“AGUL KU PAYUNG BUTUT”
“AGUL KU PAYUNG BUTUT”
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
“Agul ku payung butut” adalah peribahasa Sunda yang artinya sombong dengan apa yang dimiliki. Peribahasa ini juga bisa diartikan sebagai sombong dengan benda milik orang lain. Dari kata yang menyusunnya, dapat dijelaskan sebagai betikut :
– “Agul” dalam bahasa Sunda berarti sombong.
– “Payung butut” berarti payung yang sudah sobek-sobek.
Peribahasa ini mengingatkan kita bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Peribahasa ini juga menjadi pengingat agar kita tidak menyombongkan diri terhadap apa yang kita miliki di dunia ini. Bahkan, peribahasa ini juga menjadi pengingat agar kita selalu sadar dan mawas diri dalam mengarungi kehidupan.
Janganlah hidup dipenuhi dengan kesombongan, namun yang harus dilakukan adalah hidup penuh dengan kesahajaan. Janganlah hidup hanya diisi dengan kemewahan demi kepuasan sesaat, tapi sampai sejauh mana hidup yang sederhana mampu memberi berkah kehidupan.
Dalam kehidupan yang hedonis, kesahajaan menjadi barang yang cukup langka. Budaya hedonis memaksa semua orang untuk hidup sofistikasi. Semua sisi kehidupan diukur dengan materi. Kesuksesan dan kehebatan seseorang diukur dari tingginya jabatan atau kedudukan di masyarakat.
Beberapa pengamat menyebut, peribahasa Sunda “agul ku payung butut” memiliki arti yang sangat mendalam dan bijak. “Agul ku payung butut” dalam bahasa Sunda berarti “sombong” atau “menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain”. Peribahasa ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki sikap sombong dan menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain.
Padahal sebenarnya mereka tidak memiliki kemampuan atau kelebihan yang signifikan. Peribahasa ini mengingatkan kita untuk tidak berperilaku (sikap, tindakan dan wawasan) sombong pada sesuatu yang tidak stabil atau tidak dapat diandalkan, karena itu hanya akan menimbulkan kekecewaan dan kesulitan. Itu sebabnya, sebisa mungkin kita harus menghindari praktek kehidupan yang agul ku payung butut.
Setelah kita memahami arti peribahasa “agul ku payung butut” sebagai “sombong” atau “menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain”, kita dapat memahami beberapa penyebab orang berperilaku sombong. Setidaknya, ada tiga faktor penyebab utamanya, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor psikologis.
Kaitannya dengan faktor Internal dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri. Orang yang tidak memiliki kesadaran diri yang baik dapat menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain. Bisa juga karena kurangnya empati. Orang yang tidak memiliki empati dapat sulit memahami perasaan dan kebutuhan orang lain. Atau karena
kurangnya pengalaman. Orang yang tidak memiliki pengalaman yang cukup dapat menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain.
Sedangkan dari faktor eksternal disebabkan pengaruh lingkungan. Artinya, lingkungan yang tidak seimbang dapat membuat orang menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain. Atau karena pengaruh media sosial yang dapat membuat orang menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bahkan bisa juga karena pengaruh pendidikan. Artinya, pendidikan yang tidak seimbang dapat membuat orang menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain.
Terakhir adalah faktor psikologis. Salah satunya kurangnya kepercayaan diri. Orang yang tidak memiliki kepercayaan diri yang baik dapat menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain untuk mengkompensasi kekurangan mereka. Atau kurangnya kontrol emosi. Orang yang tidak memiliki kontrol emosi yang baik dapat menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain karena emosi mereka yang tidak stabil.
Dengan demikian, bila dicermati hal-hal yang telah disampaikan diatas, terlihat cukup jelas dan transparan, adanya beberapa faktor yang dapat menyebabkan orang berperilaku sombong atau “agul ku payung butut”.
Perilaku “agul ku payung butut” sendiri, sebetulnya sering ditemukan dalam kehidupan. Adanya orang yang pongah karena kekayaannya yang berlimpah, menjadi bukti nyata peribahasa agul ku payung butut sudah merasuki kehidupannya. Orang-orang cukup tersenyum setelah dirinya muncul di media sosial lengkap dengan rompi oranyenya. Dirinya seorang koruptor.
Agar tidak terjebak dalam kehidupsn yang agul ku payung butut ada beberapa upaya untuk mengingatkan supaya tidak berperilaku “agul ku payung butut” (sombong). Mulailah dengan melakukan refleksi diri. Artinya, perlu mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri untuk menghindari kesombongan. Lalu, mengakui kesalahan dan kekurangan diri sendiri untuk menghindari kesombongan.
Selanjutnya melakukan pengembangan diri dengan membaca dan mempelajari tentang kesombongan dan akibatnya untuk meningkatkan kesadaran diri. Selain itu perlu mengembangkan empati dan memahami perasaan orang lain untuk menghindari kesombongan.
Kaitannya dengan interaksi sosial dibutuhkan untuk bergaul dengan orang lain dan memahami perbedaan dan keunikan masing-masing untuk menghindari kesombongan, disamping juga menghargai pendapat dan ide orang lain untuk menghindari kesombongan. Dengan melakukan upaya-upaya di atas, kita dapat mengingatkan diri sendiri untuk tidak berperilaku sombong dan meningkatkan kesadaran diri.
(PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).