“BEJA MAH BEJA”
“BEJA MAH BEJA”
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
“Béja mah béja”. Kalimat ini sudah sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat. Artinya adalah “janganlah mempercayai informasi yang belum jelas kebenarannya atau asal-usulnya”. Dalam suasana kekinian, masyarakat menyebutnya sebagai sebuah “hoax”.
Hoax adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan informasi palsu atau bohongan yang disebarluaskan dengan tujuan untuk menipu, membingungkan, atau mengelabui orang lain. Hoax dapat berbentuk berbagai macam. Setidaknya terekam ada empat jenis hoax yang dapat diamati.
Pertama, berkenaan dengan berita palsu yakni informasi yang disebarluaskan melalui media sosial, situs web, atau koran yang tidak benar atau dibuat-buat. Kedua adalah rumor, yaitu informasi yang tidak jelas atau tidak dapat dipercaya yang disebarluaskan melalui mulut ke mulut atau media sosial.
Ketiga sebagai bentuk penipuan. Informasi yang disebarluaskan dengan tujuan untuk menipu atau mengelabui orang lain, seperti penipuan finansial atau penipuan identitas. Dan keempat, parodi. Informasi yang disebarluaskan dengan tujuan untuk menghibur atau memparodikan situasi, tetapi dapat dianggap sebagai hoax jika tidak jelas bahwa itu adalah parodi.
Selain itu, hoax dapat memiliki dampak yang negatif, antara lain dapat membuat orang lain percaya pada informasi yang tidak benar. Kemudian,
dapat menghancurkan reputasi seseorang atau organisasi. Dan dapat mengakibatkan kerugian finansial atau emosional bagi orang lain. Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya atau mempercayainya.
Hoax, atau berita palsu, dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada masyarakat. Berikut beberapa alasan mengapa hoax dapat terjadi karena kurangnya kesadaran. Banyak orang tidak menyadari bahwa berita yang mereka bagikan adalah palsu.
Lalu, kurangnya pengetahuan tentang topik tertentu dapat membuat orang lebih mudah percaya pada berita palsu. Dan kurangnya kritisisme dalam mengevaluasi informasi dapat membuat orang lebih mudah percaya pada berita palsu.
Dari sudut pandang psikologis, hoax terjadi karena kebutuhan akan sensasi. Beberapa orang memiliki kebutuhan akan sensasi dan eksitasi, sehingga mereka lebih mudah percaya pada berita palsu yang sensasional. Kemudian, ada kebutuhan akan konfirmasi.
Beberapa orang memiliki kebutuhan akan konfirmasi dan pengakuan, sehingga mereka lebih mudah percaya pada berita palsu yang mendukung pandangan mereka. Dan ada kebutuhan akan kontrol. Beberapa orang memiliki kebutuhan akan kontrol dan kekuasaan, sehingga mereka lebih mudah percaya pada berita palsu yang memberikan mereka perasaan kontrol.
Dari sisi sosial, hoax terjadi karena ada tekanan sosial dari kelompok atau komunitas dapat membuat orang lebih mudah percaya pada berita palsu. Selain itu, bisa jadi karena kurangnya komunikasi yang efektif, dapat membuat orang lebih mudah percaya pada berita palsu. Kemudian, kurangnya kepercayaan pada institusi atau sumber informasi dapat membuat orang lebih mudah percaya pada berita palsu.
Selain itu ada juga karena alasan teknologi seperti kemudahan akses informasi melalui internet dan media sosial dapat membuat orang lebih mudah percaya pada berita palsu. Lalu,
kurangnya filter dan pengawasan pada media sosial dapat membuat berita palsu lebih mudah menyebar. Atau
kemudahan pembuatan konten palsu dapat membuat orang lebih mudah membuat dan menyebarkan berita palsu.
Dengan demikian, hoax dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk kurangnya kesadaran, pengetahuan, dan kritisisme, serta tekanan sosial, kurangnya komunikasi, dan kemudahan akses informasi.
“Beja mah Beja”, sebetulnya merupakan pengingat kita dalam melakoni kiprah kehidupan sehari-hari. Sikap dan tindakan dalam kehidupan, jangan sampai dilandasi oleh semangat kebohongan. Terlebih dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Seorang pejabat publik misalnya, jangan sampai mengobral janji-janji yang sifatnya “mengecat langit” kepada rakyat. Bicaralah apa adanya dan penuh kejujuran. Sebab, seiring dengan semakin membaiknya pendidikan politik rakyat, kita optimis kesadaran politik masyarakat juga akan semakin membaik.
Semoga jadi percik permenungan bersama. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).