4 July 2024 10:35
Opini dan Kolom Menulis

BERAS BANSOS LAYAK KONSUMSI

BERAS BANSOS LAYAK KONSUMSI

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Acungan jempol layak diberikan kepada Perum Bulog. Sebagai operator program bantuan sosial (bansos) beras, Perum Bulog mendapat apresiasi dari masyarakat. Para penerima manfaat merasa senang, karena beras bansos yang diterimanya layak untuk dimakan. Hal ini jauh berbeda dengan kualitas beras sebelum-sebelumnya, yang terkadang kurang layak untuk dikonsumsi.

Tercatat ada sekitar 22 juta rumah tangga penerima manfaat program bansos beras. Atau ada sekitar 88 juta anak bangsa yang siap menerima kedatangan beras 10 kg per bulan. Bagi penerima manfaat, bansos beras kali ini, benar-benar menjadi dewa penolong kehidupannya. Ditengah sulitnya ekonomi, ternyata harga beras di pasar pun terbilang mahal. Bahkan, kenaikannya terkesan ugal-ugalan.

Terlepas pro kontra soal bansos beras dikucurkan kepada para penerima manfaat, namun berdasarkan pengamatan di lapangan, masyarakat betul-betul sangat menikmati kebijakan yang digelindingkan Pemerintah ini. Tidak sedikit penerima manfaat yang menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah, karena telah memberi bukti nyata apa yang diinginkan dan dibutuhkan rakyat.

Di lapangan masyarakat tidak butuh wacana. Apalagi jika ada pihak yang doyan berandai-andai. Rakyat perlu yang konkrit-konkrit. Untuk menyambung nyawa kehidupan, rakyat butuh beras. Ya, berikan beras. Rakyat tidak butuh perdebatan soal “food estate” yang bertele-tela. Mau ada food estate atau tidak, yang dipentingkan rakyat, berasnya ada.

88 juta anak bangsa yang menerima program bansos beras, bukanlah jumlah yang sangat kecil. Artinya hampir sepertiga dari jumlah penduduk terekam masih butuh beras untuk kehidupan sehari-harinya. Beberapa penganat sering berujar, mereka inilah yang hampir 79 tahun Indonesia Merdeka, belum merasakan bagaimana nikmatnya sebuah kemerdekaan.

Walaupun hanya 10 kg beras per bulan, bagi penerima manfaat program bansos beras adalah jalan terbaik yang ditempuh Pemerintah untuk membantu warga bangsanya agar terbebas dari rasa lapar. Terlebih ketika daya beli masyarakat melorot dan harga beras di pasar tercatat cukup mahal. Program bansos beras merupakan jawaban nyata untuk memenuhi aspirasi rakyat.

Segenap penentu kebijakan pembangunan pangan di negeri ini, pasti memahami dengan baik, urusan pangan merupakan mati dan hidupnya suatu bangsa. Di negara kita sendiri, Pemerintahannya dimintakan untuk tidak bermain-main dengan urusan pangan. Itu sebabnya, Pemerintah perlu memiliki keyakinan akan pentingnya pangan sebagai sumber kehidupan dan penghidupan sebagian besar rakyat.

Para penerima manfaat program bansos beras berhak untuk memberi pandangan terkait dengan beras yang diterimanya. Kejujuran mereka dalam mengapresiasi kulitas beras yang diterimanya, menjadi pembelajaran bagi Perum Bulog agar tetap menjaga dan mempertahankan kinerja terbaiknya. Rakyat butuh beras bermutu dan tugas Perum Bulog untuk menyediakannya.

Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional, Perum Bulog diposisikan sebagai operator pangan. Perum Bulog melaksanakan apa yang ditugaskan oleh regulator pangan. Namun begitu, perlu disadari, Perum Bulog juga tercatat sebagai BUMN. Resikonya, Perum Bulog dituntut pula untuk membukukan keuntungan sebagai perusahaan plat merah.

Catatan kritisnya adalah apakah dengan penugasan yang cukup berat bagi Perum Bulog untuk melakukan tanggungjawab sosialnya, maka fungsi bisnisnya akan berjalan dengan baik ? Ini sebetulnya yang butuh kejujuran dari manajemen Perum Bulog untuk memberi penjelasan kepada publik untuk memahami secara terang benderang antara fungsi sosial dan fungsi bisnisnya.

Memberi beras bansos yang layak konsumsi, merupakan prestasi yang membanggakan bagi Perum Bulog. Selain hal ini dapat memupus citra “BERAS BULOG” yang kurang bagus di masa lalu, hal ini pun dapat membangun kepercayaan baru bagi masyarakat atas kesungguhan Pemerintah dalam memberi pelayanan terbaik bagi warga bangsa.

Sejak berpuluh-puluh tahun lalu, beras Bulog dipersepsikan masyarakat sebagai beras yang kurang layak konsumsi. Selain yang diterima penerima manfaat merupakan beras yang sudah lama disimpan, ternyata proses pengadaan beras nya pun lebih diwarnai oleh kepentingan tertentu. Terkadang Perum Bulog terpaksa menyerap gabah yang kadar airnya cukup tinggi diatas 25 %.

Konsekwensinya, jika gabah dengan kualitas yang demikian kemudian digiling menjadi beras, maka jika tidak melalui perawatan yang baik, maka wajar beras yang diberikan kepada penerima manfaat akan berwarna kekuning-kuningan, bau apek dan kurang enak untuk dikonsumsi. Citra ini masih melekat dalam benak masyarakat.

Namun begitu, dengan adanya penilaian baru dari penerima manfaat terhadap program bansos beras saat ini, jelas hal ini merupakan angin segar bagi keberadaan Perum Bulog di tengah masyarakat. Kesan Perum Bulog doyan memberi penerima manfaat dengan beras berkualitas buruk, tentu akan hilang dengan sendirinya. Bahkan ke depan, masyarakat akan menilai beras Bulog memang OK.

Akhirnya penting disampaikan, Perum Bulog merupakan harapan rakyat yang akan memberi pelayanan terbaik bagi segenap komponen bangsa. Harapan itu, kini mulai tampak dengan adanya pengakuan dari penerima manfaat program bansos beras. Beras Bansos Layak Konsumsi merupakan slogan baru yang perlu dikampanyekan sekaligus dijaga dan dipertahankan kondisinya oleh Perum Bulig.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Jangan Sembunyikan Ilmumu

WASILLAH SHUBUHKamis, 4 Juli 2024. BismillahirahmanirahimAssallamu’alsikum wr wbrkt JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUMU. Saudaraku…Ketika saya menyampaikan postingan tentang agama, itu tidak berarti

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *