13 January 2025 02:19
Opini dan Kolom Menulis

APAKAH SAMPAH HANYA SUMBER MASALAH ?

APAKAH SAMPAH HANYA SUMBER MASALAH ?

Oleh : Sarip Husein

Bali darurat sampah !!! Demikian salahsatu isi berita di media masa ! Bali yang terkenal dengan objek wisata
Internasional ternyata harus kewalahan akiibat sampah, demikian pula pantai di Lampung.
Sekalipun belum ada yang dapat memecahkan rekor seperti yang terjadi di Desa di Leuwigajah yang tertimbun
oleh longsoran sampah (2005)
Tragedi ledakan TPA Leuwigajah di Bandung
(2005) menghilangkan 157 nyawa, 137 rumah, 2
desa, dan 8,4 hektar lahan pertanian.
Hal di atas merupakan gambaran fakta sampah sumber musibah manakala tidak dikelola dengan baik.
Ironis jadinya kita sebagai makhluk berakal harus terbelit masalah oleh sampah yang notabene akibat perbuatannya sendiri.
Berbagai teori atau pelatihan Bab sampah sudah banyak dilakukan sehingga lahir berbagai teknik untuk.mengatasi sampah, nampak fakta dilapangan setiap waktu kita dapat dengan mudah menemukan sampah yang berceceran dibuang mulai dijalan raya demikian pula di sungai sekalipun dalam pengawasan satuan tugas citarum harum.
Jadi apa sebenarnya yang harus dibenahi sehingga sampah tetap dianggap sebagai masalah yang tak berujung ?
Kembalilah pada jatidiri manusia dimuka bumi adakah “khalifah” dalam arti pemimpin.
Dan setiap individu adalah pemimpin yang akan ditanya tanggungjawabnya sebagai pemimpin.
Mulai dari pemimpin untuk dirinya sendiri.
Dalam.masalah sampah juga awalnya kembali pada tanggungjawab kita masing masing, katakanlah kita minum air mineral kemasan, apakah kita selalu membuang bekasnya pada tempat sampah ?
Apakah kita membuang bekas air mineral kemasan dimana saja ?
Ketika di rumah, sudahkah kita memilah antara sampah organik, an organik atau sampah beracun atau berbahaya ?
Atau apakah kita peduli untuk.mengambil / memindahkan sampah yang berceceran dijalanan selanjutnya dibuang ke tempat sampah ?
Bersyukur apabila hal hal di atas seperti menbuang sampah pada tempatnya, di rumah telah melakukan pemilahan antara sampah organik, an organik, sampah berbahaya/beracun atau kita sudah peduli untuk menempatkan sampah yang berceceran dibuang pada tempatnya.
Dan apabila memang kita masih seenaknya membuang sampah dalam arti tidak peduli. Memang hal ini bukanlah hal mudah apalagi kalau memang sudah membudaya. Artinya kita harus merubahnya terutama untuk anak – anak dan kalangan muda, agar kedepan mereka tidak bermasalah dengan sampah seperti kita ?
Salahsatu upaya untuk merubah paradigma bahwa sampah merupakan hal yang menjijikan, harus dibalik bahwa dari sampah terdapat peluang, sebagai contoh yang penulis baca dari beberapa sumber, yakni :
1.Sampah organik diolah menjadi pupuk organik, biogas, arang briket, pakan ikan / hewan ternak, kerajinan tangan, dan eco enzyme.
2.Budidaya maggot tengah dikembangkan oleh Pemkab Banyuwangi Jawa Timur. Melalui program bank sampah, budidaya Maggot ini diyakini mengurangi volume sampah organik di masyarakat.
3.Sampah anorganik adalah sebagai bahan kerajinan dari sampah/ limbah. Contohnya sampah plastik dapat dibuat tas, taplak meja makan, hingga pernak pernik.
Namun semua pada akhirnya kembalk pada kita sebagai Sumberdaya Manusia, adakah kemauan untuk merubah budaya kemas sampah buang seenaknya atau memilah memilih atau dilakikan pengolahan , mulai dari diri sendiri ?
Itulah tantangan untuk kita semua !!!!


Langonsari, 12 Langonsari 2023.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *