2 July 2024 09:06
Opini dan Kolom Menulis

BELENGGU PUPUK BUATAN

BELENGGU PUPUK BUATAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Belenggu adalah pengekangan, baik fisik maupun psikologis, yang membatasi pergerakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belenggu adalah alat untuk mengikat kaki atau tangan atau disebut juga borgol. Belenggu dapat berarti sesuatu yang menahan atau mengekang kebebasan, seperti belenggu atau rantai, borgol; pasung; juga penahanan (apabila dalam bentuk jamak); kekuatan atau pengaruh yang mengikat; sesuatu yang mempersatukan.

Dalam kaitannya dengan pupuk buatan atau ada juga yang menyebit pupuk kimia, sebetulnya bangsa ini telah memperoleh keberuntungan berkelas dunia dengan diterapkannya program pupuk buatan dalam pembangunan pertanian yang dilakoninya. Sejak revolusi hijau digelindingkan sekitar tahun 1970an, Pemerintah telah menjadikan pupuk buatan sebagai salah satu faktor utama dan penentu peningkatan produksi dan produktivitas padi.

Penggunaan pupuk buatab, betul-betul mampu memberi berkah bagi kehidupan petani dan bangsa secara keseluruhan. Bagaimana tidak membawa berkah, dengan meningkatnya produksi padi, dengan harga jual yang dijamin Pemerintah, pasti penghasilan petani meningkat cukup signifikan. Wajar bila petani pun menjadi senang dan gembira.

Bagi bangsa kita pun demikian. Kisah sukses meningkatnya produksi padi membuat Indonesia mampu berswasembada beras. Keberhasilan meraih swasembada beras, tentu saja membuat bangsa-bangsa lain, banyak yang menggeleng-gelengkan kepala. Kok bisa, bangsa yang dikenali sebagai importir beras yang cukup besar di dunia, dalam waktu singkat, mampu berswasembada beras.

Sayangnya, sekalipun di satu sisi kita mendapat berkah dari kehadiran pupuk kimia, tapi di sisi lain, kita dihadapkan pula pada tragedi kehidupan yang menyedihkan. Penggunaan pupuk kimia yang berlebih, ternyata menimbulkan kesuburan lahan sawah jadi berkurang. Top soil dan unsur hara lahan jadi hilang. Sawah pun menjadi sakit. Bahkan saat kemarau panjang tiba, sawah-sawah tampak mengering.

Semua ini terjadi, karena keteledoran di masa lalu, yang hanya berpikir untuk jangka pendek demi mengejar keuntungan sesaat. Saat itu, Pemerintah hanya berpikir bagaimana menggenjot produksi agar swasembada beras dapat terwujud. Pemerintah lupa, bila terus-menerus menggunakan pupuk kimia, lama-kelamaan sawah akan sakit. Inilah yang terjadi sekarang.

Boleh jadi masalah sakitnya lahan sawah tidak akan separah saat ini, bila sedini mungkin, kita sudah berupaya menggabungkan penggunaan pupuk buatan dengan pupuk organik. Coba kalau kita mau menekan ambisi untuk tidak terlalu berupaya habis-habisan menggenjot produksi setinggi-tingginya, bisa saja lahan sawah akan tetap sehat.

Tapi, apa boleh buat. Nasi sudah jadi bubur. Sawah sudah banyak yang sekarat. Pemerintah masih saja menggenjot produksi habis-habisan. Malah jumlah pupuk bersubsidi ditambah dua kali lipat oleh Pemerintah, dari 4,7 juta ton jadi 9,5 juta ton. Sebagian besar dari pupuk tersebut adalah pupuk buatan. Sedikit sekali jumlah pupuk organiknya.

Pertanyaannya adalah apakah kita akan terus membombardir sawah dengan pupuk buatan demi terwujudnya peningkatan produksi beras setinggi-tingginya ? Atau kita akan mulai menahan diri dengan mengurangi penggunaan pupuk buatan ? Inilah sesungguhnya problem pembangunan perberasan yang butuh solusi cerdas. Beras, kini benar-benar jadi dilema kehidupan bangsa dan negara.

Suasana perberasan di negeri ini, terekam sedang tidak baik-baik saja. Kisruh perberasan, bukan hanya menciptakan darurat beras, namun juga membuat kegalauan serius bagi para penentu kebijakan. Turunnya produksi dengan angka cukup signifikan, tentu melahirkan semakin berkurangnya ketersediaan beras nasional. Otomatis, jumlah surplus beras mengalami penurunan.

Turunnya produksi, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut terlampau lama. Produksi beras kembali harus ditingkatkan. Langkah Pemerintah menggenjot produksi telah menempuh track yang benar, sekalipun untuk jangka pendek, kita harus membuka kran impor besar-besaran. Persoalan mulai muncul, karena untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dibutuhkan penggunaan pupuk kimia yang cukup besar.

Hal ini mutlak ditempuh, karena bila kita menggynakan pupuk organik atau mengkombinasikan penggunaan pupuk buatan dengan pupuk organik, bisa jadi produksi akan menurun, jauh dari target yang ditetapkan. Disinilah dilemanya ? Tidak bijak kalau kita bersikukuh untuk menggenjot produksi tapi harus mengorbankan sawah yang ada. Lalu, kurang pas juga jika kita menyehatkan sawah tapi produksi tidak meningkat.

Bagi bangsa yang sebagian besar masyarakatnya menjadikan beras sebagai bahan pangan pokoknya, beras harus selalu ada dan tersedia sepanjang waktu. Turunnya produksi beras dikhawatirkan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan yang kian meningkat. Itu sebabnya, bagi bangsa kita, upaya menggenjot produksi beras merupakan harga mati yang tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Jujur kita akui. Penggunaan pupuk buatan masih sulit digantikan pupuk organik, jika dan hanya jika, kita ingin menggenjot produksi setinggi-tingginya. Hal ini jelas merupakan tantangan menarik yang harus dijawab. Masalahnya, kebijakan, program dan kegiatan apa yang harus dilakukan agar penggunaan pupuk buatan tidak membuat sawah menjadi sakit.

Akhirnya penting untuk disampaikan, kalau penggunaan pupuk buatan tidak bisa tergantikan oleh pupuk organik, tentu perlu disiapkan formula baru dari pupuk yang dapat menggenjot produksi setinggi-tingginya menuju swasembada, namun juga tidak membuat lahan sawah untuk jangka panjang menjadi sakit. Semoga jadi pencermatan kita bersama.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Munafik

MUHASABAH SHUBUHSelasa, 2 Juli 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUNAFIQ Saudaraku, ketahuilah bahwa sifat munafik adalah sifat yang merusak ahlak manusia,

Read More »

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 30 Juni 2024Awa Koswara, S.PdGuru SDN Cibeunying 2 Majalaya Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *