5 October 2024 20:17
Opini dan Kolom Menulis

“BALAKECRAKAN”

“BALAKECRAKAN”

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Arti kata balakécrakan dalam Kamus Bahasa Sunda – Indonesia adalah “makan-makan”. Balakecrakan sudah menjadi kata yang cukup familiar di kalangan warga Jawa Barat. Balakecrakan biasanya dilakukan, manakala ada peristiwa yang menyenangkan bagi seseorang atau sebuah keluarga. Sebut saja, ketika ada seorang anak yang mendapat prestasi tertentu, maka diundanglah tetangga nya untuk balakecrakan di suatu tempat.

Suasana balakecrakan sendiri, kini sudah mengemuka menjad bagian kehidupan masyarakat, dan tidak lagi hanya terjadi di masyarakat Jawa Barat. Balakecrakan atau makan-makan tersebut, sekarang telah dijadikan kegiatan seseorang yang mendapat berkah kehidupan. Sebut saja, seseorang yang terpilih jadi Wakil Rakyat, maka sudah jadi hal yang biasa, jika timbl suksesnya melakukan balakecrakan disebuah rumah makan.

Teladan lain dapat disampaikan, ketika ada salah seorang anggota keluarganya yang berulang tahun, maka keluarga tersebut akan menggelar hari kelahirannya itu disebuah cafe terkenal di kotanya. Yang diundang, bukan hanya kalangan keluarga, namun sahabat dekatnya pun diminta hadir untuk meramaikan acara tersebut. Acara balakecrakan dianggap sebagai jawaban atas rasa terima kasih seseorang atas ucapan selamat terhadap dirinya.

Dalam acara reuni pun balakecrakan dijadikan bentuk pengikat rasa kebersamaan diantara para peserta yang hadir dalam pertemuan tersebut. Melalui makan bersama, tidak ada lagi sekat yang membatasi seseorang dengan teman-teman seangkatannya. Dalam acara makan-makan tersebut, seorang pejabat negara tidak berbeda dengan seorang guru SD. Sesama alumni, mereka dapat merasakan betapa indahnya kebersamaan.

Balakecrakan, betul-betul mampu menjadi perekat tali silaturahmi diantara sesama anak bangsa yang puluhan tahun silam pernah merasakan kebersamaan. Balakecrakan dapat juga dijadikan momentum untuk berbagi kebahagiaan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan balakecrakan pun dapat membangunkan nostalgia yang pernah dialami seseorang. Terlebih bagi seseorang yang merasakan cinta pertamanya.

Suasana balakecrakan juga sering dilakukan oleh para petinggi negeri. Belum lama ini kita dengan Presiden mengundang para Menterinya untuk melaksanakan acara buka bersama. Kemasan acaranya memang “bukber”. Namun, ujung-ujungnya tetap saja makan bersama. Boleh saja dalam acara itu ada wejangan khusus dari Presiden. Yang jelas, acara sekelas “bukber” lebih menciptakan situasi keakraban dan persaudaraan.

Ada juga agenda Fokus Grup Diskusi (FGD) yang digelar disebuah Kementerian. Berbagai isu bisa saja dijadikan topik pembahasan. Tapi akhir dari FGD ini pun ditutup dengan acara makan-makan. Semua merasakan kesenangan, karena selain FGD dianggap acara “ngabuburit”, juga dirancang dapat memberi solusi atas masalah krusial yang butuh penanganan cukup serius.

Balakecrakan sering menjadi penutup sebuah acara santai. Diantara sekian banyak kelompok yang menggelar balakecrakan, mereka yang berhimpun dalam kelompok ibu-ibu pengajian, sepertinya lebih sering mengagendakannya. Selain itu, kelompok yang menggelar reunian pun, baik reuni SD, SMP, SMA naupun Universitas, sering menutup acaranya dengan makan bersama.

Ya, itulah balakecrakan. Kebiasaan yang dilakukan masyarakat Jawa Barat dalam meramaikan peristiwa yang sangat penting bagi seseorang atau sekelompok komunitas yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Hal seperti ini, sekarang sudah mewabah dalam kehidupan dan menimpa semua golongan masyarakat. Tidak hanya menyergap elit bangsa, namun kelas menengah pun banyak yang melakukannya.

Sekitar tahunb1970an, dalam kehidupan masyarakat Sunda, ada juga istilah botram. Diterjemahkan secara bebas, botram itu sama saja dengan “ngadon dahar”. Artinya, acara makan-makan ditempat tertentu, lain dari kebiasaan sehari-harinya. Botram sering dilakukan di tempat yang memiliki pemandangan menyegarkan yang mampu menghilangkan kepenatan. Botram biasanya dilakukan juga ditengah pesawahan yang cukup luas. Dulu ada saung ditengah sawah.

Botram bisa juga dimaknai sebagai bentuk rekreasi. Berbekal nasi timbel ditambah lauk pauk seadanya, kelompok main ini menuju tempat yang menyenangkan untuk dapat menggelar tikar yang dibawanya. Istilah Sundanya “ngampar samak”. Budaya seperti ini, sekarang pun masih sering kita temui. Sebut saja dalam acara wisuda sebuah Perguruan Tinggi yang keluarga besarnya hadir menemati wisudawan, maka tak ragu-ragu mereka langsung gelar tikar di halaman kampusnya.

Menikmati kemerdekaan di negeri ini, tentu banyak macam dan ragamnya. Golongan elit bangsa, pasti akan beda menghangatkannya dengan kelompok buruh tani. Para elit tampak betapa bangganya jika mereka bertamasya ke luar negeri menikmati liburannya. Nanun, bagi golongan buruh tani, mereka akan bahagia jika dapat mengajak keluarganya untuk botran di bukit-bukit yang jauh dari keramaian suasana kota.
Balakecrakan atau botram sejatinya merupakan keriyaan bagi masyarakat kelas bawah. Tapi, seiring dengan kemajuan jaman, sekarang tidak sedikit masyarakat kelas atas, yang ikut-ikutan melakukan balakecrakan. Semangatnya sama, hanya penampilannya yang berbeda. Para “penikmat pembangunan” akan berangkat ke lokasi dengan menggunakan bus mewah, namun para “korban pembangunan”, cukup jalan kaki ke lokasi yang ditujunya.

Sebagai nilai budaya daerah yang penuh kesahajaan, budaya botram, sebaiknya dipertahankan dalam melakoni kehidupan. Botram tentu tidak hanya dipersepsikan “pindah makan”, namun kegiatan botram ini dapat dibumbui dengan pembelajaran untuk mencintai alam raya. Peserta botram dapat dicerahkan dengan pentingnya memelihara keasrian lingkungan, sekaligus menjaga kelestariannya.

Akhirnya penting disampaikan, suasana botram atau balakecrakan sebagai nilai sosial, sudah sepaturmtnya dijadikan sebagai bagian tak terpisahkan dari bentuk rekreasi berbiaya murah dan dapat dilakukan oleh setiap warga masyarakat. Ayo kita kembangkan, nilai kehidupan bangsa, yang sekarang mulai tergerus oleh lajunya pembangunan.

 

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *