERUM BULOG MEMBANGUN BANGSA

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Catat dengan baik kalimat ini : “Bersama Perum Bulog Membangun Bangsa” ! Judul tulisan ini boleh saja dibilang agitatif dan agresif. Banyak makna pula yang tersimpan di dalamnya. Perum Bulog, kini merupakan operator pangan melaksanakan penugasan dari Pemerintah seperti yang diatur Peraturan Presiden No.66/2021. Sebagai operator, Perum Bulog perlu lincah dan “motekar” (cerdik dan cerdas) dalam menerapkan kebijakan, program dan kegiatan Pemerintah atau dari yang memberi tugas.
Sebagai operator pangan, Perum Bulog tidak mungkin bekerja sendirian. Tidak jamannya lagi menggunakan motto : dari Bulog, oleh Bulog dan untuk Bulog. Operator pangan, mesti menjalin kemitraan yang berkualitas, baik kemitraan kualitatif, kemitraan kuantitatif atau pun kemitraan integratif.
Kemitraan merupakan syarat mutlak terwujudnya kinerja Perum Bulog ke arah yang lebih baik.

Diangkatnya Wahyu Suparyono menjadi Direktur Utama Perum Bulog menggantikan Bayu Krisnamurthi, diharapkan dapat membawa angin segar bagi perjalanan dan perkembangan Perum Bulog ke depan. Banyak pihak menunggu kiprah Perum Bulog yang mampu menyeimbangkan peran bisnis dan peran “social responsibility”nya.

Hal ini penting dicermati dengan seksama, katena potret Perum Bulog sekarang ini terekam lebih mengutamakan peran sosialnya ketimbang peran bisnisnya. Padahal sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Perusahaan Plat Merah pun perlu memberikan keuntungan optimal. Salah besar, jika Perum Bulog tidak mampu tampil hebat dalam bisnis pangan.

Boleh jadi, tingginya intensitas penugasan sosial, bahkan terkesan politis kepada Perum Bulog, membuat Keluarga Besar cukup kesulitan mengatur waktu membangun peran bisnisnya. Sebut saja penugasan untuk mengadakan dan menyalurkan program bantuan langsung beras sebesar 10 kg/bulan kepada 22 juta rumah tangga penerima manfaat.

Dalam pelaksanaannya, terbukti tidak gampang. Mulai pengadaan beras yang cukup sulit untuk dipenuhi, mengingat terjadinya “darurat beras” secara nasional, ternyata di sisi lain, Perum Bulog pun diberi penugasan untuk melaksanakan impor beras. Dalam situasi saat ini, mendatangkan beras dari luar negeri, terasa lebih sukit dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Itu sebabnya, Perum Bulog perlu sungguh-sungguh dalam melaksanakan penugasan yang diberikan. Artinya, proses impor yang digarap tidak perlu terjadi “demurrage”, jika Perum Bulog betul-betul menjaga dengan amanah dan profesional atas penugasan yang diberikan. Namun jika hanya sekedar menggugurkan kewajiban, boleh jadi ada hal-hal yang tidak diinginkan.

Dirut Perum Bulog yang baru. Wahyu Suparyono, bukanlah “muka baru” bagi Keluarga Besar Perum Bulog dan komunitas perdagangan di negeri ini. Beliau tercatat sebagai “orang lama” Perum Bulog yang cukup piawai dan memahami betul perjalanan Perum Bulog di Tanah Merdeka ini. Beliau juga sudah malang melintang di dunia BUMN. Terakhir dirinya dipercaya sebagai Dirut Asabri sebelum diangkat jadi Dirut Perum Bulog.

Dengan berbekal rekam jejak seperti ini, kita optimis kepercayaan, kehormatan dan tanggungjawab yang diberikan kepada Beliau akan dapat diemban dengan baik. Artinya, selain melanjutkan karya gemilang yang telah diraih Dirut Perum Bulog sebelumnya, banyak kalangan yang berpesan agar Dirut Perum Bulog baru ini pun dapat melahirkan terobosan cerdas dan bernas untuk menakhkodai Perum Bulog menjadi semakin profesional dan perkasa.

Keperkasaan Perum Bulog, baik dalam menjalankan penugasan “social responsibility” atau pun peran bisnis, diminta untuk dapat dipertontonkan kepada publik yang ingin menyaksikan Perum Bulog tampil beda. Wahyu Suparyono memiliki kapasitas dan kompetensi untuk menjawab dan membuktikannya. Perum Bulog masa kini dan masa depan, harus “tampil beda” dengan posisi masa lalunya.

Sejarah mencatat, BULOG pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/U/KEP/5/1967 tanggal 10 Mei 1967 dengan nama Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) BULOG. Tujuan pokok yang ingin dicapainya adalah untuk mengamankan penyediaan pangan dan stabilisasi harga dalam rangka menegakkan eksistensi Pemerintahan Orde Baru.

Bulog dilahirkan di era Orde Baru. Perum Bulog lahir di era Reformasi. Sejak kelahirannya Bulog selalu memposisikan diri sebagai “sahabat sejati” petani. Jadi, kesalahan yang cukup fatal, jika ada petinggi Perum Bulog, baik di Pusat atau Daerah, dalam lubuk hati terdalamnnya, memiliki niatan dan kehendak untuk menjadi musuh petani.

Sebagai Perusahaan Plat Merah, Perum Bulog sudah saatnya mampu menampilkan diri sebagai pelaku usaha yang disegani dan dihormati oleh pelaku usaha lainnya. Perum Bulog bukan lagi dipersepsikan sebagai perusahaan anak bawang. Itu sebabnya, Perum Bulog perlu tampil kreatif dan inovatif di bidang bisnis yang ditekuninya.

Bangsa ini sangat mendambakan Perum Bulog dapat hadir dan tampil sebagai Raksasa Bisnis Pangan yang mendunia. Bangsa ini pasti akan kecewa berat, jika Perum Bulog cuma menjadi jago kandang, sambil berbisnis mengandalkan fasilitas. Dengan kekuatan dan kelebihannya selaku BUMN, bangsa ini berharap agar Perum Bulog mampu membaca isyarat perkembangan bisnis pangan yang bakal tumbuh dan berkembang ke depannya.

Bersama Perum Bulog Membangun Bangsa, memang bukan hanya sebuah jargon. Bukan juga sebuah “bahasa politik”. Bangsa ini butuh adanya operator pangan yang benar-benar perkasa dan keberadaannya sangat mumpuni. Kita ingin Dirut Perum Bulog yang baru, dapat meneruskan sekaligus memulai kebijakan pangan yang berkualitas dan berpihak kepada peningkatan kesejahteraan petaninys. Selamat bergerak Kang Wahyu Suparyono.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *