10 January 2025 14:51
Opini dan Kolom Menulis

ACUNGAN JEMPOL KEBERPIHAKAN PJ. GUB JABAR KE PERTANIAN

ACUNGAN JEMPOL KEBERPIHAKAN PJ. GUB JABAR KE PERTANIAN

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Tidak lama lagi Pj. Gubernur Jawa Barat akan merampungkan tugas kedinasannya. Hanya dalam hitungan bulan, Kang Bey akan kembali ke Jakarta untuk berkantor di Kementerian Sekretariat Negara sebagai Deputy Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan. Selama menhadi Pj. Gubernur Jawa Barat banyak langkah kreatif dan inovatif yang ditempuh. Salah satunya terkait dengan keberpihakannya ke pertanian.

Jawa Barat sejak dulu dikenal sebagai salah satu Provinsi penghasil beras terbesar di negeri ini. Bersama Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat penyumbang terbesar produksi beras ke tingkat nasional. Sekitar 17 % produksi beras nasionsl disumbang oleh Provinsi Jawa Barat. Akibatnya, sangat masuk akal jika Jawa Barat dijuluki sebagai lumbung padi nasional.

Kehormatan, kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan Pemerintah kepada Kang Bey untuk menjadi Pj. Gub Jabar, tentu dilandasi oleh berbagai pertimbangan. Tidak sekedar asal tunjuk belaka. Sebab, menjadi Pj. Gub Jabar menjelang dilaksanakannya Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Kepala Daerah (Piljada) 2024, bukanlah sekedar peristiwa biasa-biasa saja.
Pilpres dan Pilkada adalah proses pergantian pimpinan bangsa dan Kepala Daerah yang membutuhkan pepiawaian khusus dalam pengelolaan dan pelaksanaannya. Terlebih di Jawa Barat yang dikenal sebagai Provinsi yang memilik jumlah penduduk terbesar di Tanah Merdeka ini. Itu sebabnya, sangat tepat bila Kang Bey ditugaskan untuk menjadi Pj. Gub Jawa Barat.

Peristiwa politik yang akan menentukan arah dan tujuan pembangunan bangsa dan daerah, kini sudah rampung. Presiden telah terpilih. Kabinet sudah terbentuk. Namanya pun keren : Kabinet Merah Putih. Kepala Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota) sudah terpilih dan tinggal menunggu pelantikannya. Begitu dengan para anggota legislatif. Secara hitam putih, perzngkat Pemerintahan sudah terbentuk.

Kang Bey, dengan gaya kepemimpinannya yang penuh kesejukan, didukung oleh manajemen yang menerapkan pola komunikasi sambung pikir dan sambung rasa, terbukti mampu mengantarkan peristiwa politik yang bersejarah di Jawa Barat ini ke arah yang diharapkan. Semua berjalan lancar tanpa ada gejolak politik yang berarti.

Sebetulnya banyak hal yang bisa kita ungkap dalam mencermati kiprah Kang Bey selaku Pj. Gub Jawa Barat tatkala mengarungi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Hanya, sesuai dengan pengamatan selaku aktivis petani, penulis mencoba akan lebih memberi titik tekan kepada keberpihakan Kang Bey terhadap dunia pertanian dan kehidupan para petaninya.

Kaitannya dengan sektor pertanian tanaman pangan, utamanya dunia perberasan, kepemimpinan Kang Bey, mampu menggerakan dan meningkatkan kembali produksi beras Jawa Barat ke rel yang semestinya. Para petani padi Jawa Barat yang sebelumnya merana karena produksi yang dihasilkan tersalip oleh Jawa Tengah, kini boleh bebas dari perasaan kecewa dan penuh kesedihan.

Kang Bey ternyata mampu mengembalikan Jawa Barat ke posisi “dua besar” dalam hal penghasil produksi beras tertinggi di Indonesia. Peristiwa kesalipnya Jawa Barat oleh Jawa Tengah, langsung dijawab dengan kemampuan Jawa Barat untuk menyalipnya lagi. Bersama Jawa Timur, sekarang Jawa Barat tercatat sebagai dua besar penghasil beras tertinggi di Indonesia.

Lalu, bagaimana dengan kecintaannya kepada para petani ? Semangat Kang Bey untuk menerapkan Undang Ubdang No. 19/2013 tentang Perlibdungan dan Pemberdayaan Petani yang di Jawa Barat sudah ditindak-lanjuti dengan ditetapkan Peraturan Daerah, terekam dari berbagai program digarapnya. Salah satunya dengan pengembangan petani milenial yang lebih menyatu dengan suasana kekinian.

Fenonena Petani Milenial yang selama ini lebih mengedepankan pencitraan, oleh Kang Bey diarahkan pada terciptanya Petani Milenial yang lebih bermartabat dan mampu membaca isyarat jaman yang tengah menggelinding. Hal ini sangat seirama dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang mendanbakan lahirnya petani muda yang tsnggap terhadap perubahan.

Untuk mewujudkan semangat ini, proses alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi non pertanian, tampak mulai dikendalikan secara proporsional. Lahan sawah yang tersisa mutlak dilestarikan. Alih fungsi lahan yang terlihat semakin membabi-buta, perlu diatur dan dikendalikan dengan penuh tanggungjawab. Bahkan ketegasan regulasi perlu ditegakan.

Kang Bey berpandangan soal alih fungsi lahab dan alih generasi petani di Jawa Barat merupakan “pe-er” serius yang butuh penanganan dengan sungguh-sungguh. Dua hal inilah yang akan jadi penentu, sampai sejauh mana keberlanjutan pembangunan pertanian di Jawa Barat bakal berlangsung. Hal ini pun sangat relevan dengan apa yang sering disampaikan Gub Jabar terpilih Kang Dedi Mulyadi.

Beberapa kali penulis satu forum dengan kedua pemimpin teras Jawa Barat ini. Kedua sepakat, pertanian Jawa Barat jangan sampai terpinggirkan atau terpuruk hanya mengejar kepentingan sesaat. Pertanian adalah warisan kehidupan yang patut dijaga, dipelihara dan dilestarikan keberadaannya. Pertanian tetap jadi urat nadi pembangunan di Jawa Barat.

Demikian, sedikit catatan kecil terhadap kiprah Pj. Gub Jawa Barat Kang Bey atas keberpihakannya kepada dunia pertanian dan kecintaannya kepada kaum tani. Kita percaya, seusai Kang Bey kembali bertugas di Jakarta, Kang Dedi akan melanjutkan langkah-langkah yang ditempuh Kang Bey ini.

(PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *