7 July 2024 01:05
Sentuhan Qalbu

Amal Ibadah Berhias Ikhlas

MUHASABAH SHUBUH
Kamis, 1 Februari 2024

Bismillahirahmanirahim
Asallamu’alaikum wrm wbrkt

AMAL IBADAH BERHIAS IKHLAS

 

Saudaraku,
Nilai suatu amal ibadah yang kita tunaikan tidak semata terletak pada aspek ritual. Artinya, kecukupan dan kesempurnaan ibadah tidak hanya karena telah terpenuhinya syarat dan rukun semata, tetapi juga karena aspek spiritual, yaitu keikhlasan…

Kedua aspek tersebut hendaknya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan pada setiap amal ibadah kita. Jika aspek ritual hanya menggugurkan kewajiban kepada Allah Azza wa Jalla, maka aspek spiritual atau keikhlasan menjadikan suatu amal ibadah bernilai di hadapan Allah Azza wa Jalla. Jika faktor ritual hanya untuk kita, maka faktor spiritual akan menghantarkan kita berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla telah menjanjikan hal ini, dalam firman-Nya, :

“Siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
(QS. Al-Kahfi: 110)

Dalam karya tafsirnya, Imam al-Qurtubi menuliskan bahwa kata “mempersekutukan” oleh mayoritas ulama diartikan dengan “memperlihatkan” atau _riya’,_ antonim dari ikhlas. Dengan redaksi lain, ayat tersebut menyatakan bahwa hendaklah beramal shaleh dengan ikhlas, jika mengharap berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla. Diterangkan oleh Imam Muhammad bin Abu Bakr Ibnu Qayyim rahimahullah mengenai definisi ikhlas,

‎الإخلاص: استواء اعمل العبد في الظاهر و الباطن
‎و الرياء: ان يكون ظاهره خيرا من باطنه
‎والصدق في الإخلاص: ان يكون باطنه اعمر من ظاهره

“Keikhlasan adalah persamaan antara amal seorang hamba antara yang nampak dan yang tersembunyi. Sedang _riya’_ adalah manakala yang tampak lebih baik dari yang tersembunyi (batinnya). Dan kejujuran dalam keikhlasan adalah manakala yang tersembunyi (batin) lebih makmur dari yang tampak.”
(Kitab Madarijus Salikin 2/91)

Demikian juga keikhlasan didefinisikan oleh sebagian ulama yang lain,

‎ان لا تطلب على عملك شاهدا غير الله و لا مجازيا سواه

“Engkau tidak mencari saksi atas amal kebaikanmu kecuali Allah, dan tidak mengharap balasan selain dari Nya.”
(Al-Marifah wat Tarikh 1/679, hilyah 3/340, Syuabul Iman, 6490)

Menurut imam Abu Utsman Said bin Ismail rahimahullah, “Hakikat keikhlasan ialah engkau tidak memandang pandangan manusia, karena memandang _Al-Khaliq_ (Allah Sang Pencipta). Sedang keikhlasan yang engkau kehendaki dari hati dan amal perbuatanmu adalah keridhaan Allah Azza wa Jalla dan takut akan kemurkaan-Nya. Dengan demikian, hakikat dari amal perbuatanmu adalah seakan engkau melihat-Nya dan bahwa Dia sedang melihatmu, dengan demikian _riya’_ akan sirna dari hatimu. Kemudian engkau mengingat anugerah Allah Azza wa Jalla atas mu tatkala Dia memberimu _taufiq_ (bimbingan) untuk mengerjakan amal tersebut, sehingga rasa _ujub_ (merasa takjub pada diri) sirna pula dari hatimu. Dan hendaknya engkau menggunakan cara terbaik dalam beramal, sehingga hilang darimu sifat ketergesa-gesaan dari hatimu. Sifat _al-ajalah_ (ketergesaan) adalah mengikuti hawa nafsu, sedang sifat _ar-rifqu_ (lembut) adalah mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka jika engkau telah menyempurnakan amalmu, bergetarlah hatimu karena khawatir jika amalmu ditolak oleh Allah Azza wa Jalla dan tidak diterima oleh-Nya. Maka, barangsiapa mengumpulkan keempat sifat tersebut, insyaAllah dia termasuk orang yang ikhlas dalam beramal.”
(Di keluarkan oleh Imam Baihaqi dalam As-Syuabul Iman, 6475)

Saudaraku,
Sebagai amalan bathin, ikhlas bukanlah perkara mudah. Ia adalah rahasia Allah Azza wa Jalla.

Kita tidak bisa memastikan, terhadap diri kita sekalipun, bahwa amal ibadah yang kita lakukan berhias keikhlasan atau tidak. Seorang sufi bernama Abu Ya’qub bin al-Susiy pernah mengatakan :

“Jika seorang telah mampu melihat dirinya telah ikhlas dalam beribadah, maka sesungguhnya keikhlasannya masih memerlukan keikhlasan lagi.” Oleh karena itu, sesungguhnya ikhlas tidaklah terucap, tidak pula dirasakan, sekalipun bisa didefinisikan.

Begitu lembut ikhlas itu, hanya Allah Azza wa Jalla yang berhak memastikan nilai keikhlasan, dan kita sebatas berusaha memahami dan menghiasi ibadah yang kita kerjakan dengan keikhlasan…

Sebab itulah Dzun Nun Al-Mishri, seorang tokoh sufi, memaparkan tiga ciri orang yang melakukan ibadah atau perbuatan dengan ikhlas, yaitu, _Pertama,_ pujian dan celaan baginya sama saja. Artinya, dipuja tidak bangga, dicaci tidak rendah diri. _Kedua,_ tidak hirau dan tidak pula melihat-lihat pada apa yang dilakukannya.

Baginya, apa yang telah dilakukannya ibarat nafas yang ia tarik dan keluarkan tanpa beban, dan tidak menghiraukan bahwa ia telah, sedang, dan akan menarik dan mengeluarkan nafas. _Ketiga,_ tidak mengharap dan menghitung-hitung pahala akhirat. Ibadah yang dilakukan semata karena kesadaran akan Allah Azza wa Jalla.

Allah Azza wa Jalla telah menjanjikan pertemuan dengan orang-orang ikhlas semasa di dunia, dan merekalah orang-orang yang mendapat ridha Allah Azza wa Jalla saat menghadap-Nya…

Saudaraku,
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang meninggal dalam keadaan ikhlas kepada Allah dan ikhlas dengan ibadahnya saat masih hidup, tidak mempersekutukannya, melaksanakan shalat dan membayar zakat, maka dia meninggal dalam keadaan Allah Azza wa Jalla telah meridhainya.”
(HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik)

Ketika seorang hamba telah menunaikan amal ibadah berhias ikhlas, maka yang senantiasa terucap adalah,

‎قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

“Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menghiasi amal kita dengan keikhlasan untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wassalamu’alaikum 

Mari kita dakwahkan walau satu ayat.(*)

 

Berita Duka

Innalilahiwainailaihirojiun Telah Berpulang ke Rahmatullah pada 6 Juli 2024Naning Kartini (Guru Ngaji SDN Ciawigede Majalaya) Semoga almarhum diampuni dosanya dan

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *